1. Gadis manja

1078 Words
Farel Ferdian, pria berumur dua puluh lima tahun yang saat ini menggeluti profesinya sebagai seorang dokter Hewan. Sejak kecil, Farel sangat suka mempelajari anatomi hewan dan ilmu fisiologi hewan. Pria itu lulus uji profesi dokter satu tahun yang lalu. Saat ini, Farel sedang merenung di ruangannya sekadar melepas Lelah. Farel pemilik Sah rumah sakit hewan yang saat ini menjadi tempatnya bekerja. Kakeknya seorang pengusaha, selalu meberikan apa yang dia minta. Sebagai hadiah kelulusan satu tahun lalu, kakeknya memberikan rumah sakit hewan kepada Farel. Tok tok tok! Suara ketukan pintu membuat Farel mendongak. Siapa gerangan yang siang-siang mengganggunya. “Masuk!” titah Farel kencang. Seorang gadis cantik memakai dress warna pink membuka pintu dan menutupnya kembali. Gadis itu berlari dan menubruk tubuh Farel. Dengan cepat Farel menaikkan tubuh istrinya ke pangkuannya, mengecupi wajah Ara bertubi-tubi Gadis itu Ara, istri sah Farel sejak satu bulan yang lalu. Ara merupakan sahabat dekat Farel sejak kecil. Sering bersama membuat mereka saling menyayangi dan berujung pada pernikahan. “Kamu ke sini sama siapa?” tanya Farel mengelus rambut panjang istrinya. “Sama Mas Brama,” jawab Ara. Brama adalah sepupu jauh Ara sekaligus sopir yang Farel sewa untuk mengantarkan istrinya kemanapun istrinya pergi. Jangankan naik mobil, naik sepeda saja Ara tidak bisa. “Kamu sudah makan? Mau makan siang?” tanya Farel. Ara mengangguk, makin mengeratkan pelukannya. Ara menyukai Farel, dulu hubungannya dengan Farel hanya sebatas teman dekat, tapi kini berubah menjadi teman tidur. Farel yang perhatian membuat Ara merasa jadi wanita yang disayangi. Sebulan ini Farel menjadi suami yang baik, tidak pernah marah dan tidak pernah membentak. Farel selalu tersenyum dengan kelakuan manja istrinya. Ara gadis luar biasa, yang walau anak orang kaya, tapi dia tidak memiliki hobby belanja. Ara tidak kuliah dan tidak bekerja. Keuangannya disupport oleh orang tua juga suaminya. Yang Ara lakukan sepanjang hari hanya di rumah mencoba resep-resep masakan baru. “Aku bawa makan siang buat kamu. Tapi aku naruhnya di lobby,” ucap Ara. “Okey kita ambil sekaligus makan di kantin,” jawab Farel mengajak Ara berdiri. Ara menggeleng sembari menundukkan pandangannya. Farel hanya menghela napas, lalu memeluk tubuh istri mungilnya dengan erat. Sampai sat ini pun Farel tidak tau kenapa istrinya tidak bisa bersosialisasi dengan orang asing. Saat dikeramaian, istrinya akan ketakutan tanpa sebab. Farel yakin, tadi saat istrinya mulai memasuki area rumah sakit, istrinya pasti lari tunggang langgang. “Kamu makan aja di kantin, aku tunggu di sini. Lagian aku sudah kenyang kok tadi makan cup cake,” ujar Ara. “Siapa yang buat cup cake?” “Aku.” “Kok gak kamu bawa? Suamimu ini suka banget padahal,” ucap Farel. Ara tersenyum cerah mendengar ucapan suaminya. “Kamu suka? Nanti habiskan semuanya ya. Aku sudah menyimpannya di kulkas, pasti rasanya makin enak kalau dingin,” pekik Ara antusias. Farel mengusap rambut Ara, pria itu paling jago soal menaikkan mood istrinya. “Sekarang kamu tunggu di sini, aku akan ambil makanan yang di lobby,” ucap Farel. “Aku ikut, tapi gandeng!” ujar Ara merangkul lengan suaminya. Farel mengangguk, megajak Ara untuk menuju loby. Sepanjang koridor rumah sakit, Ara dan Farel menjadi bahan perbincangan. Mereka tidak kaget lagi saat harus disuguhi pemandangan romantis pengantin baru itu, karena memang sudah seperti itu lah Farel dan Ara bahkan sebelum mereka berdua menikah. “Rel, kamu jangan kegenitan lihat cewek lain,” ucap Ara. Farel hanya tersenyum, dia paling suka saat istrinya bertingkah manja dan possessive seperti ini. “Di sampingku sudah ada cewek cantik, masak masih ngelirik yang lain sih. Gak mungkin lah,” jawab Farel. Ara tentu saja percaya dengan ucapan suaminya. Di dunia ini yang selalu Ara percaya hanya suaminya seorang. Kedua oraang tuanya sejak dia kecil selalu membohonginya. Katanya akan pulang menemani dirinya, tapi ternyata hanya omong kosong. Orang tua Ara jarang pulang ke rumah lantaran sibuk dengan bisnisnya. Meninggalkan Ara sendirian dengan beberapa asiten rumah tangga. Farel mengambil makanan yang diletakkan istrinya di meja lobby. Setelah mengambilnya, dia mengajak istrinya kembali ke ruangannya. Sebenarnya Farel ingin membuat Ara melepas phobianya dengan mengajak Ara sosialisasi di luar, tapi ujung-ujungnya Ara akan ngambek dan tidak mau bicara. Farel serba salah, saat ada acara di luar pun Farel tidak bisa mengajak Ara dengan kondisi Ara yang serba ketakutan seperti ini. Berstatus suami tapi serasa jomblo. “Rel, biar aku siapkan. Kamu duduk saja yang tenang!” ucap Ara mendudukan suaminya di sofa. Farel menurut, kalau dia membantah sudah pasti Ara akan ngambek. Dengan cekatan Ara menyiapkan makanan untuk suaminya. Setidaknya, masih ada satu skill yang bisa dia banggakan di depan suaminya. “Kamu masak apa ini, Sayang? Kok bentuknya aneh begini?” tanya Farel melihat lauk yang dimasak sang istri “Itu Namanya koloke, aku buat bentuk abstrak biar berseni,” jawab Ara antusias. Farel memasukkannya ke dalam mulutnya. “Selalu enak,” puji Farel mencuri ciuman dari bibir sang istri. “Kamu jangan suka nyium sembarangan. Gak boleh!” ucap Ara mencubit pipi suaminya. “Lagian salah sendiri kamu gemesin banget,” bisik Farel. Ara mencibir. Memang suaminya sangat memperhatiannya dari ujung rambut sampai ujung kaki, tapi ada yang mengganjal di hati Ara. Yaitu tentang suaminya yang tidak pernah menidurinya. Sejak malam pertama sampai saat ini, Farel hanya meraba-raba tubuhnya dan tidak pernah pada intinya. Ara selalu mengenyahkan pemikiran  negatifnya, tapi rasa penasaran itu malah makin menggerogotinya. Ara sudah pernah mencoba memakai pakaian sexy di hadapan suaminya, tapi suaminya hanya tergoda sekadar meraba. Sakit? Tentu saja, Ara merasakan sakit hati saat suaminya terlihat tidak menginginkannya. Namun sebisa mungkin Ara bersikap biasa saja. “Kamu kok bengong? Gak dihabiskan makanannya?” tanya Farel menyenggol pundak Ara. Ara terkesiap dan memandang suaminya. “Sini aku suapin, kamu makannya lama amat, pantesan tubuhnya kelihatan gak seger,” ujar Farel merebut makanan Ara. Farel sendiri sudah memakan makannnya sampai tandas. “Aaa … buka mulutnya yang lebar!” titah Farel. Ara membuka mulutnya, menerima suapan dari suaminya “Kamu makan harus yang banyak biar tubuhnya makin seger. Masak istri dokter tubuhnya kurus lering begini sih,” ucap Farel sembari asik menyuapi istrinya. “Kamu kan dokter hewan. Masak aku harus seger kayak hewan sih,” dumel Ara. Farel tergelak. Tangan pria itu mengusap sudut bibir istrinya yang terdapat sisa makanan. “Ya bukan begitu, Sayang. Kan kalau badanmu seger, enak aja kalau aku mau raba-raba kamu,” bisik Farel. “Kamu Cuma raba-raba doang, tidak pernah pada inti. Kamu gak bernapsu sama aku?” tanya Ara yang membuat Farel meletakkan sendok yang dia pegang seketika 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD