bc

KEMADEAN

book_age18+
1.8K
FOLLOW
32.2K
READ
adventure
killer
royalty/noble
tragedy
no-couple
mystery
ambitious
female lead
magical world
rebirth/reborn
like
intro-logo
Blurb

Semua akan mati dan tua pada waktunya. Siapa bilang? Datanglah ke pada Kanjeng Ratu Kidul, memintalah. Kalau hanya harta yang sesulit itu saja mampu diberikannya kenapa tidak dengan wajah yang awet muda dan kulit yang kencang serta tubuh yang menggoda. Coba saja, Kaseni sudah membuktikannya, bukan cuma pemuda tampan saja yang tertarik, bahkan kekasih anaknya saja sulit menolak pesonanya.

Tapi apakah tidak berbahaya untuk keselamatan Kartini? Bagaimana dengan kekasih anaknya, apakah benar-benar bisa lepas dari pesonanya?

KEMADEAN adalah bahasa Jawa kuno yang artinya reingkarnasi, saat kamu terlahir kembali dalam tubuh anakmu dan mengetahui kebenaran di sama lalu ... apa yang akan kamu lakukan untuk menyelamatkan kekasihmu?

Ide 26 Februari _ Jenang gula

Cover by Stary

chap-preview
Free preview
Prolog
Setelah seharian melaksanakan acara yang membuat seluruh badannya sangat lelah. Seorang pemuda merebahkan tubuhnya ke atas ranjang yang berukuran lumayan lebar untuk seseorang yang memiliki rumah di desa seperti dirinya. “Kok gak adus sek, engkok pliket kabeh awak e sampean (Kok gak mandi dulu, nanti gerah semua badanmu).” kata seorang wanita yang sangat cantik, memiliki badan yang singset seperti masih perawan meski pun umurnya sudah tidak muda lagi. “Mengko wae, aku selak ngantok buanget. Kesel, sikelku rasane ning nong ning nong (Nanti saja, aku sangat mengantuk. Capek, kakiku juga sakit banget).” jawab pemuda kekar yang sedang melepas pakaiannya sendiri dan melemparnya ke samping ranjang. Pemuda itu berniat untuk memejamkan matanya dan pergi ke dunia mimpi. Kamar ini cukup modern. Meski pun sekarang rumah-rumah masih berdinding gedèk (bambu yang dianyam, menyerupai lembaran, biasanya berukuran 2×2 m) dan berlantai kan tanah yang rata tanpa kerikil atau dipatelah (bata yang tersusun rapi). Di rumah besar ini, sudah berdinding tembok tinggi dan juga sudah dilepo (dilicin) halus dan lantainya juga plister (semen yang diratakan di atas lantai untuk menutupi tanah). Lampu petromaks menggantung di seluruh ruangan dan hampir semua berukuran besar. Hanya di tempat yang sempit saja yang diterangi oleh oblek (lampu pijar yang berbahan bakar minyak tanah, tapi minyak goreng yang sudah pernah digunakan/curah juga bisa tapi sumbunya diganti kapas). “Àjà turu kene lek emoh adus, aku gak betah ambune. Iku peraturan nomer siji (Jangan tidur sini kalau tidak mau mandi, aku tidak tahan baunya. Itu peraturan nomor satu).” kata wanita itu kepada lelaki di hadapannya sambil bersendekap d**a. “Iyà, tapi bar iki aku njaok jatah yà (Iya, tapi setelah ini aku minta jatah ya).” jawab pemuda itu sambil bangkit dari tidurnya dan berlalu ke kamar mandi. Setelah selesai membersihkan tubuhnya, lelaki itu masuk lagi ke kamar barunya masih mengenakan handuk yang dilingkarkannya di pinggangnya. Dibukanya perlahan pintu kamarnya agar tidak mengagetkan seseorang di dalam sana. Sedikit heran karena ternyata wanita yang baru saja dinikahinya itu malah telanjang bulat dan mengangkangkan kaki mulusnya. “Sampean wes siap tah? Iki manukku langsung tangi weroh sampean kàyà ngono (Kamu sudah siap? Ini burungku malah bangun melihatmu seperti itu).” kata pemuda itu melempar handuknya sembarang dan menampakkan pusakanya yang berdiri kokoh. “Aku ngentèni ket mau, iku mumpung wes tangi gek ndang dileboknè (Aku menunggu dari tadi, itu sudah bangun cepat masukan).” jawab wanita itu meraih pusaka pemuda di depannya dan mengelusnya sensual. Mendapat perlakuan yang sangat halus dan membuatnya terangsang, membuat pemuda itu memejamkan matanya dan meresapi sensasi yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Wanita itu menyuruh pemuda itu terlentang di atas ranjangnya, mengangkangi kepalanya dan mulai mengulum pusaka yang menegang itu dan memainkan dua biji yang menempel itu dengan kedua tangannya. Tanpa perlu komando, pemuda itu segera meraup durian montok yang ada di depannya dan mulai menghisapnya kuat. Menjulurkan lidahnya untuk mencapai kacang yang ada di dalam sana dan sesekali memainkan sesuatu yang menegang di tengahnya. “Ayo tah, Kas. Aku wes gak kuat (Ayolah, Kas. Aku sudah tidak tahan).” ucap pemuda itu yang merasa akan meledak oleh permainan wanita yang sedang mengulum pusakanya sambil mengangkangi wajahnya itu. Wanita itu bangkit dari posisinya dan berbalik menghadap pemuda itu. Memasukkan pusaka yang tadi dikulumnya ke dalam durian miliknya dengan perlahan namun pasti. Tidak sulit, karena ini sudah pernikahannya yang ke tujuh. Meski begitu duriannya masih cukup rapet dan singset karena dia rajin meminum jamu dan juga merapalkan doa-doa yang selalu dia panjatkan di malam-malam tertentu. Wanita itu mulai menaik turun kan pinggulnya sambil bertumpu pada lututnya sendiri dan juga sesekali memutar b****g semoknya. Gerakannya yang terkadang pelan terkadang melambat seakan dirinya sangat menguasai permainan yang dia ciptakan. Dia sungguh menikmatinya, meski keringat mulai muncul ke permukaan kulit yang ada di dahinya, dia tetap melakukan gerakan itu untuk memanjakan pemuda yang ada di bawah tubuhnya sekarang. “Puwenak e, Kas. Goyanganmu jan jos buanget (Enaknya, Kas. Goyanganmu enak banget).” kata pemuda itu sambil sesekali memejamkan matanya. Merasa dirinya akan meledak, pemuda itu memegang pinggul wanita yang ada di atas tubuhnya agar menghentikan gerakannya. Menyuruhnya merebahkan tubuhnya dan memasukkan pusakanya kembali ke dalam durian montok wanita itu dengan sekali sentakan dan sedikit kasar. Kenikmatan yang menyebar ke seluruh tubuhnya membuat aliran darahnya berkumpul di pusakanya. 'Crott.' Muntah sudah. Lahar yang ditahannya sejak tadi, tumpah setelah tak terbendung lagi. Lelah setelah mengikuti acara pernikahannya sendiri dan di tambah pertempuran yang baru saja dilaluinya, membuat tubuhnya lelah. Dia melepas pusakanya dan berbaring di samping wanita itu. Wanita itu tersenyum dan bangkit dari posisi berbaringnya. “Tak rijikane sik yà, bariki aku njaok imbuh (Aku bersihkan dulu ya, setelah ini aku minta lagi).” kata wanita itu dan berlalu ke luar dari kamarnya. Benar saja. Saat pemuda itu hampir saja tiba ke alam mimpi. Seseorang sudah mengulum pusakanya dan memainkan biji kembarnya, memang dia belum berpakaian sejak tadi. Membuka matanya dan melihat wanita yang sangat dicintainya itu sudah sangat siap dengan tubuhnya yang semakin seksi saja. Tak ingin terlalu lama, karena pusakanya sudah bangun dan kembali kokoh. Pemuda itu menyuruh wanita itu menungging dan memasuki kesukaannya perlahan dari belakang. Sungguh nikmat. Dengan perlahan atau pun tempo cepat sama nikmatnya. Tak cukup sampai di situ. Pemuda itu sekarang duduk menyandarkan punggungnya ke sandaran ranjang yang sudah dialasi sebuah bantal empuk dan menyuruh wanita itu duduk di atas pangkuannya. Meraup gunung kembar yang kokoh menantang di depannya dan memainkan dua tonjolan kecil yang mengeras saat ini. Permainan semakin liar dan pemuda itu ingin meledak kembali. Saat dia sudah tidak mampu menguasai permainan, dia memasrahkan tubuhnya dan hanya memejamkan mata menikmati permainan wanita yang ada di pangkuannya sekarang. Hampir meledak. Tapi bukan nikmat yang didapat. Dia merasa barang kebanggaannya seakan disedot ke dalam dan semakin panas. “Aaaaa......!! Uwes, cul no, uwes, panasss!!! (Sudah, lepaskan, sudah, panas!!!)” teriak pemuda itu sambil menahan lutut wanita di atasnya agar berhenti bergoyang. Bukan berhenti, wanita itu menyeringai dan terus memantapkan gerakannya. Memutar dan bergaya sensual, sangat seksi dan menarik andai saja ada yang melihatnya. Gunungnya yang bergerak naik turun sangat menggoda dan menantang siapa pun. Tapi tidak bagi pemuda itu. Saat kenikmatan yang tersaji di depan matanya berubah menjadi sakit, perih dan sangat panas. Tubuhnya terbakar dan dia sudah tidak tahan lagi. Rasanya seluruh sendi dalam raganya kali ini mau copot dan terberai dengan satu nyawa yang dimilikinya. “Tok no, Le. Jaremu mau penak se lak an. Ayo tok no, Le (Keluarkan, Nak. Katanya tadi enak banget. Ayo keluarkan).” kata wanita itu mesra. Tubuh lelaki itu mengejang dan menjadi kaku. Syaraf-syarafnya seperti tercabut dari nadinya. Dia sudah tak mampu lagi bersandar. Tubuhnya luruh menjadi terlentang sekarang. Kesakitan yang menjalar dari ujung kakinya merambat terus sampai ke badannya sekarang. Tangannya menggenggam menahan sakit yang begitu luar biasa. Darah segar ke luar dari mulut, hidung dan juga telinganya. Pemuda itu terbatuk-batuk menahan sesak yang menyerang dadanya. Saat kesakitan menjalar menyerang d**a dan kepalanya, dia pasrah sudah. Mungkin sekarang waktunya untuk mengistirahatkan tubuh lelahnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
8.8K
bc

Kembalinya Sang Legenda

read
21.7K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.2K
bc

Romantic Ghost

read
162.2K
bc

Time Travel Wedding

read
5.2K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
2.9K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook