prologue

1429 Words
area 21+.... harap bijak memilih bacaan.... Pria bermata biru tua itu melangkahkan kakinya dengan langkah menawan, semua pasang mata sontak langsung tertuju kepadanya. Kacamata yang menaungi mata dan hidung mancungnya menjadi pemandangan yang sangat elok untuk dilihat. Setiap langkah yang ia ambil seolah seperti magnet, karismatik yang ia pancarkan seperti heroin yang lantas membuat wanita yang hilir mudik atau sempet berpapasan dengannya langsung terhenti, bahkan menolehkan kepalanya dua kali—hanya untuk memastikan bahwa pria dengan rahang yang tegas yang ada di bandara itu bukanlah seorang dewa dari jaman mitologi yang terdampar di jaman ini. Bagi seorang LEONARD LINCOLN RAYAN, tatapan memuja seperti itu sudah biasa ia dapatkan. Apalagi senyuman terang-terangan yang di peruntukan untuknya hanya menjadi angin lalu saja tanpa ada respons berarti darinya. Pria yang hampir menyentuh umur kepala tiga itu selalu tampil prima—pun dengan hari ini, dimana jadwal keberangkatan ia menuju Madrid untuk melakukan perpanjangan kontrak dengan perusahaan besar di Madrid. Usaha yang di gelutinya di bidang teknologi sukses mengepakkan sayapnya di mata dunia. Dengan umur yang masih terbilang masih muda, Leonard sudah sukses menduduki peringkat pertama dunia sebagai pengusaha muda dengan pendapatan pertahun yang mencapai 1 triliun. Untuk kekasih? Sampai sekarang Leonard belum menemukannya, ia lebih senang melakukan percintaan semalam dengan membayar para jalang yang ia sewa. Dan ia pun tak memusingkan hal tersebut—pun dengan orang tua Leonard yang belum cerewet ingin di beri cucu. Sekali-kali mereka membahasnya. Leonard dengan alis terukir sempurna sesaat melirik jam tangan mahalnya, jarum pendek menunjukkan di angka empat. Sore ini jadwal keberangkatannya—membawa sekertaris sekaligus asisten yang tengah menarik kopernya. Leonard menoleh ke arah, Carlos—sekertaris yang sudah mengabdikan dirinya selama sembilan tahun, menggantikan jejak sang ayah yang sudah pensiun sepuluh tahun yang lalu. "Apakah pesawat ku akan mengalami delay?" seru Leonard, seraya merapihkan dasinya. Carlos yang di tanya ikut melirik jamnya, lalu mengangguk. "Benar, sir. Pesawat akan mengalami delay sekitar setengah jam." ungkap Carlos sopan. Sebelumnya Carlos memang sudah mengecek terlebih dahulu pesawat yang akan di tumpangi tuannya, dan nyatanya pesawat dari Amerika menuju Madrid mengalami kendala. Dan mau tak mau Leonard harus menunggu, walaupun rasanya ia tak suka untuk menunggu sesuatu. Baginya itu membosankan, karena apapun sesuatu yang membuang waktu sama saja seperti membuang beribu-ribu dollar . "Orang kita sudah menyiapkan tempat private untuk menunggu." Leonard mengedikkan dagunya sebagai jawaban. Lalu mengalihkan tatapannya ke layar ponsel yang menampilkan sederet highlight yang membuat Leonard tersenyum bangga. Lagi-lagi fotonya terpampang di sebuah laman berita—karena lusa lalu ia sukses memboyong dua piala di salah satu acara penghargaan American world company, dan itu sukses membuat semua sosial media Leonard di banjiri pujian. Saking perhatiannya hanya terfokus di benda pipih itu, tubuh Leonard sontak terhuyung ke belakang—karena benturan keras beradu. Membuat Leonard mengerutkan keningnya ketika ringisan itu mulai tertangkap di indera dengarnya. "Hei nona, apa kau tak melihat ada orang di depanmu. Kau menabrak bos ku." suara meninggi Carlos juga tertangkap di indera dengar Leonard, karena sekarang benda pipih Leonard sudah terpental jauh dari jangkauannya. Leonard mengangkat kepalanya, terdiam membeku saat melihat seorang gadis berambut cokelat tengah meringis memegangi lututnya. Tubuhnya terlihat kecil, namun berisi di bagian-bagian tertentu. Rambut panjangnya terurai dengan sangat indah—sekaligus membuat Leonard melihat kala rambut itu malah diselipkan ke kiri, mempertontonkan leher jenjang nan putihnya, tanpa luka sedikitpun. "Kau harus minta maaf nona kepada, bos ku." protes Carlos yang sudah maju beberapa langkah di hadapan gadis itu. Leonard menggelengkan kepalanya beberapa kali, lalu menahan Carlos untuk tidak bertindak kurang ajar kepada gadis itu. "Sir, tapi dia—" "Mundur." suara rendah sarat akan perintah langsung membungkam mulut carlos, lalu dengan perlahan Carlos pun melangkah mundur. Leonard menatap kembali wanita yang masih menunduk itu, lalu mengulurkan tangannya. "Bangun." Bersamaan dengan itu wanita itu mendongak. Deg. Leonard bungkam, membeku dengan kaki lemas di tempat. Tatapan mata itu sukses menghipnotisnya, mata biru seperti langit itu mengunci pergerakan Leonard. Bibir penuh dengan warna yang sehat itu terbuka sedikit, menampilkan gigigingsul yang mengintip dengan cantik. Wajahnya sungguh cantik, walaupun tanpa polesan bedak sekalipun. Sungguh! Leonard terpana dengan wanita ini—terpana dari pandangan pertama. Sesaat wanita itu terdiam, sebelum menerima uluran tangan Leonard. Lalu berucap dengan lembut, terkesan dengan penuh kerapuhan yang menggetarkan seluruh jiwa Leonard. "Terimakasih dan maafkan saya, sir." ucap Laura seraya mengangkat tubuhnya untuk berdiri mensejajarkan diri nya dengan Leonard. "No problem tidak apa-apa" Balas Leonard sambil terus memperhatikan Laura. "Sekali lagi sorry . Aku lagi terburu-buru jadi aku tidak melihat kearah depan Tuan" ucap Laura. "Ya tidak apa-apa. Sudah biasa dengan kepadatan yang ada di bandara" jawab Leonard. " Aku duluan Tuan,sekali lagi sorry" ucap Laura.Seraya menyeret kopernya dan menuju arah keluar bandara. Sedangkan Leonard masih mematung berdiri melihat kearah luar bandara. "Sir, pesawat-nya akan berangkat 1 menit lagi.Sebaiknya Tuan menunggu di ruang tunggu yang sudah disiapkan untuk anda" ucap Carlos. Leonard tidak menjawab ucapan Carlos dan langsung menuju ruang tunggu yang sudah didesain langsung ke arah luar bandara sehingga mempermudah untuk melangkah masuk kedalam pesawat. Pertemuannya yang begitu singkat mampu mempengaruhi sifat seorang pemuda yang terkenal dingin sedikit mencair. Di pesawat... Dilihatnya Leonard duduk di kursi pesawat pribadi milik nya sambil memeriksa email yang ada di tabnya .. Leonard masih memikirkan kejadian barusan terjadi teringat tentang gadis cantik yang sudah mengganggu konsentrasnya seharian ini ia tidak bisa kembali untuk menge-cek email yang masuk ditabnya .Membuat konstrasinya terpecah menjadi dua bagian antara gadis dan kerjaan. Sesampainya di bandara Leonard sudah dijemput dengan mobil mewahnya dan langsung menuju perusahaan untuk melanjutkan kerjaan yang tadi tertunda. Niat hati ingin meneruskan kerjaan yang tertunda . Belum sampai di kantor Leonard menyuruh sopir untuk memutar balik menuju mansion miliknya. Sesampainya di mansion Leonard memberhentikan langkahnya dan menoleh ke arah asisten dan berucap . "Untuk hari ini jangan ada yang menggangu ku aku ingin istirahat. Kau istirahat lah". Ucap Leonard kepada Carlos .Melangkah meneruskan masuk kedalam kamarnya yang bernuansa monochrome.. Di mansion Leonard malam harinya. Dilihatnya makanan sudah berjejer di meja makan tapi belum ada yang menyentuhnya sama sekali menunggu tuannya.. Di mansion Leonard hanya tinggal sendiri.Orang tuannya berada di mansion yang berbeda dengan nya. sekali-kali berkunjung untuk melihat anak tunggalnya. Carlos sesekali singgah di mansion Leonard seperti malam ini dia menempati salah satu kamar yang ada di mansion Leonard ini. Carlos sudah dianggap adik dan juga sahabat bagi Leonard.. mungkin di kantor seperti atasan dan bawahan diluar urusan kantor mereka sahabat akrab satu sama lain.. Dilihatnya Carlos keluar kamar sudah rapi memakai baju rumahan dan bergegas menuju ruang makan yang sudah tersedia makanan yang belum ada yang berani menyentuhnya. Dan dilihatnya Tuannya yang sedari sore belum keluar dari kamar belum kelihatan batang hidungnya yang membuat Carlos harus menuju kamar tuannya.. "Leo,makan malam sudah siap"ucap Carlos sambil berteriak dan mengetuk pintu berulang-ulang dan sedikit keras dikarenakan kamar Leonard kedap suara. Tidak ada sahutan dari dalam membuat Carlos terus mengetuk pintu lebih keras dari sebelumnya. Membuat Leonard tersentak dari tidurnya dan bergegas membuka pintu sebelum Carlos merusak pintu kamarnya.. "Leo"panggil Carlos kesel dengan sahabatnya.. "iya" jawab Leonard dari dalam kamar,seraya membuka pintu kamarnya.. "Kenapa" Ucap Leonard sambil melangkah masuk menuju tempat tidurnya. "Kau tidak makan malam" Tanya Carlos sambil memperhatikan Leonard yang sudah menutup matanya dan langsung menarik pergelangan tangannya dan menuntut kearah kamar mandi yang berada di kamarnya. "Kau ini apa-apaan" ucap Leonard kesel dengan tingkah abstrak sahabatnya. "Makan malam sudah siap. Lekas-lah mandi" jawab Carlos sambil mendorong Leonard masuk ke kamar mandi.. "Aku tunggu dibawah.Kau jangan tidur lagi aku sudah lapar" Ucap Carlos "Kenapa kau tidak terlebih dulu makan" Jawab Leonard menatap sengit sahabat sekaligus asisten pribadinya. "Kau mau makanan bekas-ku. Sudahlah cepat lah bersiap-siap aku tunggu di bawah"Ucap Carlos melangkah pergi dari kamar Leonard. "Sebenarnya siapa yang bosnya disini main memerintahkan seenaknya saja" gerutu Leonard sambil melangkah masuk ke kamar mandi. Dilihatnya Leonard menuruni tangga menuju ruang makan yang sudah ditunggu sahabatnya. Tanpa banyak bicara mereka memulai makan malam dengan tenang hanya suara dentingan sendok dan garpu. Dilihatnya Leonard lebih dulu menghabiskan makan malamnya dan melangkah pergi menuju ruangan tv dan menyalakannya dan mencari berita bisnis yang kemaren namanya banyak dibicarakan di semua media sosial sampai menemukan foto di dirinya dan tersenyum puas dengan hasil kerja keras yang selama ini ia raih. Dilihatnya Carlos sudah melangkah menuju ruang tv dan duduk disebelah Leonard hanya berjarak beberapa meter dari sofa yang Leonard duduki. "Crazy"Ucap Carlos melihat tingkah Leonard senyum-senyum sendiri. "Lusa orang tuamu akan berkunjung ke sini. Ada yang mereka ingin bicarakan" Ucap Carlos. "Mau apa mereka kesini" Tanya Leonard yang masih fokus melihat tv. "Entahlah" Jawab Carlos seraya mengedikkan bahunya bertanda tidak mengetahui apa yang ingin dibicarakan. to be continued..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD