2. Deema si kejam

1231 Words
Deema yang berhasil masuk kedalam kelas, saat ini sedang berkumpul bersama ketiga temannya yang satu frekuensi dengannya. Ada Celline, Aya dan Lola. Mereka berempat duduk di bangku paling belakang. Tempat yang paling strategis untuk kenyamanan belajar di dalam kelas.  "Praktek apaan lagi sih?" Tanya Celline yang sedang melihat teman sekelasnya sedang sibuk dengan ponsel dan selembar kertas.  "Tau, pusing Gue," kata Aya yang menjawab.  "Lo telat lagi Deem?" Tanya Lola yang dibalas anggukan oleh Deema yang tengah menyandarkan kepalanya di atas meja.  "Kenapa sih telat terus. Lo enggak jalan kaki dari rumahkan? Hahaa ..." Tanya Aya sambil tertawa, Celline dan Lola pun ikut tertawa.  Deema tersenyum miris di sana. Ia pun menjawab. "Enggak, kok. Gue dianterin adik," katanya beralibi. Boro-boro dianterin adik, keluarganya pun tidak memiliki kendaraan untuk bepergian.  Ketua kelas sedang menuliskan sesuatu di papan tulis. Celline yang mengeja kata itu, terdengar di telinga Deema. "Ulangan ... Harian ... Sosiologi ... Di kertas dua lembar ...." Deema yang mendengar itu pun bangun dan duduk dengan tegap. "Apa lagi sih? Ribet banget pake segala kertas dua lembar." Kesalnya dan bangun dari duduknya.  "Eh, Lo mau kemana?" Tanya Lola yang melihat Deema pergi keluar kelas. "Ngambil tas. Ketinggalan," katanya dan pergi begitu saja.  "Hey, Deema jangan keluar mau aku absen," ucap perempuan yang merupakan sekertaris kelasnya.  "Heh! Ribet banget sih Lo! Nanti juga Gue balik lagi. Lo udah liat muka Gue-kan? Yauda tinggal Lo absen." Teman sekelasnya itu pun mundur perlahan dan kembali duduk di bangkunya.  Lola dan Celline melihat itu sedikit tertawa. "Wah, Deema udah kaya singa aja. Ngakak Gue liat dia ciut," kata Lola dan dibenarkan oleh Celline.  Deema sangat kesal sekali. Kenapa pasti ada orang yang menggangu dirinya. Kenapa orang-orang tidak pernah membiarkan dirinya tenang sebentar saja. Deema ingin bebas, Deema ingin kesenangan. Ia merasa Tuhan tidak adil dalam memperlakukan dirinya.  Deema berjalan kearah kantin untuk mengambil tasnya yang tadi Avyan simpan. Padahal tadi ia tidak usah menitipkan tasnya. Gurupun tidak masuk kedalam kelasnya.  "Sial!" Dari kejauhan Deema melihat ada seorang guru laki-laki yang menjaga gerbang kantin.  "Ck! Ngapain juga sih diem di sono. Bukannya ngajar ini. Gak ada kerjaan banget nungguin gerbang kantin," kesal Deema.  Sampai ketika ia hendak membuka pagar menuju kantin, satu suara pun menginterupsi dirinya.  "Gak liat ada guru? Dimana sopan santunnya?" Tanya seorang guru laki-laki yang Deema tidak tahu namanya.  "Ups, sorry, Pak. Saya enggak liat." Setelah mengucapkan itu, Deema kembali mencoba untuk membuka gerbang kantin itu, namun gerbang itu tertahan.  "Balik ke kelas." "Bapak guru baru ya? Bentar deh, Pak. Saya izin beli sarapan dulu," kata Deema mencoba merayu guru baru itu.  "Sarapan? Atau mau ambil tas?" Tanyanya yang membuat Deema gelagapan.  Bagaimana tidak gelagapan. Deema dan guru laki-laki baru itu, posisinya sangatlah dekat. Deema dengan jelas bisa melihat wajah yang terpahat sempurna di sana. Dan Deema baru merasakan ia gugup ketika berbicara dengan seorang guru.  "T--tau dari mana, Pak? Jangan asal tuduh ya."  "Ikut saya." Katanya dan membuka gerbang itu, dan dengan mudahnya Deema malah mengikuti kemana guru itu pergi. Padahal biasanya dengan guru lain, Deema selalu saja kabur ketika ada kesempatan. Padahal kesempatan untuk kabur kali ini potensinya sangatlah banyak.  Deema mengikuti kemana guru itu pergi, sampai akhirnya mereka diam di tempat sebuah kedai yang sama sepersis tempat dimana Avyan menitipkan tas mereka kepada penjaga kantin di sini.  "Pak. Tas kedua anak tadi boleh kasih ke saya," katanya.  "Baik, Pak Aiden," ucap penjaga kantin itu, dan memberikan tas berwarna hitam dan coklat kepada bapak guru yang dipanggil Aiden itu.  "Terimakasih." Aiden mengangkat tas berwarna cokelat di hadapan Deema. "Ini? Mau ambil tas?" Deema memutar bola matanya malas. Dan mencoba mengambil tasnya. "Hm ... Itu tas saya."  Hendak mencoba mengambil, namun Aiden mencoba untuk menjauhkan dari jangkauan Deema. "Tidak segampang itu. Pulang sekolah, ambil di bimbingan konseling." Aiden pun pergi begitu saja.  "Percuma, Pak. Kenapa enggak di kasih ke saya aja sih? Bu BK juga udah enggak mau berurusan sama saya. Pak!" Kesal Deema sambil berlari mengejar.  Lelah berlari, Deema berhasil menarik tangan guru itu. "Pak! Enggak usah bikin masalah deh. Saya minta baik-baik ya sama Bapak. Sekarang balikin tas saya atau saya pulang." Ancam Deema yang membuat Aiden menggelengkan kepalanya. Kenapa Deema tidak takut sama sekali dengan guru, dua tahun ia mengajar, baru melihat murid yang tidak sopan seperti ini.  "Kamu di sekolahkan untuk di didik. Saya tidak segan-segan untuk mengajukan kamu agar dikeluarkan dari sekolah ini."  "Hah? Pak, Bapak guru baru aja udah so-soan. Terserah Bapak deh mau ngelapor ke BK kek, polisi kek, kepala sekolah kek, bahkan ngelapor ke presiden pun, saya enggak akan takut."  "Pulang sekolah, temui saya." Habis napasnya jika terus berdebat seperti ini. Tanpa memperdulikan Deema yang tengah mengatur napasnya. Aiden pun memilih pergi dari sana. Dan ia masih mendengar Deema yang kesal di belakangnya.  ... Deema masih sangat kesal dengan kejadian beberapa waktu lalu. Tentang guru baru yang ada di sekolahnya. Walaupun tampangnya sempurna, tapi itu tidak menjadikan Deema akan bersikap baik-baik saja dengan guru yang bernama Aiden itu.  Saat ini, Deema, Celline, Aya dan Lola tengah duduk di pinggir lapangan untuk menikmati sejuknya udara di bawah pohon rindang. Lola dan Aya tengah menempelkan beberapa make up di wajah mereka, sedangkan Celline sedang meminum esnya dan Deema tengah melamun.  "Deem, Lo tadi kenapa sih? Katanya mau ngambil tas," ucap Celline yang ingin tau apa masalah Deema.  "Lo liat manusia itu." Deema menunjukkan jarinya kearah seorang laki-laki yang tengah merapihkan bola di pinggir lapangan.  "Wah? Siapa tuh? Kok Gue baru liat? Ganteng juga," ucap Celline yang melihat Aidan di sana.  Mendengar kata ganteng di telinga Aya dan Lola, mereka pun ikut melihat kemana Celline melihat. "Wah ... Kok Gue enggak sadar dari tadi duduk di sini ada orang tampan semacam itu. Mana badannya keker lagi," kata Aya.  "Guru baru ya?" Tanya Lola. "Kok Lo kenal sih?" Tambahnya lagi.  Deema mengubah mimik wajahnya. "Gue debat sama tu guru baru. Masa doi ngejagain gerbang kantin. Gak waras kali ya."  "Hahahahah ...."  Aya, Celline dan Lola tertawa. Ternyata ini yang membuat Deema murung dari tadi. "Lah, biasanya Lo fine-fine aja di marahin sama guru. Terus, sekarang kenapa Lo jadi galau gini?" "Tau, La. Gue kesel banget sama dia. Mulutnya pen Gue ulek pake cabe." Kesal Deema yang membalas pertanyaan Lola.  "BTW namanya siapa? Deem?" Tanya Aya yang melihat guru baru itu pergi sambil membawa bola.  "Entah, kalau enggak salah Aiden, Aidan dedan atau apa Gue lupa," kata Deema.  Mereka mengangguk-angguk. "Hati-hati, Lo belum ngerjain tugas sosiologi. Bisa mati Lo kalau enggak dapet nilai ulangan harian." "Lah ... Gak takut Gue." "Serius? Lo mau kulit Lo gosong gara-gara di jemur di bawah terik matahari?" Kata Lola.  "Habisnya, kita gatau Lo dimana tadi." Deema melihat salah satu teman kelasnya yang akan melewati mereka. "Woy. Sini Lo." Kata Deema. Orang yang Deema panggil pun menunjuk dirinya sendiri.  "Iya, Lo sini. Lama banget."  Teman sekelas Deema pun menghampiri Deema dan kawan-kawannya. "K-kenapa?" Tanyanya yang cukup gugup karena dipanggil oleh Deema.  "Gua liat tugas sosiologi. Gak pake lama." "Ta-tapi punyaku Uda....." Deema merebut buku yang tengah di pegang oleh teman sekelasnya itu. Dan mengambil dua kertas di sana. "Nih, Lo tulis atas nama gue. Terus Lo kasih ke guru sosiologi. Awas aja kalau enggak Lo kerjain. Sono pergi."  Tidak ingin membuat keributan di sini, teman sekelasnya itu pun pergi sambil berlari.  "Jahat banget sih, Deem. Gue serem liatnya," kata Lola. Ia merasa jahil dan nakal, namun tidak sejahat Deema.  "Kehidupan lebih jahat sama Gue."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD