Jalan Ninja

1129 Words
Ceklek! Pintu kamar sebuah hotel terbuka, kaki jenjang seorang wanita melangkah masuk ke dalam. Pakaian seksi dan sepatu hak tinggi menunjang penampilan Via saat ini. Meski hatinya berat tapi dia sudah bertekad melakukan pekerjaan ini. Ini adalah jalan ninja Via mengumpulkan uang, menjadi kupu-kupu malam. -- Siluet seorang pria tengah duduk di sofa, penampilan pria itu terlihat sangat rapih dan berwibawa. Mata lentik Via memincing melihat sosok itu. Semua yang dia pakai terlihat bermerk dan mahal, pantaslah berani bayar mahal hanya untuk satu malam saja. "Selamat malam, Tuan Ryan," sapa Via lebih dahulu. Dia berusaha senetral mungkin. Meski jantungnya berdetak tidak beraturan. "Selamat malam juga, Nona V." Pria itu beranjak dan mengulurkan tangannya. Via menerima tangan Ryan, siapa sangka pria itu begitu menghormati wanita. Mencium punggung tangan Via dengan lembut. Tapi tiba-tiba ... "Akh!" Via tersentak karena pria itu langsung menariknya, merengkuh tubuh langsing dan seksinya dengan begitu posesif. Mengendus ceruk leher Via, "Aroma parfum kamu begitu menggoda, Nona V. Membuat aku ingin memakan kamu tanpa hidangan pembuka," bisik Ryan. Via menelan salivanya kasar. Pernyataan Ryan membuat dirinya semakin takut. Pasalnya ini pertama kalinya dia terjun ke dunia seperti ini entah dengan Ryan, Via menebak Ryan bukan pria kemarin sore karena terlihat wajahnya sudah matang. "Tidak usah grogi, saya tahu ini pertama kali kamu melakukan pekerjaan ini, bukan?" Seperti tahu apa yang di pikirkan Via, tebakan Ryan tepat. Via mengangguk dengan senyum tipisnya. Kalau tadi dia percaya diri saat masuk ke dalam, tapi ketika bertemu Ryan percaya dirinya langsung lenyap. Terlebih tangan Ryan mulai menjamah setiap inchi tubuhnya. Via bergeming, senyum Ryan mengembang. Perlahan bibir pria itu menyapu bibir ranum dengan lipstick warna merah marun itu dengan lembut. Seperti sudah naluri, tangan Via melingkar di leher Ryan ketika ciuman keduanya semakin dalam dan liar. Ryan menarik satu kaki jenjang Via untuk melingkar di pinggangnya. Dengan begitu dia bisa mengusap dan meremas b****g sintal Via dengan sensasi yang berbeda. "Hmmm," gumam Via dalam ciuman Ryan saat tangan kekar itu mulai menyusup ke dalam pakaian seksi yang dia pakai. Meremas dari dalam rasanya berbeda, membuat Ryan semakin b*******h. Permainan semakin panas, Ryan mengangkat Via hingga kedua kaki wanita itu melingkar di pinggangnya. Kedua tangannya terus meremas b****g sintal seiring dirinya membawa tubuh ramping itu ke dekat kasur, kemudian dia menghempaskan pelan tubuh Via ke atas kasur. Tanpa melepas tautan bibir mereka, Ryan membuka pakaiannya dengan cepat dan melemparnya ke sembarang arah. Tautan bibir Ryan dan Via terlepas sebentar untuk keduanya menghirup oksigen. Pahatan sempurna, Via terpesona dengan tubuh atletis Ryan. Via kembali mendekat dan meraba tubuh Ryan. Entah keberanian dari mana dia membantu Ryan melepas ikat pinggangnya dan celana panjangnya. Hingga tersisa underware pria itu. Kedua mata Via mendelik melihat urat tidak bertulang itu sudah mengeras seperti batang besar dan panjang dengan dengan urat besar melingkar di sepanjang batang itu. Meski ini pertama kali, tapi Via mengerti apa yang harus dia lakukan. Kembali kepada nalurinya. Dia memegang mantap adik kecil Ryan yang sudah membesar itu kemudian mulai mengulumnya dengan mulutnya. "Ohhh ...." Ryan mendesah. Kuluman yang Via berikan memang tidak seperti yang Flora berikan padanya. Mantan istri Ryan itu lebih mahir. Ryan menggeleng kepalanya mengenyahkan pikirannya tentang Flora, untuk apa dia membandingkan mantannya itu dengan wanita yang saat ini masih baru melakukannya. Ya, Ryan tahu kalau Nona V yang dia pesan dari seorang mucikari memang baru dalam dunia malam seperti ini. Mucikari itu menjamin kalau wanita yang tengah asik menjilati benda pusaka miliknya itu masih tersegel. Tambah lama Via semakin mahir meski membuat rahangnya pegal. "Iya, V, begitu ... pintar!" Entah pujian atau racauan Ryan belaka karena kenikmatan yang Via berikan. Ryan mengumpulkan rambut panjang Via dan menggulungnya di tangan tujuannya untuk menahan kepala Via dan dia bisa mendesakkan kejantanannya lebih dalam lagi hingga masuk ke dalam kerongkongan wanita itu. Via mengeluarkan air mata di sudut matanya. Rasanya tidak nyaman tapi dia harus menahan demi kepuasan pelanggan. "Ohhh ... Nona V ...." Ryan sampai tidak bisa berkata-kata lagi seiring tembakan cairan kental miliknya di dalam mulut Via. Aroma dan rasanya sangat aneh, Via memejamkan mata dan menahan napasnya ketika dia menelan langsung cairan itu. Ryan mendorong tubuh Via hingga terlentang di atas kasur, dengan cepat dia melucuti pakaian wanita itu sampai hanya tersisa Bra dan underware dengan warna serupa, merah. Begitu berani dan menggoda kaum adam bukan? "Akh!" Via memekik ketika Ryan meremas gemas kedua bukit kembar miliknya. Ryan kembali melumat bibir Via sebentar kemudian dia memberikan kecupan di leher jenjang wanita itu dengan tangan terus meremas-remas kedua bukit kembar yang masih terasa mengkal itu. Tangan Ryan sudah lihai, hanya dengan sekali tarik pengait bra itu langsung terbuka, melepas semua dan langsung terpampang dua bukit yang masih belum terjamah oleh siapapun, puncak bukitnya pun masih mungil berwarna merah muda. Mata Ryan sudah sayu dan berkabut, gairahnya sudah di ubun-ubun tapi dia tidak bisa langsung hajar saja, bayar mahal sayang sekali kalau tidak di nikmati sedikit demi sedikit. "Ssshhht ...," desis Via tertahan, dia menggigit bibir bawahnya ketika indra pengecap Ryan mulai membasuh sekeliling puncak bukit kembarnya. Ryan gemas melihat ekspresi wajah Via. Dia langsung melahap, menghisap puncak bukit kembar itu dengan kuatnya. Satu tangannya tidak dia biarkan menganggur, meremas dan sesekali memelintir memainkan puncak satunya. "Ahhh!" rintih Via dengan mulut terbuka dan mata terpejam menikmati rasa sakit tapi nikmat yang Ryan berikan di bagian atas tubuhnya. Bergantian kiri dan kanan Ryan bermain asik di sana, ukuran bukit yang sangat pas menurut Ryan. Yang dia sukai teksturnya masih sangat mengkal. Puas bermain di area atas, Ryan perlahan turun, memberi kecupan setiap inchi tubuh Via, turun ke perut sampai di bawah perut dia mendapat pemandangan yang sangat indah, area sensitif yang sangat rapih di tumbuh bulu-bulu halus dan tipis terlihat sangat menggemaskan. Ryan membuka lebar kaki jenjang sang kupu-kupu malam. Via menahan rasa malunya bahkan dalam pekerjaannya ini dia harus memutus urat malunya. Napasnya sudah terengah ketika tangan Ryan mengusap lembut, dan ibu jarinya menekan bagian tengah meraba gundukan kecil yang Ryan sangat paham kalau gundukan itu akan membuat kaum hawa terbang tinggi jika di mainkan. Ryan menenggelamkan wajahnya dan indra pengecapnya mulai membasuh area intim milik Via. "Ahhh ...." sebuah desahan meluncur begitu saja tanpa bisa Via tahan. Permainan indra pengecap dan jari tengah Ryan yang menusuk-nusuk hingga dinding terdalam miliknya membuat tubuh Via bergelinjang. 'Ahhh, apa yang dia lakukan? Kenapa bisa senikmat ini? Kalau seperti ini aku tidak tahan,' racau Via dalam hatinya. "Tuan ... hentikan, saya sudah tidak kuat, saya ingin ... ahhh ...." Ryan mempercepat tusukan jarinya hingga Via tidak bisa melanjutkan ucapannya, cairan miliknya deras keluar dari organ intimnya membasahi jemari Ryan. "Good girl," puji Ryan. Belum selesai tubuh Via bergetar, Ryan langsung menahan kedua kaki Via dan memposisikan benda pusakanya di dalam lubang surga dunia milik Via. Mata Via mendelik, tangannya mencengram seprai dengan kuat. "AKH! SAKIT!!!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD