1. Hari Pertama

1565 Words
Seorang wanita yang masih bergelung nyaman di dalam selimutnya itu perlahan membuka kedua matanya begitu suara alarm terdengar, sebenarnya ia masih ingin bermalas-malasan di dalam selimut tebalnya itu. Namun, mau tak mau ia harus bangun karena hari ini adalah hari pertamanya bekerja, ya setelah lama menetap di luar negeri akhirnya ia bisa kembali ke Indonesia. Dan hebatnya ia langsung mendapatkan pekerjaan sebagai asisten CEO di sebuah perusahaan besar, kembali ke Indonesia sama sekali bukan keinginannya. Jika saja kedua orangtuanya tidak memaksanya untuk pulang ke tanah air, kemungkinan besar ia memilih tetap menatap di negeri orang. Alasan yang tak pernah ia jelaskan pada orangtuanya mengapa ia memilih tinggal lama setelah kelulusan S2-nya yaitu ia tidak ingin bertemu dengan masa lalunya lagi. Listya Navida namanya, wanita berusia 27 tahun itu memutuskan tinggal di sebuah apartemen sebagai syarat bahwa ia setuju untuk pulang, Listya memberikan alasan pada kedua orangtuanya bahwa kantornya dengan apartemen yang kini ia tempati memiliki jarak yang begitu dekat. Sebenarnya bukan itu alasan utama ia ingin tinggal di apartemen, ia ingin menghindar dari kedua orangtuanya yang selalu menanyakan kapan ia memiliki kekasih lalu menikah. Itu terus yang menjadi pertanyaan kedua orangtuanya setiap ia berkunjung, maka dari itu lebih baik ia menghindar. Selama seminggu setelah kepulangannya ke Indonesia, baru satu kali ia bertemu kedua orangtuanya dengan alasan yang sama ia menolak orangtuanya yang ingin menemuinya. "Hallo, Ma." Listya langsung mengangkat teleponnya begitu dering ponsel itu berbunyi, ia menyapa dengan malas. "Selamat pagi, Sayang? Bagaimana tidurmu tadi? Apa nyenyak?" sapa Lira–mama Listya. "Iya, Ma. Ada apa Mama telepon aku pagi-pagi? Aku yakin kalau Mama pasti tidak hanya sekadar menyapaku aja," ucap Listya yang seakan mengerti isi kepala Mama Lira. "Mama mau ketemu sama kamu, Sayang. Udah seminggu kamu di Indonesia tapi masa Mama hanya ketemu kamu satu kali? Bisakah hari ini kamu pulang? Menginap sekali saja, ya? Nanti malam ada anak rekan kerja papa kamu yang berkunjung. Mama yakin kamu akan cocok dengannya, mau ya?" Listya memutar kedua bola matanya malas begitu mendengar ucapan mamanya, ia sudah bisa menebak kalau hal ini akan terjadi. Selama seminggu ini, sudah tiga kali mamanya ingin mengenalkan Listya dengan anak rekan kerja papanya. Berkali-kali pula Listya menolak dengan alasan bahwa ia sedang sibuk mencari pekerjaan dan begitu ia sudah mendapatkan pekerjaan, mamanya kembali meneleponnya dan meminta Listya untuk datang ke rumah. Kalian pikir mungkin Listya akan datang? Tentu saja jawabannya adalah tidak, ia sama sekali tidak tertarik. Ada alasan dibalik kesendiriannya ini hingga sekarang, alasan yang tidak akan pernah Listya lupakan seumur hidupnya. Ini ada hubungannya dengan kisah percintaan dan pria, hingga ia begitu takut untuk kembali menjalin hubungan dengan makhluk jenis itu. Dua kali gagal dalam menjalin kisah percintaan yang satu berakhir ditinggalkan tanpa jejak dan yang satu berakhir diselingkuhi membuat Listya malas berhubungan dengan lawan jenisnya, ia mungkin akan bersikap ramah layaknya teman. Namun, begitu pria itu mulai menyatakan cintanya maka Listya lebih memilih menghindar. Bukannya ia wanita yang tidak normal dan sudah berbelok, ia normal dan tentu saja masih memiliki rasa suka terhadap lawan jenis. Namun, ia masih takut untuk menjalin kasih lagi karena masa lalu tentang perselingkuhan itu selalu saja terbayang di mimpinya akhir-akhir ini. "Ma, maaf hari ini aku sibuk. Hari ini hari pertama aku bekerja, aku enggak akan bisa pulang cepat. Dan ayolah, Ma. Untuk apa Mama berusaha mengenalkan aku pada mereka? Aku sama sekali enggak tertarik, bukannya aku enggak normal ya, Ma? Jangan berpikir yang aneh-aneh. Aku cuma belum siap, lagian umurku masih muda, Ma. Aku akan mengenalkan calon menantu Mama kalau aku sudah siap dan mendapatkan orang yang tepat, jadi berhenti dengan niat Mama yang ingin melihat aku segera menikah oke, Ma?" Listya mencoba memberikan mamanya pengertian, ia memang belum siap untuk itu. Ia berharap mamanya mau mengerti, ia tidak akan menikah dalam jangka waktu dekat karena masih ingin meniti karirnya. "Sampai kapan kamu begini? Niat Mama itu baik, setidaknya kamu mau dulu. Siapa tahu kalian cocok, kan? Kamu belum ketemu sama dia. Mama yakin kamu akan berubah pikiran setelah bertemu dengannya, mau ya?" Mama Lira masih berusaha membujuk Listya agar mau pulang dan bertemu dengan orang itu. "Udah ya, Ma? Aku harus siap-siap dulu. Ini hari pertama aku bekerja, aku enggak mau terlambat. Love you Mam." Tut .... Tanpa menunggu jawaban dari sang mama, Listya memilih menutup teleponnya. Bukan bermaksud tidak sopan. Ia yakin sekali kalau ia tak juga mengambil keputusan untuk menutup telepon itu secara sepihak, maka pembicaraan mereka akan panjang dan sudah bisa dipastikan ia akan terlambat pergi ke kantor. Demi apapun perusahaan tempatnya bekerja itu bukanlah perusahaan biasa, tentu saja atasannya itu tidak akan memaafkannya jika sampai ia terlambat sedikit saja. Setelah bersiap-siap dengan rok span dan blouse-nya Listya memilih langsung berangkat ke kantor tanpa sarapan terlebih dulu, jika ia sarapan maka ia akan terlambat. Mungkin nanti setelah sampai ia akan membeli sarapan di kantin kantor jika sampai sebelum kantor mulai bekerja, dan sepertinya dewi keberuntungan sedang berpihak padanya karena ternyata ia masih memiliki waktu lima menit untuk membeli sarapan. "Bu saya beli roti dan s**u ini, makasih." Listya mengambil satu bungkus roti serta satu kotak s**u kemudian membayarnya dengan uang pas, setidaknya roti dan s**u ini bisa mengganjal perutnya hingga waktu istirahat nanti tiba. Setelah menghabiskan sarapan pengganjal perutnya, Listya memasuki kantor itu dan menanyakan pada HRD di mana ia akan bekerja. HRD itu meminta salah seorang karyawan mengantarkan Listya pergi ke sebuah ruangan, ternyata itu adalah ruangan CEO yang artinya ia menjadi asisten pribadi seorang CEO. "Selamat pagi, Pak." Listya menyapa Relix Alfaro–CEO di perusahaan ini dengan senyuman hangatnya. "Selamat pagi, kamu Listya Navida 'kan? Asisten baru saya, selamat datang di perusahaan kami. Semoga kamu betah bekerja di sini," ucap Relix dengan suara dan wajah yang datar. Awalnya Listya mengira kalau ada kesalahan di dirinya sehingga Relix terlihat datar seperti itu, tetapi ia baru paham kalau watak bosnya itu memang seperti itu. Ia kini bisa memaklumi dan setidaknya ia merasa lega memiliki atasan seperti Relix yang terlihat begitu profesional. "Mulai hari ini kamu bisa langsung bekerja dan sebentar lagi sekretaris saya akan datang, nanti akan saya kenalkan. Itu tempat kamu bekerja." Relix menunjuk sebuah meja yang di atasnya sudah tertata rapi semua hal yang diperlukan seorang asisten. "Baik, Pak. Terima kasih," ucap Listya kemudian pergi ke tempatnya. "Dia sudah datang, ayo ikut saya keluar." Listya yang masih melihat-lihat laporan pun mendongak, di sana sudah ada Relix yang berdiri sambil menatapnya. "Baik, Pak." Listya mengikuti Relix dari belakang. "Syafira kenalkan ini Listya asisten saya dan Listya kenalkan ini Syafira." Sejenak Listya mematung ketika melihat wanita cantik di hadapannya yang mengingatkannya pada seorang, tetapi itu yak berlangsung lama karena ia langsung menyapa ramah wanita bernama Syafira itu dan mengajaknya berjabat tangannya. "Saya Listya, senang berkenalan denganmu. Semoga kita bisa bekerjasama dengan baik," ucap Listya ramah dan yang tidak Listya duga adalah wanita di hadapannya ini hanya menanggapi singkat seakan tak suka dengan keberadaannya. Ada apa sebenarnya? pikir Listya merasa aneh. "Dia bukan hanya sekretaris, melainkan juga istriku. Dia memintaku agar menyembunyikan pernikahan kami dari semua orang," ucap Relix tiba-tiba ketika mereka sudah memasuki ruangan Relix. Untung saja Syafira tidak berada di ruangan yang sama sehingga ia tak perlu mendengar perkataan Relix yang sudah membongkar statusnya. "Wah? Iyakah? Pantas saja dia terlihat tidak menyukai keberadaan saya, mungkin dia cemburu pada saya, Pak." Kini Listya mengerti mengapa Syafira tadi seakan tak menyukainya, istri atasannya itu sedang cemburu. "Hmm, sepertinya begitu. Dia meminta agar saya memperlakukannya sama seperti pegawai yang lain, padahal saya ingin memperlakukan istri saya dengan istimewa. Tapi ya sudahlah, dia yang meminta. Saya bisa apa?" ucap Relix sambil mengangkat bahunya. "Bapak kelihatannya begitu mencintai istri Bapak, ya?" Relix tersenyum sekilas ketika mendengar perkataan Listya, pria itu menerawang. "Iya, saya begitu mencintai istri saya. Bahkan sejak lama, sejak dia masih SMP dan saya masih kuliah." Listya yang mendengar itu merasa takjub, beruntung sekali istri atasannya itu. Dicintai oleh pria yang sepertinya sangat setia oleh pasangannya, mendadak Listya tersenyum miris dengan keadaannya dulu. "Bu Syafira pasti sangat beruntung mendapatkan pria seperti Bapak, saya yakin itu." Relix hanya mengangguk. "Lanjutkan pekerjaanmu, dan perkataan saya tadi jangan sampai ada yang tahu." "Baik, Pak. Saya tidak akan sebocor itu, Bapak tenang saja." Tentu saja Listya akan menuruti permintaan Relix untuk merahasiakan semua itu, toh ia juga tidak memiliki hak untuk membocorkan semuanya. Selama bekerja Listya terkadang tidak bisa fokus karena kembali mengingat tentang pengkhianatan kekasihnya dulu, andai saja kekasihnya tak berkhianat mungkin saja kini mereka sudah menikah. Tidak, ia salah sebut mereka sudah memutuskan hubungan sejak dulu. Maksudnya adalah mantan kekasihnya yang b******k itu, ia berharap ia tidak akan bertemu dengan di b******k itu. Listya tidak yakin akan menahan dirinya jika sampai mereka bertemu kembali, ada cinta dan benci yang menjadi satu. Listya khawatir kalau sampai cinta itu lebih besar dari benci maka itu akan menjadi sebuah bencana, pria itu pasti sudah menikah dengan selingkuhannya. Tidak akan mungkin mengingat dirinya yang bodoh ini, ia harus berhenti memikirkan hal itu. Untuk apa mengingat dirinya jika sudah ada istrinya yang cantik? Mendadak hatinya menangis ketika teringat bayangan sakit dan menjijikkan itu. *** Yang menunggu cerita ini up mana suaranya? Yuk di komen, bab ini adalah awal-awal Listya bertemu dengan Syafira. Mungkin kalian bertanya-tanya alasan mengapa Listya tidak mengenali Syafira itu karena Listya memang hanya bertemu dengan Syafira satu kali, itu pun sudah sangat lama. Author jelasin biar kalian gak banyak tanya ya wkwk
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD