Bab 4 Harapan Terakhir Ruby 1

1851 Words
“Hentikan aktingmu! Apa kamu tidak dengar? Aidan menyuruhmu pergi!” pekik Belinda marah, mulai panik melihat Aidan goyah dengan kata-kata Ruby. Wanita itu memaksa Ruby untuk turun ke tangga, tapi Ruby mengokohkan kedua kakinya di lantai, menatap sang pria yang kini menolehkan sedikit kepalanya ke belakang. Tapi, punggung itu sangatlah dingin dan kaku. Ruby selalu sesak napas ketika melihatnya, walaupun di saat yang sama ada kekaguman aneh yang timbul di hatinya. “Aidan!” teriak Ruby dengan nada memelas dan memohon, di sisi lain masih terus mencoba melepaskan tarikan Belinda. “Cepat pergi! Dasar sampah!” maki Belinda, terus menariknya sekuat tenaga. Kekuatan saling tarik menarik itu membuat Belinda tiba-tiba saja melemahkan diri, langsung akting kalau Ruby menyakitinya dengan sangat kejam. “Aduh!” rintihnya, pura-pura telah didorong keras oleh Ruby, kepala membentur dinding sangat hebat, seketika jatuh terduduk ke lantai sambil mengerang perih. Ruby kaget hingga mematung. Dia tidak mendorongnya sedikit pun! Dia hanya menarik tangannya agar bisa lepas darinya! Wanita ini! Sungguh licik! Mendengar erangan kesakitan Belinda, Aidan segera berbalik panik. Menghampirinya dengan penuh cinta. Ruby membisu melihat perbedaan perlakuan itu dengannya. Di masa lalu, Ruby bahkan pernah disempret mobil, Aidan hanya bersikap dingin dan menyindirnya dengan penuh fitnah kala itu. Katanya, dia terlalu haus perhatian sampai jadi gila. Padahal, saat itu memang benar-benar terjadi secara tidak sengaja. Sementara wanita ular di depannya.... “Kamu tidak apa-apa? Di mana yang sakit?” “Aidan. Ini sangat sakit. Kepalaku rasanya berputar-putar. Huhuhu....” ucapnya dengan akting memelas pilu, segera masuk ke dalam pelukan sang pria. “Tenanglah. Kita segera ke dokter kalau begitu.” Ruby tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia bukannya tidak pernah melihat sikap Aidan yang selembut dan semanis ini kepada Belinda sebelumnya, tapi dia merasa seperti de javu. Apalagi sikap pria itu sepertinya semakin menjadi-jadi. Di awal-awal kedatangannya tadi, dia bersikap biasa-biasa saja kepada Belinda, tapi saat ini, ketika dia yang seolah menjadi penjahat menyakiti wanitanya, Aidan langsung berubah dalam sekejap mata. Dia seolah menjadi Aidan dari dunia lain. Sang pangeran dengan kuda putihnya yang berhati hangat. “A-Aidan... Aku tidak melakukannya. Aku sama sekali tidak mendorongnya. Sungguh....” gugup Ruby, punggungnya mulai keringat dingit. Tapi, tentu saja Aidan tidak percaya, malah akting manis tak berdaya Belinda membuat pria itu semakin dingin dan tak ramah. “Aidan, jangan-jangan, sebenarnya tujuannya ke sini adalah untuk membunuhku. Setelah gagal melakukannya beberapa tahun silam, mungkin dia berniat melakukannya di saat ada kesempatan bagus begini. Aidan, aku sungguh takut! Dia benar-benar mengerikan! Huhuhu....” Ruby terdiam membisu melihat pemandangan di depannya. Pemandangan di mana cinta pertamanya, sekaligus mantan suami tercintanya, lebih percaya kepada wanita penuh tipu daya itu ketimbang dirinya yang sudah lama bersamanya sejak kecil. Mungkin inilah yang dinamakan cinta itu buta. Atau... memang pria itu sebegitu bencinya kepadanya? Ataukah juga dia hanya peduli kepada wanita itu saja? Aidan segera berdiri memapah Belinda dalam pelukannya, ekspresinya menggelap kejam. “Apa kamu masih belum belajar dari kesalahanmu selama ini?” “A-Aidan... aku...” Ruby hendak maju menggapainya, tapi segera ditepis olehnya hingga membuat Ruby jatuh terduduk ke lantai. “Jangan sentuh aku,” desisnya dingin bernada rendah, matanya menatap murka kepada wanita yang tampak menyusut seperti bola jelek di lantai. “Aku... aku benar-benar tidak bersalah.... aku tidak pernah melukai siapa pun....” gumamnya dengan sorot mata mulai linglung seperti orang gila. “Cepat pergi dari sini sebelum aku menyeretmu sendiri ke penjara,” tekan Aidan dingin. Kedua bola mata Ruby membesar kaget! Syok luar biasa! Tubuhnya dingin gemetar mendengar kata-kata itu. Dia datang ke sini untuk meminta tolong, tapi apa katanya tadi? Dia ingin menyeretnya sendiri masuk ke penjara? Ruby mendongak dengan tatapan ngeri bercampur putus asa. Ternyata, di dalam hati manusia dingin itu, benar-benar tidak ada ruang untuknya. Sama sekali tidak ada dirinya sedikit pun di sana. Baginya, di matanya, dirinya hanyalah sampah yang pantas dibuang. “Sayang, kamu benar. Seharusnya aku tidak baik hati menyapanya setelah sekian tahun. Aku pikir, manusia bisa berubah, ternyata aku salah. Dia sangat mengerikan. Aku takut dia akan merebutmu dariku. Hiks... Aidan.... cepat usir dia.” Kemarahan naik di hati Ruby, sangat muak dengan akting sok tak berdaya wanita itu. Dulunya, dia masih bisa menahannya, tapi mendengar Aidan yang ingin menyeretnya ke penjara untuk kedua kalinya, dia merasa sangat bodoh. Ada apa, sih, dengan otaknya yang meminta tolong kepada pria yang pernah hampir memasukkannya ke penjara di masa lalu? Tidak! Dia bahkan sudah pernah bermalam di balik jeruji gara-gara pasangan di depannya ini! Walaupun hanya masuk sejenak di sel sementara, tapi tetap saja itu sudah mencoreng hidupnya, bukan? Apakah itu alasan kenapa Alaric dengan mudahnya menuduh dirinya? Apakah dia sudah mengetahui aib yang sudah ditutup rapat-rapat itu? Wajah Ruby seketika meringis gelap penuh dendam. Dalam pikirannya, terbayang-bayang tahun-tahun yang dilaluinya dengan penuh penderitaan dan tidak berdaya, sementara mereka berdua yang sudah menyiksanya hidup dengan enak. Ruby tidak terima! “Pak Salman! Segera usir keluar wanita ini! Jangan kotori tempat ini dengan sampah bau sepertinya lain kali!” teriak Aidan geram, membuang muka dari tatapan penuh amarah Ruby. Belum genap beberapa detik pria itu berteriak, Ruby seketika menggila, menjerit dan meraung maju sambil berkata, “KALIAN BENAR-BENAR PASANGAN TERKUTUK!” Ruby menggeram bagai orang kesurupan, maju ke depan dengan wajah ganas penuh dendam. Dalam sekejap mata, kedua tangannya yang terpasangi oleh borgol mencengkeram kedua sisi kepala Belinda. Dia mendorong tubuh Belinda ke dinding begitu kuat, lalu kepalanya dipukul-pukulkan berkali-kali dengan kuatnya. Belinda menjerit kesakitan, pandangannya mengabur dan mulai menggelap. Melihat itu, Aidan panik, langsung menyentak kasar Ruby untuk segera lepas darinya. Setelah beberapa saat berjuang, pria ini baru berhasil melepaskan Ruby yang mulai kehilangan akal sehat, menggertakkan gigi bagaikan anjing gila, kedua bola matanya menunjukkan kebencian yang kuat. “KALIAN BENAR-BENAR MANUSIA SUPER JAHAT DI MUKA BUMI INI! BENAR-BENAR JAHAT!” Target Ruby kini berganti kepada Aidan, dia meraih cepat lengan sang pria sebelum bisa mengambil tindakan lain, langsung seketika digigit dengan gilanya seolah akan mengoyak daging sang pria. Aidan memekik keras, mencoba melepaskannya, tapi tidak ada gunanya. Gigitan Ruby sangat kuat, seolah giginya ditanamkan ke dalam daging kulit sang pria. Belinda menjerit histeris, maju ke depan memukul-mukul kepala dan punggung Ruby secara membabi buta. “Lepaskan dia! Lepaskan dia, wanita gila!” teriak Belinda marah, panik melihat Ruby terus menggigiti lengan Aidan hingga darah mulai muncul di antara giginya dan lengan sang pria. Aidan menatap ngeri kepada wanita di depannya, tapi entah kenapa ada ketidaknyaman muncul di hatinya melihat sikap tidak biasa wanita itu. Tiba-tiba, Ruby melepas gigitannya, langsung menarik kerah kimononya, dan berteriak keras di depan wajah sang pria dengan sangat ganas dan menggebu-gebu penuh kebencian: “Aku menyesal pernah mencintaimu di masa lalu! Sangat menyesalinya! Kamu adalah pria iblis! Pria super jahat! Kamu adalah kutukan dalam hidupku! Aku tidak akan pernah mencintaimu lagi selamanya! Tidak akan pernah! Mencintaimu adalah hal paling menjijikkan dan paling bodoh yang pernah aku lakukan di dunia ini! Benar-benar hal paling sia-sia dalam hidupku!” Mendengar itu, Aidan seketika menggelap drastis. Di kedua bola mata pria ini bagaikan ada badai yang mengamuk. Dengan kekuatan ekstra, dan kemarahan yang merangkak naik di hatinya, membuat Aidan seketika mendapat kekuatan baru. Dia melepas cengkeraman kedua tangan Ruby dalam satu sentakan, kemudian menyeret kasar sang mantan istri menuju tepi tangga. Wajah tampannya menggelap mengerikan. “A-apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku! Lepaskan aku!” jerit Ruby histeris, panik dan linglung. Tiba-tiba, langkah Aidan berhenti, tubuh Ruby ditarik hingga tubuh mereka berdempetan satu sama lain seolah akan berpelukan, dan pria itu berbisik jahat di depan wajahnya, meringis gelap penuh kebencian melebihi tatapan amarah Ruby, “kalau begitu, seharusnya kamu tidak datang ke sini, dan seharusnya, bertahun-tahun yang lalu otakmu digunakan sebaik ini.” “Sampah sepertimu dilarang masuk ke mansion ini!” lanjutnya dengan nada suara dingin dan kejamnya. Kejadian itu begitu cepat, begitu tidak disangka-sangka oleh Ruby sendiri. Dunianya bagaikan berhenti untuk sesaat. Gelap dan sunyi sekali lagi. Seolah penderitaannya benar-benar tak ada habisnya. Tubuhnya berguling menuruni tangga, membuatnya pusing dan kesakitan. Dengan suara ‘bruk’, Rubyza Andara tergeletak di lantai marmer mewah mansion itu. Suara teriakan Belinda memekik nyaring di udara. Tentu saja itu hanyalah akting sok perhatian dan lemahnya. Diam-diam, dalam hati malah bersorak bukan main. Tubuh rapuh Ruby tergeletak menyedihkan di lantai. Pandangan mantan istri Aidan Huo ini mengabur, melihat ke arah sosok tampan bertubuh tinggi yang tengah berdiri sombong dan angkuh di atas sana. Wanita ini tersenyum pahit, setengah sinting dalam keadaan lemah. Haha. Cinta pertamanya. Mantan suami tercintanya. Pria yang pernah ditambatkan seluruh dunianya kepadanya. Siapa yang sangka kalau dia baru saja membuangnya dari atas tangga seperti sampah? Dia benar-benar menyesal pernah mencintai pria dingin itu di masa lalu. Benar-benar sangat menyesal mencintainya sampai rasanya ingin mati dan menjerit gila. Rasa sakit menyebar bagaikan jarum di dadanya. Dan perlahan, kegelapan menjatuhi pandangan Ruby. Cairan merah dengan cepat membanjiri bagian bawah kepalanya. Dalam hati, sebelum pingsan, Ruby berjanji, dia tidak akan pernah mau lagi jatuh cinta kepada pria mana pun. Tapi, kalau masuk penjara, memang akan ada kesempatan itu? Haha. Baguslah. Mulai sekarang, dia tidak butuh pria sama sekali! “Lempar dia keluar!” titah Aidan dingin ketika pengurus Hanif menatap kaget ke arah tubuh Ruby yang diam tak bergerak. Pengurus Hanif membeku sesaat. Pemandangan itu sangat menyedihkan dan bikin napas semua orang tertahan. Terkecuali, terkecuali tuan mudanya itu tentu saja. Dia benar-benar pria berdarah dingin! *** Rubyza Andara membuka mata perlahan. Bau desinfektan dan langit-langit putih bercahaya lampu menyilaukan mata mengusiknya seketika. Dia mengerang dengan perasaan tidak nyaman, menggeliatkan tubuh seperti cacing yang hendak menerima hukuman berat. Selama beberapa detik, kesadarannya barulah kembali. Rupanya dia sedang berada di rumah sakit. Ketika mengingat Aidan Huo sang mantan suami pertamanya mendorong tubuhnya jatuh dari tangga, air matanya meluruh dalam diam. Mata berkaca-kaca dengan sorot mata terluka. Bibirnya gemetar seiring semakin banyak lelehan bening menuruni pipinya, dan sekujur tubuhnya mulai berguncang oleh tangisnya yang terdengar pilu dan menyayat hati. Semua orang membencinya! Sejak menikah dengan pria yang merupakan cinta pertamanya itu, hidup Ruby bagaikan masuk ke dalam mesin cuci neraka, memutarnya tiada ampun sampai dirinya berakhir seperti sekarang. Pernikahannya bersama 4 pria lain setelah bercerai dengan Aidan Huo terjadi bukan karena dirinya adalah wanita gatal atau pun karena haus belaian pria, melainkan gara-gara perceraiannya dengan Aidan Huo sejak awal! Semuanya terjadi bagaikan sebuah domino runtuh. 3 dari 4 pernikahan tersebut adalah pernikahan paksa akibat terdesak oleh keadaan. Hanya bersama Alaric Jiang, Ruby akhirnya menikah tanpa ada paksaan apa pun. Bukan seperti tuduhan dari Alaric sang suami kelimanya, kalau Ruby adalah tipe wanita pembohong. Luka yang diberikan oleh Aidan Huo adalah luka yang sulit dibicarakan olehnya, sehingga merasa sangat bersyukur ketika Alaric tutup mata soal masa lalu selama menjalin hubungan dengannya. Apakah salah jika dirinya ingin dicintai? Tangis Ruby meledak kencang, mengisi ruangan serba putih itu. Cinta sucinya terhadap Aidan Huo sejak mereka berteman sejak kecil, ternyata adalah racun yang mematikan mental dan fisiknya sedikit demi sedikit. Dia bahkan tidak bisa mendapatkan cinta sejati dari pria lain ketika sudah memutuskan untuk belajar melepaskan Aidan. Kenapa hidupnya begitu penuh derita? Oh, benar, karena dia mencintai Aidan Huo dengan sangat tidak tahu malu! Mungkin ini adalah karma untuknya!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD