Bab 5 Harapan Terakhir Ruby 2

1935 Words
Kilasan ingatan dalam benak wanita yang tengah menangis kencang ini berputar di otaknya tanpa diminta. Wahai para pembaca, kita akan masuk ke dalam ingatan Ruby beberapa tahun lalu sebelum menikah dengan Aidan Huo. Hari itu adalah tahun ketiga Ruby di bangku kuliah, sementara Aidan Huo satu tingkat di atasnya. Mereka tentu saja kuliah di tempat yang sama karena kegigihan Ruby dalam mengejar pria itu. “Aidan!” teriak Ruby ke arah pria tampan dalam balutan kasualnya, terlihat keren dan elegan. Tangan kanan sang wanita menjinjing sebuah bekal buatan sendiri, tersenyum sangat lebar ke arah pria di depan sana. Tapi, sang pria sangat dingin. Cuek dengan kehadiran wanita super cantik dalam balutan dres kuning cerahnya yang berenda imut. “A-Aidan! Aku bawakan bekal untukmu! Hari ini aku khusus membuat telur gulung dan beberapa dimsum isi udang dan daging sapi wagyu! Rasanya sangat enak dan super gurih!” Ruby dengan rambut diikat satu dengan pita merah menawan ini, buru-buru mengejar sang pria. Kedua pipinya merona indah penuh cinta menatap punggung dingin dari pria yang sangat dicintainya itu. Ini adalah adegan biasa yang terjadi hampir setiap hari selama bertahun-tahun Ruby mengejar sang pria. Tapi, dia sama sekali tak pernah menyerah. Apalagi Aidan Huo tidak pernah terlihat bersama wanita spesial mana pun, membuatnya jadi semakin bersemangat mengejarnya. Ruby berpikir, kalau pria itu hanya main susah didapat saja. Tidak benar-benar menolaknya. Sungguh naif pikiran Ruby kala itu! “Aidan! Tunggu! Aidan!” teriak Ruby kepayahan, berlari sambil memeluk bekal buatannya, tapi begitu dia sudah sampai dan menabrak dadanya yang bidang, langkah Ruby mundur selangkah, membuatnya agak kaget oleh gerakan berhenti tiba-tibanya. “Aidan! Ayo coba dulu! Seharian ini kamu ada kuliah, kan, sampai sore? Makan daging pasti akan memberimu kekuatan baru!” bujuknya penuh semangat, mengulurkan tangannya yang menggenggam bekal yang dibungkus oleh kain cantik bermotif beruang imut. Wajah Aidan menggelap jelek, hitam bagaikan awan penuh badai. Bekal itu dihempaskan ke tanah dengan suara ‘brak’ keras. Untungnya, ikatannya kuat hingga isinya tidak meluber keluar, tapi tatanan yang sudah dibuat khusus di dalam bekal itu, Ruby yakin pasti sudah hancur berantakan. “Aku alergi telur. Apa kamu bercanda?” sinis Aidan dingin, menyipitkan mata penuh kebencian. Ruby salah tingkah, gemetar gugup dan gelagapan parah seperti orang bodoh, tertawa canggung dengan sikap kasar sang pria. Sejak kapan dia alergi telur? Bohong! Tidak ada yang tidak diketahuinya mengenai pria itu! Namun, Ruby tidak mempermasalahkan penolakan Aidan, dia mencoba memahami sikapnya. Mungkin saja dia malu, kan, dengan teman-teman yang ada di dekatnya? “Ma-maaf, aku lupa,” balas Ruby sambil tertawa ringkih, pura-pura tidak ada yang terjadi. Dia segera buru-buru berlutut memungut bekalnya, lalu mendongak menatap sosok tinggi itu, “Ka-kalau begitu, kamu mau makan apa siang ini, Aidan? Akan aku buatkan dalam 1 jam. Ti-tidak, 2 jam paling lama! Teman-temanmu juga bisa mencicipinya. Ba-bagaimana?” “Tidak perlu. Melihat mukamu bikin selera makanku hilang. Jangan muncul lagi di depanku! Dasar pengganggu! Kamu dan makananmu itu sama-sama sampah yang bau! Perutku jadi mulas melihat kalian semua,” desisnya kejam, kemudian memberinya decakan lidah kesal, segera berlalu pergi bersama teman-temannya yang tertawa terbahak-bahak melihat kebodohan Ruby. Ruby terduduk lesu di tanah, memeluk bekalnya dengan wajah murung menatap bekal buatannya. Dia bangun pagi-pagi sekali hanya untuk membuatkannya bekal spesial ini, dan seharian bergulat di dapur hanya untuk belajar cara membuatnya. Ternyata hanya dianggap sampah di matanya. Rubyza Andara adalah wanita paling cantik di ibukota, sering masuk majalah fashion dan juga video make up terkenal. Selain itu, dia paling pintar dan menonjol pada beberapa hal. Bagaimana bisa pria itu sama sekali tidak tergerak hatinya disukai oleh wanita sempurna seperti dirinya? Dia kaya, cantik, pintar, dan berbakat. Punya tubuh sempurna yang merupakan idaman para pria. Apa kekurangannya sebenarnya? Semua pria di ibukota bahkan tergila-gila kepadanya, sampai ada yang berbuat nekat hanya untuk mendapatkan cintanya, tapi Aidan Huo menginjak-injak semua perhatian dan kasih sayang Ruby selama bertahun-tahun. Jika bukan karena kesabarannya dan betapa dalam cintanya kepada pria itu, dia pasti sudah lama menyerah dan meninggalkannya begitu saja. Ingatan masa lalu itu berhenti seiring Ruby mengusap air matanya, duduk bersandar pada kepala tempat tidur. Lama wanita ini termenung menatap kedua tangannya yang masih terpasang borgol yang sudah dipatahkan paksa rantainya. Siapa yang akan menolongnya sekarang? Aidan Huo sama sekali sudah tidak bisa diharapkan. Alaric Jiang sangat membencinya dengan masa lalunya yang kacau, tidak mau mendengarkan penjelasannya sedikit pun. Teman-temannya sudah lama putus kontak gara-gara pernikahannya yang terus menerus bermasalah di masa lalu. Keluarganya? Haha. Merekalah yang terburuk. Akibat hubungannya yang tidak baik dengan Aidan di masa lalu, dan pernikahannya yang gagal terus menerus, keluarganya sendiri sampai memasukkannya ke dalam daftar hitam. Tidak diakui, dan malah dianggap sebagai pembawa sial. Diusir keluar untuk menjalani kehidupan rakyat biasa yang serba susah. Menikah dengan Alaric Jiang dulunya berjalan mulus karena ayahnya tahu kalau pria itu adalah pria dari kalangan keluarga berpengaruh di luar negeri. Dia pun bersedia memberi restu dan terlibat dalam pernikahan itu dengan syarat semua pemberian Alaric untuk pernikanannya harus diberikan kepada keluarga Andara. Selain itu, pernikahannya dengan Alaric Jiang diselenggarakan secara tertutup dan rahasia atas permintaan dari pihak keluarga laki-laki seolah-olah dirinya tidak dianggap sebagai menantu. Ruby tutup mata saat itu, karena merasa semuanya sepadan dengan cinta yang diberikan oleh Alaric Jiang di saat dirinya sudah mau putus asa akan cinta. Ternyata.... Suara isak tangisnya terdengar kembali, masih sedikit tergugu, tapi air matanya sudah mulai berkurang. Apa yang akan dilakukannya sekarang? Rubyza Andara bengong memikirkan nasibnya yang tidak jelas. Di saat dia masih terbengong seperti orang bodoh, suara pintu terdengar terbuka. “Anda sudah bangun?” tanya seorang perawat, tersenyum lembut kepadanya, tapi Ruby bisa melihat rasa takut di mata wanita muda itu. “Apakah ada yang tidak nyaman? Kaki? Kepala?” Ruby menggeleng cepat. Kepalanya sudah diperban, dan kakinya memang berdenyut hebat, tapi dipikirnya akan segera sembuh jika beristirahat lebih lama. Sang perawat memeriksa cairan infusnya, dan menjelaskan beberapa obat-obatan yang harus diminum rutin. Ruby bisa melihat kalau setenang dan seramah apa pun perawat di samping ranjang pasien itu, kedua tangannya samar-samar gemetar oleh rasa takut. Seluruh ibukota pasti sudah tahu siapa dirinya, bukan? Perawat ini pasti juga begitu. Apalagi skandalnya beberapa tahun lalu yang sempat dilihatnya kemarin di berita nasional, ikut-ikutan beber di internet sebagai orang ketiga yang sudah merusak cinta suci antara Aidan Huo dan kekasihnya yang seorang artis tenar, Belinda Saputra. Kalau dia tahu Aidan punya pujaan hati, mungkin dia tidak akan begitu gila mengejarnya sampai menyatakan cintanya ke seluruh dunia seperti orang bodoh. Ya! Dia pernah menyatakan cintanya kepada Aidan Huo melalui iklan dan video di internet selama sebulan penuh yang membuat pria itu sangat benci dan menyumpahinya untuk segera mati. Bahkan, Ruby pernah memperingati semua wanita di ibukota melalui baliho super mahal kalau Aidan Huo adalah miliknya seorang. Jika ada yang berani bersaing dengannya, maka siap-siap untuk menjadi musuhnya dan menerima risikonya! Sayangnya, seluruh ibukota, dan seluruh dunia tahu, kalau Aidan Huo sangat membencinya hingga ke tulang-tulangnya.... Dipikirnya, pernikahan yang dulu direncanakan oleh keluarga mereka mungkin bisa mencairkan hati Aidan yang beku dan penuh kebencian, tapi Ruby sangat salah. Dia sangat naif dan begitu bodoh di usianya yang masih terbilang muda. Aidan Huo malah semakin membencinya. Semakin dingin, semakin kejam. Parahnya lagi mengecapnya sebagai wanita jahat yang suka membully kekasihnya sampai dicap tega hampir membunuh Belinda gara-gara cemburu buta. Padahal, semua itu tidak benar! Belinda hanya akting! Dia dijebak! Kepikiran dengan perasaan de javu itu, Ruby menaikkan kedua alisnya dan menyahut pelan. “Ma-maaf, apa saya boleh pinjam ponsel Anda sebentar?” Sang perawat ragu-ragu mendengarnya, tapi mungkin karena kasihan dengan penampilannya yang terlihat kumuh dengan gaun mahal merah mudanya, dia pun mengeluarkan ponsel dari sakunya. “Terima kasih. Saya akan memakainya secepat mungkin.” Susah payah Ruby membungkuk sopan, tapi ditegur pelan oleh sang perawat. “Pakailah selama yang kamu bisa. Aku akan menunggu di luar.” Ruby kaget mendengarnya. Di saat dia disudutkan dan tak ada yang menolongnya, ada orang asing yang begitu baik hati kepadanya. Air mata Ruby meluruh, tergugu terisak bagaikan anak kecil. Sang perawat maju takut-takut ke arahnya, dan menepuk-nepuk pundaknya pelan. “Sudah. Sudah. Pasti yang kamu alami ini sangat berat, kan? Aku hanya bisa meminjamkanmu ponsel saat ini. Hubungilah seseorang yang bisa menolongmu untuk keluar dari masalah rumit itu. Sebenarnya, aku ragu dengan tuduhan percobaan pembunuhan yang dialamatkan kepadamu, tapi semua orang dan bukti mengarah hanya kepada dirimu.” Ruby segera menggelengkan kepala cepat-cepat. “Saya tidak pernah melakukannya! Sumpah, demi Tuhan! Ini semuanya pastilah jebakan! Dulu, saya juga pernah dijebak oleh seseorang dengan tuduhan yang serupa! Tapi, saya tidak tahu siapa yang melakukannya sekarang!” Sang perawat menghela napas berat, mengerutkan kening. “Aku tidak tahu seperti apa kebenarannya, tapi orang-orang yang kamu singgung adalah 2 keluarga besar paling terkenal di ibukota. Sejujurnya, aku enggan untuk datang ke kamarmu ini, tapi karena aku tahu perjuanganmu di masa lalu untuk mendapatkan Aidan Huo, aku yakin kamu tidak mungkin menjadi pembunuh dengan mata penuh cinta kasih yang hangat itu.” “Ta-tapi, kenapa Anda gemetar ketakutan seolah-olah takut dengan saya?” tanyanya bingung. Sang perawat menjawab ragu-ragu, “itu... itu karena saya takut Anda sudah menjadi gila kehilangan akal saja.” “Saya masih waras! Tidak gila! Benar-benar masih waras!” balas Ruby dengan wajah super serius, saking seriusnya membuat sang perawat terkekeh lucu karenanya. “Semangat, ya! Jangan putus asa!” bela sang perawat, tersenyum lebar. Di masa lalu, tidak ada yang tidak tahu kisah legenda Rubyza Andara yang mengejar-ngejar Aidan Huo. Hampir setiap minggu menjadi trending topik di internet dengan segala gosipnya yang luar biasa. “Terima kasih! Terima kasih! Terima kasih sudah mau mempercayai saya!” gugu Ruby dengan bibir gemetar, air matanya meluruh semakin dahsyat. Sepeninggal sang perawat, ruangan itu pun sunyi. Usai memperbaiki perasaan dan akal sehatnya, Ruby segera log in pada penyimpanan awan yang memuat banyak kontak dan salinan dokumen penting miliknya. Tangannya pun cepat-cepat membuka sebuah folder berisi deretan profil para mantan suaminya. Ketiga mantan suaminya, selain Aidan Huo, juga adalah orang-orang dari kalangan tak biasa. Latar belakang mereka terbilang cukup hebat di antara konglomerat di ibukota, tapi dari semua pria yang pernah bersamanya, Aidan Huo dan Alaric Jiang adalah pria yang benar-benar paling kuat di ibukota. Jika keluarga Huo ahlinya berkuasa di ibukota, maka keluarga Jiang di luar negeri. Dua keluarga yang terkenal di ibukota itu memang benar adalah keluarga yang tak bisa dianggap remeh seperti kata perawat tadi. Sebab itulah, sejak awal pikiran Ruby langsung pertama kali tertuju kepada mantan suami pertamanya untuk meminta tolong, bukannya meminta tolong kepada keluarganya atau orang lain. Yang bisa melawan tekanan Alaric Jiang hanyalah Aidan Huo! Sayang seribu sayang, ternyata dia benar-benar hanyalah sampah di mata Aidan, dari dulu sampai sekarang.... “Ha-halo? Arga? Uh! Maaf! Maksudku, ini nomor telepon milik Arga Sirius Baizhan, bukan?” ucap Ruby sedikit terisak, kecerahan naik satu tingkat di wajah sembabnya. Di hatinya, harapannya kembali hidup bagaikan sebuah lilin kecil di kegelapan pekat. Mungkin mantan suami keduanya mau membantunya jika mengingat hubungan baik keluarga mereka? Dia harus mencoba semua alternatif yang ada! “Siapa ini? Kenapa kamu bisa tahu nomorku, hah?” bentaknya kasar, sangat tidak ramah, namun suaranya manis dan dewasa. Arga tidak mengenali suaranya? Tidak apa-apa! Berpisah cukup lama, sudah sewajarnya lupa dengan suaranya, bukan? Apalagi jika melalui sambungan telepon begini! “A-aku Ruby! Rubyza Andara! Mantan istrimu!” “Ruby?” Begitu nama Ruby keluar dari bibir sang mantan suami kedua, tiba-tiba telepon ditutup begitu saja. Ruby tertegun syok! “Ha-halo?! Arga?! Arga?! ARGA!!!” jerit Ruby histeris, kesal hingga air matanya meluruh. Sekujur tubuhnya gemetar hebat. Usaha keduanya gagal, karena kini Arga langsung memblokir nomornya. Bahkan aplikasi chatting-nya pun juga begitu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD