PART 1

1606 Words
"Serius Bapak kasih saya nilai E?" Sera Auristela sampai lupa membawa sopan santunnya terhadap seorang dosen. Dia bertolak pinggang dan memberikan tatapan tidak terima kepada manusia terakhir di muka bumi yang sangat ingin dia temui. "Jangan bercanda dong, Pak. Ini Bapak gak salah kasih saya nilai E?" Sera bertanya frustrasi. Dia bisa tidak lulus kalau benar nilainya E, dan Sera sangat menghindari hal itu apalagi di mata kuliah dosen ini. "Saya serius. Sera, saya tidak seperti mantan istri saya dulu yang suka bercandain perasaan saya." Sera terperangah, dia hendak mengatakan sesuatu tapi pita suaranya seolah hilang fungsi. "Kamu bisa keluar sekarang!" Sera sontak menggeleng. Dia benar-benar tidak terima. "Bapak harus profesional, dong! Masalah pribadi gak perlu diseret ke sini." Abian menaikkan sebelah alis matanya, tatapannya tetap datar. "Kamu sendiri nggak ngaca? Yang dulu nyeret masalah karier, studi, usia ke dalam pernikahan, itu siapa? Mantan istri saya lebih tidak profesional asal kamu tahu." Dua tangan Sera terkepal, dia seakan sedang disidang atas keputusannya dulu. Sera tahu dia bersalah, tapi bukan berarti Abian harus menegaskan kesalahannya itu di masa sekarang mereka kembali bertemu dengan status berbeda. "Pak, bisa gak ... gak usah bahas masa lalu?" "Cih, kamu pikir saya mau bahas masa depan bareng kamu? Kenyataannya kita ini hidup di masa lalu." Aduh, bisa pecah kepala Sera kalau terus seperti ini. Dia geram sekali. Harusnya dia tidak mengambil jurusan hukum, harusnya dia tidak berkuliah di Universitas Smart Indonesia, harusnya mungkin Sera tidak perlu pulang ke Negara asalnya. Agar di masa sekarang dia tidak bertemu dengan mantan suami yang dulu pernah digugat cerai. Sera mengembuskan napas berat. Dia berusaha untuk tidak menggubris sindiran keras dari dosennya. "Saya gak terima nilai saya E. Saya merasa benar dan hanya sekali bolos mata kuliah, saya mengikuti prosedur belajar yang Bapak terapkan dengan baik. Jadi tolong pertimbangannya, Pak." Abian Lorenzo, pria berkacamata dengan tampang datarnya yang berprofesi sebagai dosen mata kuliah Advokasi, dia berdecak hingga Sera sukses dibuat cemberut. "Kamu memang selalu merasa paling benar, waktu saya gak terima dimintai cerai, apa kamu dulu mempertimbangkan itu? Tidak, kan? Jadi, kita satu sama. Dan silakan keluar!" "PAK!" "Saya nggak tuli," ucap datar Abian menanggapi tiap untai kata yang Sera beri. "Bapak mempermainkan saya, ya? Saya bisa lapor ke ketua jurusan!" murka Sera gemas sekali dengan dosen tampan yang dulu merupakan suaminya. "Kenapa? Merasa dipermainkan? Anggap aja karma karena dulu kamu ninggalin saya pas lagi sayang-sayangnya." Astagfirullah. Sera ingin membobol brankas rahasia milik agen FBI saja kalau begini. Mimik Abian tetap datar, meskipun perkataannya terdengar menyebalkan di telinga Sera. Andai menyentil ginjal orang itu bukan jenis kejahatan tindak pidana, Sera akan melakukannya sekarang. Seorang Abian Lorenzo yang akan membalas dendam kepada mantan istrinya yang dulu pernah bilang: Kita cerai aja. Adalah Sera Auristela yang menyesal pernah nikah muda. Sayangnya, Tuhan tidak setuju dengan tanggapan mereka, manusia-manusia yang perlu diseleding egonya agar tidak menambah kuantitas janda dan duda di alam semesta. Karena dengan begitu, bukankah cerita ini jadi menarik? *** Sera Auristela dinyatakan tidak lulus di mata kuliah Advokasi semester empat. Usia sudah dua puluh satu tahun sebab Sera tidak langsung mengambil S1 saat lulus dari SMA, dulu ... dia malah menikah. Semasa SMA Sera punya pacar tampan, mapan, dan beuh ... idaman tiap insan. Apalagi yang namanya Abian Lorenzo itu memiliki sudut pandang kembar identik dengan model majalah kenamaan. Maka Sera susah menolak lamaran, tapi begitu beres pernikahan, lama kelamaan dia tidak nyaman. Sera pikir nikah muda itu menyenangkan, ternyata tidak. Mungkin khususnya bagi dia yang memang tidak cocok dengan segala sesuatu yang ada di rumah tangga, ditambah kenyataan dua insan yang sama besar egoisnya. Kini tibalah Sera di semester lima perkuliahannya. Namun sayang, di mata kuliah Advokasi dia masih tinggal kelas. Membuatnya terpaksa di semester depannya lagi, semester genap untuk mengambil mata kuliah itu kembali. Tapi sekarang ada hal yang membuat Sera mengerang, bahkan di semester ganjil ini pun dia harus berhadapan lagi dengan Abian Lorenzo. Mantan suaminya itu memegang mata kuliah Hukum Acara Perdata di semester lima. Sial bagi Sera yang sudah memiliki firasat buruk sama dengan Advokasi. "Lo tahu, Ra?" Merasa ter-notice Sera menoleh, Merisa lanjutkan, "Mantan istrinya Pak Abian itu ternyata mantannya mantan gue, tapi nggak tahu yang mana. Tahu sendiri mantan gue ini playboy, kan?" Sera mengangguk. Kevin memang playboy, tapi berkat keplayboyannya itu status Sera terhadap dosen idola mereka tersamarkan. "Dengar-dengar ya, Ra ... Pak Abian ini duda anak satu." "Hah? Serius?" Merisa mengangguk. "Sayangnya, menurut gosip ... anak Pak Abian sama mantan istrinya itu meninggal lebih dulu sebelum lahir karena istrinya masih bocah." Sera menunjukkan tampang simpatinya. Dalam hati dia meringis, gosip itu sedang membicarakan dirinya, Sera bahkan jauh lebih tahu daripada Merisa. "Tapi, Ra, yang bikin gue heran sampai sekarang ... kok ada sih cewek sebego itu ninggalin Pak Abian?" Sera tersentil hatinya. "Si cewek ada alasan yang kuat kali." "Ya tetep aja bego! Yang dia tinggalin itu Pak Abian, Ra, Pak Abian! Perawan aja ngantre meskipun Pak Abian ini duda. Logikanya ya, Ra, sementara cewek lain pengin jadi istri dia, lah ini? Si cewek itu malah mengundurkan diri dan milih jadi ex - wife. Di mana coba otaknya?" kesal Merisa. Sera menepuk bahu kawannya. "Kalo mantan istri dia dengar, bisa habis ginjal lo kena sentil, Ris. Hati-hati kalo ngomong." Nyatanya cewek bego itu adalah dirinya sendiri, Sera terkekeh merasa lucu. Tapi karena sama sekali dia tidak menyesal telah cerai dengan Abian, jadi ya sudahlah ... sudah berlalu. Bertepatan dengan itu, dosen datang. Merisa langsung berdecak "Selain Pak Abian, dosen kita yang satu ini juga masuk list cogan. Bagusnya, dia jomblo." Sera hanya mengerling mendengar bisikan Merisa, kawannya itu memang propokator nomor wahid. *** "Kita cerai aja." Abian ingat dengan jelas Sera pernah mengatakan hal itu beberapa bulan setelah mereka menikah. Di saat Abian sedang sayang-sayangnya, Sera memilih pergi tanpa alasan yang jelas. "Kita pisah ranjang aja deh buat permulaan." Tanpa sadar Abian meremas kertas ujian mahasiswanya. Dia sangat marah baik saat itu maupun sekarang. Rasanya masih hangat dan membekas. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan yang sedang sayang-sayangnya dimintai cerai? Saat sedang cinta-cintanya malah dimintai pisah ranjang. Sakit sekali, hati Abian tidak baik-baik saja. Hingga Abian rela meninggalkan jabatannya di perusahaan demi menjadi seorang dosen di Universitas impian mantan istrinya. Abian ingin balas dendam. "Tolong panggilkan Sera ke ruangan saya sekarang!" titah Abian kepada mahasiswi yang berlalu di depan ruangannya. Abian akan membuat perhitungan setelah kurang lebih dua tahun dia diam. Selain hati dan perasaannya, harga diri dan ego Abian juga terluka cukup dalam. Sera harus mempertanggungjawabkan. "Bapak manggil saya?" Abian tersentak, dia berdeham. "Jangan kegeeran dulu, saya manggil kamu bukan buat minta balikan." "Ada apa, Pak?" Sera memilih untuk tidak menggubrisnya. "Masuk! Kamu boleh duduk asal jangan di pangkuan saya, kita udah jadi mantan. Ingat." Sera mengerucutkan bibirnya. Dia bahkan tidak bilang atau sekadar mengharap hal-hal yang seperti Abian ucapkan. Sera pun duduk dengan tenang. "Kenapa Bapak manggil saya?" tanya Sera penasaran. "Yang jelas bukan karena kangen. Jadi kamu jangan geer dulu." Sera jadi ingin merangkai nuklir dan melemparkannya kepada Abian. "Saya nggak gitu ya, Pak. Kalo emang gak ada apa-apa, saya pamit. Lagi pula saya masih ada kelas." "Jangan kurang ajar, ya, kamu sama dosen!" "Bapak yang kurang ajar sama saya!" balas Sera tak mau kalah. Pada akhirnya mereka saling melemparkan tatapan tajam yang beberapa detik kemudian saling beralih asal tidak berpandangan. Abian berusaha menertralkan amarahnya, melihat Sera selalu saja membuat dia ingin memgamuk. "Tolong bacakan surat ini, saya sibuk jadi gak sempat baca itu. Kalau tidak dibaca, kasihan, itu dari mahasiswi cantik." Sera ingin menebang monas kalau bisa, dia kesal maksimal. Dosennya itu kenapa, sih? Ada yang lebih penting dari membacakan surat cinta milik Dosen Advokasinya itu, di kelasnya bahkan sedang berlangsung pelajaran, tapi kemauan Abian tidak bisa Sera lewatkan. Karena Abian memaksa sekali pun Sera sudah menolak dengan ramah. Sera bacakan, "Halo, Pak ... aduh, malu saya. Tapi serius, saya suka sama Bapak--" "Saya juga suka sama kamu," timpal Abian memangkas bacaan Sera. Saat Sera berhenti, Abian menatap sambil berdecak, "Bukan buat yang baca, saya ngomong gini buat yang ngasih surat. Jangan kegeeran dong!" Sera mendengkus, dia tidak mengindahkan itu dan langsung beralih ke bacaan berikutnya. "Sekali pun Bapak duda, saya tetep suka." Abian berdeham bangga. "Udah, Pak." Abian mengangguk dan mengambil alih surat tersebut. Dia menatap Sera sambil berucap, "Kamu boleh cemburu, wajar. Namanya juga mantan." "Pak--" "Kamu boleh pergi sekarang!" Sera geram. Jadi, apa fungsinya dia meninggalkan kelas dan lebih memilih hadir di sini? "Bapak nyuruh saya ke sini cuma buat ini?" Abian menaikkan sebelah alis matanya. "Terus apa? Kamu berharap saya nyuruh kamu datang ke sini buat mengenang masa lalu? Maaf ya, saya udah lupa, tuh. Gak usah sok merasa bersalah karena udah ninggalin saya pas lagi sayang-sayangnya dulu!" "Saya gak bilang apa-apa lho, Pak." "Tapi saya ngerti perasaan kamu, emangnya kamu? Penginnya selalu dimengerti tapi gak mau mengerti perasaan saya." Astagfirullah. Pusing kepala Sera. Yang bahas masa lalu itu siapa coba? Yang ngomongin tentang dulu itu siapa, sih? Siapa yang ingin mengenang atau siapa yang mau dikenang? Bukan Sera. "Saya permisi, Pak." "Dari tadi juga saya udah ngusir kamu," balas Abian sampai akhirnya pintu ruangan itu Sera tutup pakai emosi. Abian terkekeh. Kemudian dia menyeringai. Sunggingan liciknya terpatri di wajah. Abian pun menghubungi seseorang yang tugasnya menjaga parkiran. "Tolong kempesi ban motor yang plat nomornya E 691 YX, motor bebek warna biru." Ya. Laki-laki yang patah hati memamg setidak patut itu untuk dicontoh, terlalu keji dan kebesaran gengsi. Oke sip. Abian tersenyum, tinggal tunggu saja tanggal mainnya dan dia akan membuat Sera sendiri yang mohon-mohon padanya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD