bc

Aku Istri Rahasia Suamiku

book_age16+
1
FOLLOW
1K
READ
HE
pregnant
blue collar
drama
office/work place
childhood crush
like
intro-logo
Blurb

Syifa seorang gadis yang ceria dan baik hati, kini harus kehilangan masa mudanya karena kesalahan yang dia lakukan bersama Rudi. Hanya karena perasaan cinta dia rela melakukan hubungan terlarang dengan Rudi, yang membuat dirinya hamil di luar nikah. Hanya karena ingin menutupi kehamilannya, Syifa mulai menutup diri dari keluarga dan lingkungannya.

Setiap wanita yang telah menikah pasti akan memimpikan kehidupan yang bahagia dengan pasangannya, begitu juga dengan Syifa yang sangat memimpikan kehidupan rumah tangga yang bahagia bersama Rudi. Namun, semuanya hanya mimpi yang tidak akan pernah menjadi nyata, Rudi yang dia pikir bisa menjadi imam sekaligus suami yang baik justru malah tidak mengakuinya sebagai seorang istri di depan keluarganya. Bahkan dengan tega dia menikah kembali dengan Anita kekasih yang telah lama menjalin hubungan dengannya. Setelah 7 tahun pernikahan Syifa mulai dilanda kebingungan antara melepaskan atau mempertahankan pernikahannya.

chap-preview
Free preview
Bab 1. Pertemuan
“Mas … aku hamil,” ucap Syifa kepada Rudi yang duduk di sampingnya sambil memberikan alat tes kehamilan kepada Rudi. Dengan segera Rudi langsung mengambil test peak itu dari tangan Syifa. Seketika mata Rudi membulat sempurna saat melihat dua garis di alat tersebut. “Hah! Hamil." “Iya, aku hamil anakmu, Mas." Syifa memegang tangan Rudi. Wanita muda itu terlihat sangat berharap jika Rudi mau bertanggung jawab atas kehamilannya. "Gawat, jika gadis ini benar-benar hamil habis ‘lah riwayatku, apa kata orang jika aku menikahi gadis kampung dan nggak berpendidikan seperti dia," pikir Rudi sambil melirik ke arah Syifa dengan pandangan bingung. Sebenarnya tidak ada perasaan cinta dalam hati Rudi untuk gadis polos itu. Semua itu terjadi hanya karena nafsu sesaat saja. "Mas! Kenapa diam, kamu mau tanggung jawab ‘kan." Syifa menggerakkan tangan kekasihnya. Ia terus mendesak Rudi agar mau secepatnya menikahinya. Sebelum perutnya semakin membuncit. “Apa kamu yakin itu anakku." Pria itu menatap Syifa dengan tajam. Ia berharap jika wanita itu tidak benar-benar sedang mengandung darah dagingnya. Syifa langsung melepaskan tangannya dari tubuh Rudi. “Apa maksudmu Mas, aku enggak pernah berhubungan badan dengan laki-laki manapun selain kamu." “Ya mungkin saja itu anak laki-laki lain, kita hanya berhubungan badan sekali jadi tidak mungkin bisa hamil secepat itu." "Jangan asal bicara ya Mas! Aku hanya melakukan hubungan itu cuma dengan kamu, aku nggak mau tahu pokoknya kamu harus tanggung jawab atas kehamilanku ini!" bentak Syifa sambil berdiri. Wanita itu benar-benar terlihat bingung dengan sikap Rudi. Pria yang hampir enam bulan ini menjadi kekasihnya itu tiba-tiba berubah begitu kasar. “Jangan harap aku akan bertanggung jawab atas anak yang ada di dalam kandunganmu dan menikahimu." Rudi langsung meninggalkan Syifa begitu saja. Ia seolah tidak peduli dengan apa yang dialami kekasihnya itu. Janji manis yang pernah di ucapkan kini lenyap begitu saja. Setelah mendengar ucapan Rudi, Syifa langsung berlari sambil menangis. Ia tidak menyangka laki-laki yang dicintainya justru tega menyakitinya. Sejenak wanita itu terdiam sambil terisak memikirkan kesalahannya karena telah mempercayai Rudi. Syifa memang hanya gadis kampung yang tidak begitu paham tentang indahnya cinta dan kecanggihan dunia luar, tetapi dibalik sifat lugu dan kampungan yang ia miliki membuatnya menjadi seorang gadis yang sangat lembut dan patuh. Syifa yang merasa sakit terhadap sikap Rudi memilih duduk di dekat sungai kecil yang tidak jauh dari desanya. Sepanjang hari ia menangis di tempat itu sambil memikirkan nasib anak yang dia kandung. Sesaat Syifa mulai mengingat tentang indahnya hubungan terlarang yang telah ia lakukan dengan Rudi. Sore itu Rudi yang baru selesai mengawasi sebuah Proyek pembangunan di desa itu berniat untuk menemui Syifa dan mengajaknya jalan-jalan dengan menggunakan sebuah motor milik salah satu pekerja. Syifa yang dari awal memang memiliki perasaan lebih terhadap Rudi pun bersedia untuk menerima ajakan sang kekasih. “Sore ini kamu terlihat begitu cantik,” ucap Rudi sambil mendekat ke telinga Syifa dan membelai rambut panjang Syifa. Wajah manis gadis itu terlihat memerah saat mendengar pujian yang keluar dari mulut Rudi. “Terima kasih Mas." Rayuan demi rayuan Rudi ucapkan sambil mengusap pipi gadis itu dengan lembut. Ia perlahan-lahan mulai mengecup bibir mungil Syifa, Syifa yang Saat itu sudah terlena dengan rayuan Rudi mulai membalas setiap kecupan yang dilakukan sang kekasih dengan mata masih tertutup. Ciuman dan cumbuan yang mereka lakukan akhirnya membuat mereka melakukan hubungan suami istri di gubuk tersebut. Syifa yang sudah terlena dengan rayuan manis sang kekasih begitu sangat menikmati setiap permainan Rudi terhadap tubuhnya. “Apa boleh kita melakukan hubungan terlarang ini Mas?” tanya Syifa dengan mata yang masih tertutup. Hingga membuat sang kekasih menghentikan aktivitasnya saat ini. “Tidak masalah. Sayang, aku akan bertanggung jawab jika sesuatu terjadi kepadamu nanti." Rudi langsung melanjutkan kembali aktivitasnya yang sempat tertunda. Dengan liar pria itu terus menyusuri dan mencium setiap lekuk tubuh sang kekasih. Langit senja menjadi saksi bisu hubungan terlarang antara Rudi dan Syifa, ciuman dan kecupan liar pun ia lakukan hampir di seluruh tubuh Syifa. Syifa yang mulai menikmati perlakuan Rudi terhadapnya mulai membalas setiap ciuman Rudi. Sehingga terjadilah hubungan terlarang atas dasar cinta antara Rudi dan Syifa di sebuah gubuk tua. Terlihat sebuah noda darah segar yang keluar dari area sensitif Syifa karena robeknya sebuah mahkota kewanitaannya. Cukup lama mereka melakukan hubungan tersebut. Hingga akhirnya mereka mencapai puncak kenikmatan yang akhirnya membuat keduanya tertidur pulas di gubuk tersebut. Satu jam berlalu keduanya pun terbangun. Dengan segera Rudi mengantar Syifa pulang ke rumahnya tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Syifa yang saat itu merasakan sakit di bagian sensitifnya berusaha untuk tetap berjalan tegak di hadapan orang tuanya. Pertemuan yang tidak disengaja antara Rudi dan Syifa terjadi saat Syifa diminta oleh Ibu Sari untuk mengantar makanan yang dipesan Rudi kepada Sang ibu. Rudi yang saat itu bekerja sebagai kontraktor di perusahaan sang ayah tidak pernah memiliki perasaan apapun pada gadis lugu itu. Namun, semua berubah saat Anjas-sahabatnya mengajaknya untuk melakukan taruhan untuk mendapatkan Syifa. Terdengar suara adzan magrib dari salah satu mushola di desa itu. Hingga membuat Syifa langsung tersadar dari lamunannya. “Seandainya aku mendengarkan kata-kata Ibu untuk enggak terlalu percaya dengan ucapan laki-laki semua ini pasti tidak akan terjadi, apa yang harus aku lakukan sekarang? Enggak mungkin aku bicara kepada Bapak dan Ibu tentang kehamilanku." "Ya ... mungkin lebih baik aku sembunyikan saja kehamilanku ini, lagi pula perutku juga tidak terlihat besar." Syifa memperhatikan perutnya sambil mengusapnya dengan perlahan. Menurut Syifa yang saat itu masih berusia dua puluh tahun hamil adalah sebuah masa di mana ada seorang bayi di dalam perut seorang perempuan yang akan lahir setelah berusia sembilan bulan. Ia tidak tahu bagaimana perjuangan serta tahapan-tahapan yang dialami seorang perempuan selama masa kehamilan. Syifa yang saat itu hanya bekerja di sebuah toko kecil di sebuah pasar tradisional yang tak jauh dari rumahnya, kini harus berjuang mengumpulkan uang lebih banyak lagi untuk kehidupan keluarganya dan anak dalam kandungannya. Setelah uang yang dikumpulkan dirasa cukup Syifa pun memutuskan untuk memeriksakan kehamilannya pada seorang Bidan yang ada di desa tersebut. "Selamat Sore, Bu Bidan." Syifa terlihat masuk ke dalam ruangan Bidan. Gadis itu terlihat gugup saat sudah duduk di kursi yang ada di hadapan Indri-Bidan di desa itu. "Selamat sore Mbak, ada yang bisa saya bantu. Mbak." Bidan Indri tersenyum dengan ramah. Membuat gadis itu merasa sedikit tenang. "Saya … saya mau memeriksakan kehamilan saya, Bu." "Oh … silahkan tidur di sana, Mbak." Bidan Indri menunjuk ke arah sebuah kasur kecil di pojok ruangan. Syifa yang masih awam dengan kehamilan hanya bisa menurut dengan apapun yang diperintahkan sang Bidan desa kepadanya. Tahap demi tahap pemeriksaan telah dilakukan oleh sang Bidan, Terlihat rasa takut di wajah Syifa saat Bidan Indri mulai melakukan pemeriksaan terhadap dirinya. Setelah Bidan Indri selesai beliau meminta Syifa untuk kembali duduk di kursi. "Bagaimana hasilnya. Bu Bidan?" tanya Syifa dengan sedikit gugup. Pasalnya ini adalah pertama kalinya ia datang ke tempat itu untuk memeriksakan kandungannya. "Sehat kok, Mbak … ngomong-ngomong suaminya kenapa tidak ikut? Soalnya saya mau menjelaskan tentang kehamilan Mbak Syifa, apalagi ini kehamilan pertama dan dengan usia Mbak Syifa yang masih terlalu muda." Bidan Indri menjelaskan sambil mencuci tangannya di sebuah wastafel yang ada di pojom ruangan. Setelah mencuci tangannya sang bidan pun langsung duduk di kursinya. "Suami saya … ehm … itu dia sedang bekerja di kota, Bu." Syifa terlihat ragu, lagipula mustahil juga Rudi mau mengantarkannya ke Bidan. Setelah penolakannya beberapa minggu yang lalu. Bahkan sejak kejadian sore laki-laki kaya tersebut sama sekali tidak pernah menemuinya. Ia seperti hilang begitu saja, seakan di telan bumi. "Baik kalau begitu saya jelaskan sekarang ya. Mbak, kehamilan Mbak Syifa sehat dan nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Tapi, saya harap Mbak Syifa jangan terlalu capek dan mengangkat yang berat -berat karena kandungan Mbak Syifa masih terlalu muda, dan ini saya berikan beberapa Vitamin untuk Mbak Syifa untuk janin yang ada di dalam kandungan." Bidan Indri sambil menyerahkan sebuah kantong berisi beberapa vitamin. "Terima kasih. Bu Bidan, kalau begitu saya permisi dulu." Syifa menerima kantong plastik tersebut. Kemudian berdiri dan meninggalkan ruangan Bidan Indri. Setelah keluar dari ruangan sang bidan, Syifa langsung segera pulang ke rumahnya. Di tengah perjalanan tanpa sengaja ia bertemu dengan Rudi yang sedang berjalan denga sahabatnya sekaligus salah satu pekerja di proyek yang sama dengan Rudi ke arah balai Desa. Karena saat ini di Balai Desa memang sedang ada acara bersih desa jadi banyak warga yang sudah hadir di tempat itu sejak sore, untuk menyaksikan rangkaian acara yang diadakan oleh Kepala Desa. Syifa yang melihat Rudi berjalan ke arahnya langsung berhenti. Sambil berdiri dan menoleh ke arah Rudi, "Assalamualaikum, Mas Rudi. " Rudi yang saat itu sedang bercanda dengan karyawannya sama sekali tidak menjawab salam yang diucapkan Syifa, bahkan dia tetap berjalan tanpa melihat ke arah Syifa. Hal ini tentu membuat kecurigaan Anjas yang ada di sampingnya. Anjas yang penasaran dengan sikap sahabatnya mulai memberanikan diri bertanya tentang perubahan sikap Rudi kepada Syifa. "Tumben, kamu cuek pada gadis itu? memang kalian sedang bertengkar ya, Rud?" tanya Anjas sambil memegang pundak sahabatnya. “'Kan hubunganku hanya sekedar taruhan saja … dan sekarang kamu harus memberikan hadiah yang kamu janjikan padaku." Rudi menjawab sambil terus berjalan dan tertawa. Ia terlihat bahagia saat mengingat hadiah yang akan ia dapatkan. Sebuah motor Ninja keluaran terbaru akan segera ia dapatkan. “Gila kamu … anak orang hanya dijadikan bahan taruhan saja," jawab Anjas sambil tertawa. Dan memukul kepala sahabatnya dengan perlahan, lalu berlari meninggalkan Rudi yang mulai mengejarnya. *** Kehamilan Syifa saat ini sudah menginjak usia 3 bulan, rata-rata Ibu hamil mulai merasakan mual, muntah dan kelelahan. pagi hari saat Syifa baru saja bangun dari tidur, tiba-tiba ia merasakan mual yang luar biasa hingga ia harus berlari ke kamar mandi selama beberapa kali. Karena hal itu Syifa akhirnya memutuskan untuk meminta izin libur kepada pemilik toko tempatnya bekerja. "Kamu kenapa toh, Nduk? Ibu lihat seharian ini kamu kok muntah-muntah terus. kamu baik-baik saja 'kan." Sari duduk di tempat tidur Syifa sambil mulai memijat kaki putrinya. Sementara itu Syifa yang berbaring membelakangi Sari terlihat mulai meneteskan air matanya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Her Triplet Alphas

read
7.7M
bc

The Heartless Alpha

read
1.6M
bc

My Professor Is My Alpha Mate

read
485.2K
bc

The Guardian Wolf and her Alpha Mate

read
537.8K
bc

The Perfect Luna

read
4.1M
bc

The Billionaire CEO's Runaway Wife

read
624.1K
bc

Their Bullied and Broken Mate

read
480.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook