1.Cemburu

2828 Words
Bunyi dering weker menjeda tidurku.Aku menjulurkan tanganku meraba meja samping tempat tidur dan mematikannya saat aku lihat jam sudah menunjukan jam 11 siang.Aku menghela nafas pelan lalu bangun terduduk. Mia pasti sudah bangun karena dia sudah tidak ada di sisiku tidur.Aku bangkit lalu beranjak ke kamar mandi untuk mandi.Segar sekali rasanya saat air shower membasuh kepala dan tubuhku.Setelah mandi aku bergegas memakai baju lalu keluar kamar.Kelaperan juga tidur sampai jauh siang seperti ini. “Mi……..Mi…..”aku memanggil nama wanita yang jadi istriku selama hampir 10 tahun ini. Aku menemukannya di pantry yang merangkap dapur sedang sibuk memasak makanan. “Mi….laper…..”rengekku. Dia menoleh lalu mematikan kompor dan tolak pinggang. “Siapa suruh tidur seperti latihan mati”omelnya galak. Aku tergelak. “Aku ngantuk….mana Timmy?”aku menanyakan anakku. “Dimana lagi kalo bukan di depan TV”jawabnya. Aku mengangguk. “Kopi deh kalo kamu masih belum mau kasih aku makan”rengekku lagi. Mia menghela nafas. “Aku buatin teh,kamu belum makan dan aku gak akan kasih kamu kopi.Duduk!!”omelnya lagi. Aku tertawa lalu mencium pipinya lalu duduk di kursi tinggi depan kitchen island mengawasinya membuatkan aku teh. “Men….kita jadi beres beres rumah bunda dan bawa ayahmu ke sini kan?”tanya Mia sambil menyodorkan cangkir berisi teh. “Ya….tapi kasih aku makan dulu,ayah udah setuju kok tinggal di sini,aku juga mana mungkin biarin ayah sendiri”jawabku. Mia tersenyum. “Good,aku jadi bisa mengadu sama ayahmu kalo kamu jahatin aku”jawabnya. Aku tertawa.Aku jahatin istriku?,mana mungkin kalo aku sayang sekali padanya. “Tunggu ya,aku selesaikan masakannya lalu kita makan…..” “Setelah itu bobo lagi kan?”potongku. Mia tertawa. “Kapan ke rumah ayahmu kalo setelah makan siang kita bobo lagi.Kamu gak kenyang apa tidur trus?”omelnya. Aku tertawa. “Masak nyonya!!,tuan mau temenin tuan muda”pamitku menyusul Timmy anakku ke ruang tengah. Timmy putraku sedang asyik menonton film kartun dengan serius saat aku bergabung duduk dengannya.Sebenarnya aku punya dua anak,satu anak perempuan yang sudah meninggal gara gara penyakit kanker otak di usianya yang masih balita.Kami sekeluarga sempat down saat Shakila putriku meninggal,karena dukungan teman temanku dan keluarga akhirnya kami bisa melewati masa sulit kehilangan Shaki.Tiga bulan lalu juga aku baru kehilangan bundaku karena sakit,kali ini aku lebih bisa menerima karena bunda memang sudah sakit lama,aku lebih ikhlas lagi menerima saat menemukan ayahku juga terlihat tegar dan ikhlas di tinggal bundaku untuk selamanya.Ketegaran dan keikhlasanku menerima itulah yang membuat Mia istriku dan Timmy jadi bisa tegar juga. Mia…..dia istriku.Satu dari sekian banyak wanita yang aku temui saat aku beranjak dewasa.Perempuan yang sangat bisa berdamai dengan sikap dan sifatku yang kasar,dan suka sekali baku hantam.Mia wanita yang aku pilih karena kesabarannya juga.Perempuan yatim piatu dan hanya punya seorang adik lelaki satu ibu dan lain ayah,karena mama mertuaku menikah lagi setelah papa Mia meninggal.Perempuan tegar yang selalu positif memandang kehidupan.Kerasnya kehidupan yang Mia jalani sewaktu dia kecil sampai dewasa membuatnya terbiasa hidup susah. Dulu aku belum seperti sekarang.Pekerjaanku cuma manager promosi sebuah perusahaan multinasional makanan.Di perusahaan itu juga aku bertemu Mia yang jadi anak buahku.Karena sahabat karibku dari SMA yang memintaku jadi CEO jaringan hotel,aku ada di posisi sekarang. Pokoknya jatuh bangun aku dan Mia membangun rumah tangga dari keterbatasan sampai aku bisa memenuhi kebutuhan Mia dan Timmy putraku seperti sekarang.Rumah tanggaku termasuk berjalan lancar.Mia berhasil menjalankan perannya sebagai istri dan ibu,memperingan tugasku yang jadi hanya perlu bekerja keras untuk menghasilkan uang. “Pah….kita bakalan ke rumah nenek?”tanya Timmy. “Makan dulu Tim,nanti laper.Kita jemput kakek sekalian”jawabku. Timmy bersorak. “Kakek tuh memang mesti di sini pah,kasihan cuma sama perawat,aku takut kakek sedih kalo sendirian trus ingat nenek deh”jawab Timmy. Aku mengangguk.Anak lelaki memang semanis ini kok. “Ayo makan!!”jeda Mia. “Ayo jagoan!!”ajakku bangkit pada Timmy. Timmy menurut ikutan bangkit lalu mengekorku dan Mia setelah mematikan TV. “Lapernya aku…..”desis Timmy begitu duduk di kursi meja makan. Mia tertawa. “Kayanya ada yang lupa abisin dua roti bakar dan segelas s**u coklat”ledek Mia. Timmy tertawa lalu sibuk mengambil makanan.Aku ikutan mengambil makananku sedangkan Mia baru duduk setelah mengambilkan semangkuk sayur sop yang mesih mengebul. “Masakan mama emang juara pah….enak banget”komen Timmy antusias. Mia tertawa dan aku hanya mengangguk.Mia memang jago masak dari dulu,sebelum kami menikah,alasanku juga menjadikan dia istri,karena dia bisa mengurus makananku.Tentu saja setelah aku merasa jatuh cinta pada Mia,yang memang cantik. Setelah makan sambil mengobrol,Mia ganti baju dan bersiap,aku sih santai tidak ganti bajuku.Aku cukup memakai kaos dan jeans,Timmy juga.Mia yang ribet harus selalu dandan cantik. “Mama lama banget dandannya”keluh Timmy saat menunggu Mia bersiap. Aku tertawa. “Salah satu tugas lelaki harus sabar menunggu wanita dandan Tim.Nanti kalo kamu punya pacar juga harus begitu”jawabku. “Kalo pacarku pasti cantik pah,jadi gak usah dandan”jawabnya. Aku menatapnya. “Kamu punya pacar?.Papa kok gak tau?”tanyaku pura pura. Timmy tertawa. “Belum.masih kecil aku pah,lagian banyak yang mesti aku jaga”jawabnya. Aku tertawa. “Pasti cewek cewek anak om dan tantemu ya?”tanyaku. Timmy mengangguk. “Iyalah,mereka cantik cantik tapi cengeng,mesti banget aku marah marah biar mereka berhenti nangis”jawabnya. Aku tertawa lagi. “Ayo jalan!!”jeda Mia sudah rapi. Aku menghela nafas kasar.Pastikan mesti sekali kelihatan cantik. “Kenapa kamu?”tanya Mia. Aku bangkit. “Ke rumah mertua aja cantik banget,gak bisa ya pakai daster doang”keluhku. Mia tertawa dan Timmy menggeleng pelan. “Justru karena ke rumah ayahmu jadi aku bisa dandan cantik,resiko ketemu orang orang yang akan lihatin aku dan kamu hajar minim.Kalo ke mall baru aku pakai daster biar aman”jawab Mia. “Kamu berharap di gagahin kalo ke mall pakai daster?”bentakku. “Ribut lagi soal baju!!,aku tunggu di mobil”pamit Timmy yang memang sering melihat dan mendengar perdebatanku dan Mia. Timmy berlalu sendiri ke depan. “Tuh anakmu aja sudah bosan lihat kamu ngomel”komen Mia. Aku berdecak pelan dan Mia mendekat lalu memeluk pinggangku. “Aku mesti berapa kali sih bilang sama kamu kalo aku cuma sayang dan cinta kamu?”tanyanya. Aku melengos. “Tetap aja aku gak suka,kamu jadi menarik perhatian lelaki lihatin kamu”jawabku. Mia tertawa lagi lalu meraih wajahku dan mengusap pipiku. “Tapi kan aku gak mau,walaupun mereka lihatin aku sampe mata mereka keluar,aku maunya sama OMEN SUMANDJAYA”jawabnya. Aku tertawa lalu merangkul pinggang ramping Mia.Istriku ini bisa sekali mengurus badannya supaya tetap kelihatan seksi. “Kalo gak ada orang aja berani peluk peluk aku,kalo depan orang aja”keluh Mia. Aku tertawa. “Aku takut orang ngelir kalo mesra mesraan sama kamu”jawabku. Mia memutar matanya. “Aku cantik gak?”tanyanya. Aku tertawa lalu menggeleng.Mia langsung cemberut. “Itu sih kamu tonjokin orang trus kalo ada yang godain aku”keluhnya lagi. Aku tertawa lagi. “Kamu lebih dari cantik yang,mestinya tanyanya kamu berjuta juta cantik gak?”jawabku. Mia merona lalu tertawa. “Receh!!,udah adem belum nih kamu,kalo udah,ayo jalan ke rumah ayah,masa aku udah rayu masih aja panas sih?”protesnya. Aku tertawa lalu mencium pipi Mia. “Ayo,cuma kamu yang bisa membuatku tenang,kenapa masih tanya sih?”jawabku. Mia tergelak lalu ganti merangkul lenganku keluar rumah. “Udah ngambeknya?”ledek Timmy begitu aku dan Mia masuk mobil. Kami tertawa. “Papa ngembek gak bisa lama,pasti mama rayu.Kalo mama tuh pasti lama,sampe papa butuh bantuan kamu”jawabku. Mia tertawa lalu mencium pipiku. “Cium cium lagi!!”omelku menjauhkan wajahku. Mia tertawa lagi. “Biarin aja sih pah,kan udah nikahan”protes Timmy. Aku hanya menggeleng pelan lalu mengeluarkan mobil dari rumah dan kami berlalu ke rumah ayahku. Timmy langsung berlari ke arah ayahku yang sedang duduk di teras rumah. “Kakek!!!,aku mau jemput kakek ke rumah aku”seru Timmy girang. Ayahku tertawa,aku dan Mia bergantian mencium tangannya. “Jadi ikut kan yah?”tanyaku. Ayahku menatap Timmy lalu mengangguk. “Jadi,ayah mau temenin jagoan yang ngeluh kesepian karena kangen kakeknya”jawab ayah. Timmy bersorak lagi. “Ayo masuk Mia….”ajak ayah yang tangannya sudah di tarik Timmy ke dalam rumah. Aku dan Mia mengekor. “Ayah sudah berkemas?”tanya Mia. “Sudah Mi”jawab ayah. “Kalo gitu,aku mau beresin kamar Omen ya yah,sama kamar yang lain”pamit Mia riang. Ayah mengangguk. “Ayo kek katanya mau kasih lihat aku perahu kayu yang mau kakek buat”ajak Timmy. Ayah tergelak lalu menurut juga saat Timmy mengajak ke ruangan kerjanya dulu.Ruang kerja ayah itu berisi buku buku yang tidak pernah aku sentuh.Buku tentang segala hal.Aku tidak suka baca.Biarlah mereka sibuk,aku jadi bisa santai dengan tiduran di sofa ruang tengah sambil menonton TV. “Yang,baju baju ABG mu biar di sini ya,banyak banget kalo di bawa ke rumah kita”jeda Mia kembali. Aku tertawa. “Baju ABG?,perasaan aku bajuku dari dulu cuma kaos dan jeans”jawabku. Mia tertawa. “Tapi kan kaosmu dulu,gambarnya ABG banget”jawabnya. Aku tertawa lagi.Iya sih,dulu kan suka kaos kaos distro yang memang gambar gambar sablonnya rame dan keren.Kalo sekarang aku suka pakai kaos oblong polos.Malu juga kalo harus saingan dengan kaos Timmy. “Apa mau di sumbangin ke yayasan Nino?”tanya Mia menyebut nama teman sekaligus bosku. “Boleh juga…ayo aku bantu”ajakku bangkit. Akhirnya aku dan Mia berkutat di kamarku dulu.Ada rasa kangen tersendiri saat aku masuk kamar yang sudah lama sekali aku tinggal semenjak aku kuliah dan tinggal bareng Rengga dan Obi dua temanku dari zaman SMA.Tapi kamarku ini punya kenangan tersendiri buatku.Kadang kami berkumpul di kamarku kalo berniat minum bir atau merokok bersama teman temanku. Aku lupa cerita,dulu sewaktu SMA,aku dan teman temanku membentuk genk.Kami terdiri dari 6 cowok dan 3 cewek.Aku tak pernah menyangka kalo hubungan pertemanan kami bisa berlangsung langgeng sampai kami menikah dan punya anak seperti sekarang.Kami sama sama terus dan tak pernah putus komunikasi.Apalagi sekarang kami berada di jaringan bisnis bersama yang di kepalai Nino tadi.Gerenino Sumarin namanya.Dia anak pengusaha kontraktor kaya dan dia yang membangun kerajaan bisnis General Wolrd.Semua ada di bawah jaringan usaha Nino.Aku,Andi,Rengga,Obi,Rolad itu nama nama sahabatku dan tiga orang perempuan,Sinta,Karin dan Noni atau Queensha.Mereka bertiga juga istri dari teman temanku.Noni itu istri Nino,Sinta istri Rengga dan Karin istri Obi. Seru deh persabahatan kami.Nanti aku cerita kalo ada ada waktu.Aku bantu istriku dulu yang sibuk mengeluarkan baju baju ABG ku dari lemari.Aku yang sibuk mencari dus bekas di gudang untuk mengepak baju baju itu untuk di sumbangkan. “Men ini apa?.....”desis Mia menjeda kesibukan kami. Aku menatapnya lalu mengambil tiga foto yang dia pegang.Aku tersenyum saat menerima foto itu dari Mia.Seperti dejavu,aku jadi tertawa sendiri saat menatap foto Noni,Sinta dan Karin.Aku duduk untuk menatap foto itu dan mengabaikan Mia yang menatapku.Foto mereka sendiri sendiri sewaktu foto shoot The Six Three,sebagai pengganti traktiran saat ulang tahun Nino.Harusnya ada foto teman teman yang lain,tapi aku lupa kemana.Foto yang lain juga aku beri nama.Sultan kampret pada foto Nino,curut gesrek pada foto Obi,curut cool pada foto Roland,pujangga pada foto Rengga dan dewa gitar pada foto Andi. Bidadari kesepian itu yang aku tulis di balik foto Karin. Bidadari yang selalu bersembunyi di balik topeng ketegaran.Bidadari yang ternyata merindukan gelak tawa dan cinta kasih.Aku yang harus selalu merelakan saat kaosku basah oleh airmata bidadari sombong dan angkuh ini.Tak lelahkah kamu bersandiwara trus?.Please cari aku kalo kamu merasa sepi….. Aku tertawa menyadari kenapa dulu aku mellow karena memikirkan Karin yang suka diam diam menangis saat rindu kedua orang tuanya yang sibuk.Aku beralih pada foto Sinta,bidadari jagoan,begitu aku tulis di balik foto Sinta. Bidadari itu di ciptakan penuh kelembutan….hanya kamu yang di ciptakan berbeda….karena kamu bidadari lembut yang bisa berubah jadi garang….kamu bidadari yang mampu membuatku sadar kalo sosok bidadari garang itu tetap butuh menangis…..walaupun aku harus selalu sibuk meredakan tangismu….aku rela…..karena aku tak tahan melihatmu menangis…. Aku tertawa lagi.Aku ingat Sinta yang tampak luar selalu terlihat garang karena dia jago sekali ilmu beladiri.Tapi dia selalu tidak tahan kalo merasa sedih,jadi suka sekali menangis.Beda dengan Karin yang selalu berusaha menyembunyikan tangisannya,Sinta di mana pun bisa menangis.Aku yang kadang kepayahan meredakan airmatanya,sambil mengomel karena seringnya dia menangis.Jujur aku kadang takut stok airmata Sinta habis. Saat beralih pada foto Noni,aku justru terdiam.Bidadari Penyelamat.begitu aku menulis di balik foto Noni. Aku yang tidak pernah percaya akan adanya sosok bidadari penyelamat sebelum aku bertemu kamu.Sosok bidadari yang rela merasakan kesakitan sendiri saat dirinya terluka parah dan menyimpannya dalam hati.Kamu seperti itu,yang tidak mau orang lain ikut bersedih karena melihat lukamu.Kamu lebih senang membantu kami menyembuhan luka dan duka,di banding kamu menyembuhkan luka dan dukamu sendiri.Kamu yang selalu bilang,luka dan dukaku akan sembuh seiring dengan gelak tawa kami saat kami berhasil menyembuhkan luka dan duka kami.Kamu benar benar sosok bidadari penyelamat…..sampai kapan pun aku siap menjadi malaikat penjagamu……karena kamu yang sudah menyucikan diriku oleh kasih sayangmu yang tanpa pamrih……. Kalo menatap foto Karin dan Sinta,aku tertawa.Pada foto Noni justru aku mengusap airmata yang lolos di sudut mataku.Noni memang banyak melakukan banyak hal bukan hanya untukku tapi pada yang lain juga.Semua orang setuju kalo Noni yang sudah merubah semua.Kalo Noni alasan kami bersatu,karena ketulusan Noni yang membuat kami menyayanginya. “Udah ngingat masa lalunya?”tanya Mia. Aku masih tertawa saat menatap Mia yang mendadak jadi garang. “Udah Mi….aku cuma ingat teman temanku”jawabku. “Mengingat atau belum bisa melupakan?”tanyanya pelan. Aku jadi diam menatapnya. “Maksudmu apa?”tanyaku. Mia menatapku lekat. “Mereka bidadari buat kamu.lalu aku?.Pantas selama ini kamu gak pernah benar benar bisa tidak perduli pada mereka walaupun mereka sudah punya suami,dan suami mereka teman temanmu sendiri”jawab Mia. Aku mengerutkan dahiku. “Aku gak ngerti”jawabku. Mia tertawa satir. “Kamu mana mungkin mau ngerti.Aku yang selalu berusaha ngerti,saat Karin,Sinta atau Noni menelponmu dan curhat”jawab Mia. “Mi…..aku juga dengar curhat Miranda dan Elis”sanggahku menyebut nama istri Roland dan Andi. “Tapi beda tidak seperti pada 3 bidadarimu”sanggah Mia. Aku menghela nafas. “Karena Karin,Sinta dan Noni,aku kenal sejak dulu,lagian mereka cuma berharap aku meninju suami mereka dan bukan untuk minta aku nikahin”gurauku sambil tertawa. Mia mengangkat sebelah alisnya. “Kalo mereka berharap kamu nikahin gimana?,kamu bakalan mau?,kali jadi gak perlu curhat lagi di telepon tapi bisa curhat sambil bermesraan sama kamu”jawab Mia. Aku terbelak. “MI!!! ,teman temanku gak murahan”protesku. “Murahan?.Aku gak bilang begitu.Cuma mempertanyakan,kok aneh ya mereka punya suami tapi selalu cari kamu,suami mereka ngapain?.Aku gak seperti itu.Lalu kamu mikir gak sih perasaanku?,aku selama ini diam karena aku merasa mereka banyak bantu kita,terutama bantu kamu.Tapi saat aku menemukan curhatanmu sendiri,aku jadi ngerti kenapa kamu gak bisa berhenti perduli sama 3 bidadarimu itu”jawab Mia dengan nada mengejek. Aku diam. “Pantes banget saat Karin nangis nangis karena berantem sama Obi kamu buru buru datang ke rumahnya.Kalo Sinta nangis di mana pun,kamu santai langsung meluk Sinta,padahal Rengga ada.Lalu waktu Noni koma,kamu niat sekali bergadang trus di rumah sakit nunggu Noni sadar.Seperti kepingan puzzle Men,dan sekarang aku ngerti kenapa kamu begitu”lanjut Mia. Aku menatapnya. “Aku seperti itu pada Karin,karena aku tau Obi akan nyerah kalo Karin sudah mulai nangis.Obi sayang banget Mi sama Karin.Karin yang keras kepala dan butuh aku omelin supaya ngerti kalo Obi sayang.Sinta juga gitu.Rengga gak bisa tahan Sinta nangis dan bakalan pasrah kalo Sinta mulai ngamuk.Aku yang bisa redam amarah Sinta,untuk itu Obi dan Rengga gak pernah marah atau cemburu sama aku.Karena mereka percaya aku cuma mau bantu”jelasku. Mia diam lalu melengos saat airmatanya lolos. “Lalu Noni…..kamu aja sedih waktu Noni koma dan Aldebaran putranya meninggal sebelum bisa lahir.Sampai kamu gak mau hamil lagi dan aku terima.Aku hanya merasa perlu menjaga Noni dan membalas apa yang udah dia kasih untuk kita Mia.Noni dan anak anak yang udah bantu kita saat kita kehilangan Shaki.Aku gak tega lihat si kembar harus kehilangan Noni dan Nino ayahnya karena Nino pasti dekat Noni.Aku hanya sebentar menggantikan Nino menjaga Noni supaya Nino bisa urus si kembar.Untuk itu kamu gak percaya sama aku?”tanyaku. Mia menunduk dan isak tangisnya terdengar. “Aku gak tau siapa yang saat ini harus aku percaya,perkataanmu atau hal yang aku takutkan selama ini.Kenyataannya aku kesakitan Men.Gak tau besok besok,mungkin hilang kalo aku bisa berdamai pada kenyatan ini.Gila rasanya membayangkan kamu bisa menyayai 3 perempuan lain selain aku.Seberapa besar kamu punya cinta sampai sanggup kamu bagi?.Dan aku dapat berapa banyak?.Aku tak tau lagi”jawab Mia lalu meninggalkanku keluar kamar. Aku menghela nafas kasar lalu duduk di ranjangku.Setelah sekian lama,Mia bisa memiliki perasaan ini?.Kenapa di saat aku merasa semua baik baik saja untuk kami jalani?.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD