bc

Ketulusan Cinta Vinessa

book_age16+
9
FOLLOW
1K
READ
HE
arrogant
badgirl
brave
boss
heir/heiress
tragedy
bxg
campus
highschool
affair
addiction
like
intro-logo
Blurb

Ines dipaksa untuk menerima perjodohan dengan seorang pria yang belum pernah dikenalnya. Menjadi anak yang tidak diinginkan oleh keluarga besar Erick, membuat gadis itu menerima dan pergi dari kediaman kedua orang tuanya. Pernikahan yang dia harapkan akan memberikan kebahagiaan nyatanya hanya khayalan semata.

Dan pria yang Ines anggap sebagai orang baik, ternyata tidak seperti apa yang ia bayangkan. Pria itu menikahinya hanya untuk membalas dendam kepada sang bunda lewat Ines. Sifat yang kasar, temperamental, dan dingin, membuat Ines selalu takut berada di hadapan pria itu.

Perselingkuhan, caci maki, dan hinaan setiap hari Ines dapatkan dari pria yang menjadi suaminya, kekasih sang suami, dan keluarga besarnya. Apakah Ines mampu bertahan hidup dengan pria kejam itu? Bagaimana kehidupan Ines bersama keluarga besar Erick?

chap-preview
Free preview
Prolog
Seorang gadis bernama Vinessa Queensheila Erick menatap ke sekeliling ruangan yang begitu gelap tanpa celah sedikitpun. Menangis terisak sambil menyembunyikan wajahnya di lekukan kedua lutut. Tak hentinya mengucapkan kalimat yang sama dengan nada lirih, tetapi tidak ada seorang pun yang menggubris. Menjadi pelampiasan amarah dari orang-orang terdekatnya adalah hal yang sudah biasa, tetapi kali ini tidak dibenarkan oleh Ines sendiri. Karena ia tidak salah, sepupunya itu yang melakukan hal tersebut. Mengapa tidak ada yang mempercayai anak itu. "Bunda, Ines takut. Maafin, Ines, Bunda." Lagi dan lagi hanya kalimat itu yang dilontarkan oleh gadis cantik yang baru menginjak usia 8 tahun. Ia tengah dikurung di sebuah gudang oleh bunda dan keluarga besar kedua orang tuanya, karena secara tidak sengaja memecahkan guci kesayangan sang nenek. Mereka tengah berada di kediaman Kakek dan nenek Ines, Agatha Julia Erick dan Ardiantara Erick. Di sana sedang ada pesta meriah untuk merayakan hari ulang tahun Crystal Diayni Erick, sepupu Ines. Biasanya Ines tidak pernah diajak, tetapi kali ini sang ayah mengajaknya. Namun, hal yang tidak terduga menghampiri anak itu. Crystal tidak sengaja menyenggol guci kesayangan sang nenek, kebetulan ada Ines di samping anak itu. Takut akan amarah keluarganya, membuat anak itu berteriak dan menyalahkan Ines. Tanpa ia sadari dua orang remaja lelaki tengah memperhatikan apa yang dilihat mereka, tetapi keduanya tidak mau mencampuri apalagi membantu Ines yang tengah dipukul oleh neneknya. Iya, Ines tengah dipukuli oleh Agatha menggunakan gagang sapu dengan sangat keras, sehingga membuat Ines berteriak kesakitan. Crystal pun membantu sang nenek memukul sepupunya, tidak ada yang melerai apalagi membantu Ines. Mereka hanya diam sambil menatap miris ke arah anak kecil itu. Tiba-tiba seorang pria paruh baya menghentikan apa yang dilakukan oleh ibunya. Ia membawa Ines pergi dari sana. Namun, ternyata pria paruh baya yang merupakan ayah Ines membawanya ke dalam kamar. Di sana juga ada Mayang Queena Pratistha, ibu Ines. Kedua pasangan itu marah kepada Ines dan apa yang telah ia perbuat itu mempermalukan keduanya. Mereka ikut menyiksa anak itu dengan mencambuk punggung kecilnya begitu keras. Ines kembali menangis dan berteriak, karena teriakan itu membuat Agatha marah dan membawa Ines ke dalam gudang dan menguncinya hingga malam tiba. "Kenapa semua orang jahat sama Ines? Ines salah apa?" Ines terus menangis di dalam kegelapan. "Ines selalu nurut sama Bunda dan Ayah, kenapa mereka nggak sayang Ines. Bahkan, Abang juga jahat sama Ines," gumamnya dengan isak tangis yang belum mereda. Tiba-tiba pintu gudang terbuka, menampilkan sesosok anak kecil seusianya. Anak itu tersenyum ke arah Ines ketika melihat Ines mendongakkan kepala dan menatap ke arahnya. Ia melangkah mendekat dan duduk di samping Ines yang masih meneteskan air mata. Tanpa aba-aba Ines memeluknya dengan erat dan menangis terisak. "Fernan, kenapa Crys jahat sama Ines. Dia nuduh Ines yang hancurin guci kesayangan Grandma, padahal Ines nggak ngapa-ngapain. Crys yang ngelakuin itu, dia yang nyenggol gucinya. Badan Ines sakit banget," adu Ines dengan isak tangis yang menyakitkan. Antariksa Fernando Adhitama. Sahabat Ines dan alasan utama yang membuat Crystal selalu menyakiti Ines. Anak itu cemburu dengan kedekatan Ines dan Fernan, yang memang tidak bisa sedekat mereka dalam berteman. Fernan selalu menolak diajak bermain oleh Crystal dan sulit untuk didekati, sehingga membuat anak tersebut marah juga membenci Ines. "Kita obatin yuk badan kamu, biar nggak sakit lagi." Ines masih terisak. "Sakit, Fernan. Sakit banget, bukan cuma badan Ines, tapi hati Ines juga sakit. d**a Ines juga sesak. Kenapa mereka benci banget ya sama Ines? Sampe guci hancur aja Ines yang disalahin, Grandma pukulin Ines. Bunda dan Ayah cambukin Ines," adunya kepada Fernan. Fernan terus memeluk Ines. Rasanya anak itu juga ingin menangis karena melihat kesakitan Ines, tetapi ia tidak boleh terlihat lemah. "Udah ya. Jangan nangis terus, kamu jelek kalau nangis. Ayo, kita keluar dari sini, aku bawa kamu ke kamar aku. Nanti aku minta tolong Papi dan Mami buat ngobatin kamu. Kamu juga belum makan kan dari pagi?" Ines menganggukkan kepalanya yang tertunduk. "Kalau Ines keluar dari sini, takut mereka marah. Apalagi Grandma, nanti Ines dipukul terus dikurung lagi," ucap Ines dengan air mata yang masih berderai. Fernan menghapus air mata yang membasahi pipi gembil dari sahabat perempuannya itu. Ia mengulas senyum tulus, lalu berkata, "Percaya sama Fernan, nggak akan ada yang berani sentuh Ines kalau ada Papi dan Mami di sini. Mereka nggak akan macem-macem kok, soalnya kan takut sama Papi. Lagipula, di sini pengap, Nes. Nanti kamu kekurangan napas gimana? Masa aku harus ngasih napas buatan sih? Kan ogah, nggak mau!" kelakar Fernan. Ines menatap Fernan dengan dahi berkerut. "Kenapa?" "Ck, napas buatan Fernan hanya buat orang-orang cantik, Nes. Bukan anak ingusan kayak kamu. Minimal anak-anak SMA yang suka dicium, kan Fernan lagi belajar jadi pakboi!" jawab Fernan dengan asal. "Pakboi? f**k boy, Fernan. Lagian jelek banget impiannya pengen jadi begituan, mending kayak Ines jadi dokter." Fernan menyentil kening Ines. "Udah, kapan kita ke kamarnya kalau ngobrol terus. Yuk, cepetan ke kamar aku, di sana juga udah ada Mami dan Papi yang aku suruh buat nunggu dan bawa makanan." Ines menganggukkan kepala. Saat Ines bangun dari duduknya dan siap melangkah keluar dari ruangan pengap itu. Ia malah ditarik kembali oleh Fernan. "Katanya mau ke kamar Fernan? Kenapa Ines ditarik lagi?" Bingung dengan perilaku sahabatnya, membuat ia mengajukan pertanyaan. Fernan pun berjongkok di hadapan Ines, tetapi anak itu masih diam di tempatnya. Tidak ada tanda-tanda apa pun bahkan bergerak sedikit tidak anak itu lakukan. Ia belum mengerti apa maksud dari yang Fernan lakukan. "Naik!" titah anak itu. Ines membelalakkan matanya. "Ih, Ines bisa jalan sendiri Fernan. Kasihan nanti Fernan capek dan pegel kalau gendong Ines," tolak Ines dengan halus. "Aku bilang naik, ya, naik, Nes. Aku nggak pernah suka ditolak! Lagian kamu jangan sok jadi cewek, lihat tuh kaki kamu di bagian betis memar banget. Jalan pastinya bakalan sakit, jadi naik ke punggung aku. Biar digendong sampe kamar, tenang aja, kamu kan tahu kalau aku itu kuat banget," titah Fernan. Ines pun menuruti perintah Fernag yang memang tidak suka dibantah oleh siapa pun, terutama kedua orang tuanya. Naik ke punggung anak itu dan dibawa keluar dari gudang tersebut menuju kamar Fernan. Tanpa kedua anak itu sadari, ada seorang anak yang terus memperhatikan keduanya dengan mata yang tajam.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook