Mi

1263 Words
Wajahku tertunduk lesu. Segala sumpah serapah berikut dengan pasukan penghuni kebun binatang sedang berpesta di otakku saat ini. Hanya saja gak berani keluar dari mulut mungilku. Ya, sekarang aku dan Pak Michael sedang disidang dengan terdakwa diriku yang mengenaskan ini. Entah bagaimana caranya Pak Leo yang ternyata merupakan ayah dari Pak Michael, bisa mendatangkan Om Wisnu kemari. Yang lebih k*****t lagi adalah Om Wisnu melihat rekaman cctv saat aku dengan gilanya mencium Pak Michael di kolam renang. Bodoh, bodoh! Kenapa aku bisa membuat kekacauan segila ini?! Lihat! Om Wisnu nampak menahan kesal. Beberapa kali mengusap wajahnya dengan kasar. "Bagaimana, Pak Wisnu?" tanya Pak Leo. "Pak Leo, saya sangat menyesal." "Saya juga hampir tidak pevcaya jika ponakan Anda yang melakukannya." Weh, mereka saling kenal?! "Saya benar-benar minta maaf! Keponakan saya ini memang sejak kecil hidup sama saya. Mungkin salah saya yang terlalu sibuk mengurus perusahaan hingga dia kurang perhatian padanya hingga dia sering mencari perhatian dan bertingkah seperti ini." "Tapi Om, aku kan hanya ...." "Diam kamu!" ucap Om Wisnu. Lalu beralih menatap Pak Michael yang nampak sangat tenang. "Saya benar-benar minta maaf, Michael!" Pak Michael tersenyum kecil. "Saya sudah memaafkan Clara. Kami bahkan membuat kesepakatan." "Apa itu?" tanya Om Wisnu. "Karena Clara sudah berani mencium saya, saya rasa dia harus bertanggung jawab." "Maksud, Anda?" Kening Om Wisnu berkerut berkali-kali lipat. "Kami sepakat untuk menikah." Glek. Ludah aja kok berasa seret buat ditelan ya? Ucapan Pak Michael sedikit mengerikan buatku. "Nov? Kamu serius?" Om Wisnu balik nanya. Gak mau, Om!! Teriakku. Dalam hati tapi. Gak berani keluar suara. Oke, demi nilai. Tak masalah. Daripada aku harus mengulang semester sebelumnya. Ya kan? Dan yang lebih mengerikan dari itu adalah Pak Michael mengancam akan menyebar isi dari cctv menyebalkan itu jika aku menolak. Sue! Dengan gerakan slow motion aku mengangguk pasrah. "Om benar-benar tidak percaya ini! Tapi, sudahlah! Jika itu pilihan kamu. Its OK! Well, kamu udah dewasa," ucap Om Wisnu sambil beberapa kali menghembuskan nafasnya dengan kasar. Kesal tingkat dewa kayaknya. Ya habis mau gimana lagi, ini masalah mempertaruhkan nilai dan harga diri. "Baik, jika kedua keluarga sudah setuju. Kita tinggal tentukan tanggalnya," ucap Pak Leo. "Bagaimana kalau Minggu depan?" tanya Pak Michael. "Apa?!" Spontan aku memekik kaget. Gila, anjir! Masa aku kawin kayak kawin embe begini! Dadakan amat! Ntar dikira orang bunting duluan kan berabe! "Apa ini tidak terlalu cepat? Maksud saya, bagaimana dengan persiapan pesta pernikahannya? Mana bisa selesai dalam seminggu?" tanya Om Wisnu. Hatiku bersorak. Iya, Om! Jangan gila semuanya! Harus ada yang waras salah satu. Masa seminggu ujug-ujug kawin sih? Pak Leo berdehem pelan, lalu duduk tegak menghadap Om Wisnu. "Ekhm! Jadi gini lho, Pak Wisnu. Berhubung mereka ini statusnya masih dosen dan mahasiswinya, maka ada baiknya kita rahasiakan dulu pernikahan ini hingga Clarissa lulus. Bagaimana?" Om Wisnu terdiam. Lalu mengangguk, "Baiklah. Saya titip ponakan saya, dia memang sering kekanakan. Tapi sebenarnya dia sangat mandiri." Lah aku dititipkan! Cem barang aja main titip segala. "Iya, tentu saja, Pak Wisnu. Kami akan menjaga Clara dengan baik," jawab Pak Michael. Mampus deh! Akhirnya resmi jadi istri simpanan orang. *** "Pak, bagaimana dengan nilai saya?" tanyaku saat aku dan Pak Michael baru saja keluar dari butik. Ceritanya sih mau fighting baju pengantin dadakan. Kirain mau diukur gitu, terus dibuatin. Ternyata mau pake baju yang tersedia di butik ini. Alasannya biar gak memakan waktu. Lah malah diisi dengan serangkaian ritual unfaedah yang dilakukan Pak Michael padaku. You know lah, Pak Michael menyuruhku gonta-ganti baju. Tapi tak ada satupun yang terpakai. Katanya jelek lah, kedodoran lah, terlalu ceking lah. Big k*****t memang! "Kalau syaratnya sudah terpenuhi," jawabnya santai lalu menyalakan mesin mobil. "Tapi kan, Pak. Besok kita menikah. Jadi syaratnya kan sudah terpenuhi?" tanyaku lagi. Aku duduk di belakang. Emang asem banget pria berprofesi dosen satu ini, setiap aku diajak naik mobilnya, pasti disuruh duduk di belakang. Mau tahu apa alasannya? Dia bilang, takut aku nyosor lagi katanya. Dih, siapa juga yang mau sama dia, coba? "Berarti besok. Bukan sekarang," jawabnya masih dengan gaya santai. Aku diam. Bibirku maju beberapa senti. Rasanya pengen cakar muka sok kecakepannya itu. Kok ya ngeselin amat jadi orang?! Kami sampai di depan rumah Pak Michael. Aku keluar lebih dulu. "Mau ke mana kamu?" tanya Pak Michael saat aku keluar dari mobil lebih dulu. "Pulang, Pak. Hari ini selesai kan?" jawabku sambil bersiap jalan meninggalkannya. "Eit, tunggu dulu!" Pak Michael menarik baju belakangku. Ish, apaan sih? Dia pikir aku ini apaan? "Apa sih, Pak?" Pak Michael memberi isyarat agar aku masuk ke rumahnya. "Masuk!" "Ngapain? Hari ini kan cuma ke butik. Selesai kan?" "Enak saja! Anak saya belum makan! Suapin sana!" "Ha?!" Mataku membulat sempurna. Gila! Udah mau malam begini, aku disuruh nyuapin bocah gendut itu?! "Hu-ha hu-ha aja kamu. Cepat masuk!" Pak Michael menarik baju belakangku dan membawaku masuk ke rumahnya. "Dih, jangan ditarik gini lah, Pak! Ntar baju saya melar!" "Baju murah kok, nanti saya ganti kalau rusak." Ish, kenapa doyan amat bikin aku kesal sih? Aku menggerutu pelan sambil masuk ke dalam rumah besar itu. "Daddy!" Teriakan Moza menyambut kedatangan kami. "Hai jagoan! Daddy punya kejutan buat kamu." "Wow apa itu? Ini siapa, Dad?" ucapnya sambil menunjuk ke arahku. "Ya, dia kejutannya." Aku mengerutkan kening. Apa?! Aku jadi kejutan? "Apa dia akan jadi mommy baru?" Mataku membulat sempurna. Si Moza gendut ini lucu sih, tapi ngomongnya bikin aku keki. Enak saja mommy baru! Aku dinikahin cuma buat ngejar nilai doang kok, ya selebihnya karena demi harga diri. Daripada nanti video terkutuk dari cctv itu menyebar luas. Ya kan? "Yes, you're right, Boy!" "Pak, ini ...?" "Yeay! Hari ini aku dapat hadiah spesial! Welcome, Mom!" Moza langsung berhambur ke pelukanku. Bentar. Ini gila! Gak, terlalu gila! Belum dikawinin aja, aku udah dipanggil mommy? Mimpi apa aku semalam?! Bahkan pacaran saja aku belum pernah! Dan yang lebih penting lagi adalah aku benar-benar tidak suka anak kecil! "Mom kok diam?" Aku tergagap, ekor mataku melirik Pak Michael yang sudah memasang mata tajamnya padaku. Busyet, serem amat, Juragan! "Ah, seneng bisa ketemu sama ... Moza kan?" "Yes, Mom! Aku lapar!" Lah, bocah! "Makan biskuit yuk?" "No, Daddy bilang gak boleh makan biskuit terlalu banyak. Aku mau nasi." "Oke, kita pesan ayam goreng ya?" "Makanan instan juga tidak baik," ucap Pak Michael. Anjir! Aku gak bisa masak! Paling untung nanak air dan mi instan. "Nasinya ada gak?" tanyaku mulai kesal. "Gak ada, kamu masak gih, aku mau mandi dan ganti baju." Aku mendengus. "Moza, sini! Bantuin Mommy!" Si Moza manggut lalu mengekor di belakangku. Kayaknya aku harus bikin perjanjian sama nih anak. "Moza, duduk deh!" Dia nurut. "Ada apa, Mom? Apa nasinya sudah siap?" "Kamu penggemar nasi ya?" "Huaa... Hua... " Lah, kenapa jadi mewek sih? Belum juga aku buat perjanjian, udah nangis duluan. "Moza, kenapa kamu nangis sih? Mommy kan gak ngomong apa-apa!" "Ada apa?" Pak Michael datang dan mengacak rambut Moza sambil tersenyum. "Mommy kok kayak penjahat yang mau nyulik, Dad?" "Haha, masa sih?" "Iya, Dad! Kayak di film yang aku lihat sama Oma tadi siang." Pak Michael menahan tawa. Aku hanya menggerutu kesal. Penjahat katanya? Emang mukaku seseram itu? "Mom Clara gak serem kok, malah lucu." Ha? Pak Michael bilang aku lucu? Jangan-jangan dia mulai suka sama aku ya? Ih, kok jadi mupeng ya? Haha, lucu? Boleh juga. Aku mengambil beras dan mulai membuat nasi untuk si chubby Moza. "Lucu? Kayak apa, Dad?" tanya Moza. Anak itu antusias sekali. Apa yang akan dijawab sama Pak Michael ya? Apa aku selucu Park Shin Hye? Atau Lisa Black Pink? Ah, ternyata Pak Michael ada sisi manisnya juga ya. "Kayak penanak nasi. Haha, lucu kan?" "What?!" ?!#+??#
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD