DUA

1524 Words
Maaf banyak typo Rasa mual yang melanda hebat perut Bulan membuat Bulan terjaga dari tidurnya yang lelap dan lelah. Sial! Tidak hanya rasa mual yang Bulan rasakan saat ini, tapi rasa pegal dan sakit di sekujur tubuhnya ikut menyiksa Bulan di hari yang sudah---- ternyata sore di saat Bulan menatap kearah jam yang ada di nakas di samping kanan ranjang. Jam yang sudah menunujukkan pukul 4 sore lewat 15 menit. Tunggu dulu.... "Damar? Mana Damar?"Bulan mengucek matanya beberapa kali, takut ia salah lihat, salah lihat kalau Damar sudah tidak ada di sampingnya saat ini. Karena selama 4 tahun menjalin hubungan dengan Damar. Di setiap mereka melakukan hubungan terlarang layaknya sepasang suami istri, bercinta apapun sebutannya itu, Damar... Damar kekasihnya tidak akan pernah meninggalkan Bulan. Walau hanya untuk pipis, laki-laki itu tidak akan pernah meninggalkan Bulan. Sampai Bulan terbangun dari tidurnya. Laki-laki itu.... di saat habis main dengan Bulan, dan terbangun lebih dulu dari Bulan, akan setia menunggu Bulan terbangun sambil mendekap erat tapi lembut tubuh Bulan dari arah belakang, memainkan rambut lembut dan harum Bulan. Dan menenggelamkan wajahnya di sertai memberi kecupan selembut bulu pada tengkuk Bulan agar Bulan segera terjaga dari tidurnya apabila Damar ingin buang air kecil. Tapi, nyatanya apa yang Bulan lihat saat ini, di samping kirinya di atas ranjang dimana tempat Damar berbaring setelah mereka sama-sama meraih pelepasan tadi, benar... sudah tidak ada Damar di sampingnya. "Nggak mungkin kan, Damar sudah pulang? Tumben dia ninggalin aku sendiri setelah...,"Bulan tidak melanjutkan ucapannya di saat... Indera pencium Bulan mencium aroma ayam goreng membuat Bulan menoleh cepat kearah pintu kamarnya. Pintu kamarnya yang terbuka lebar saat ini. Dan di saat Bulan sudah paham, senyum lega dan manis terbit begitu indah di kedua bibir agak pucat Bulan. Nyatanya, Damarnya sedang ada di dapur, dan sedang menggoreng ayam yang belum Bulan goreng tadi karena di potong oleh acara... ya kalian pasti tahu acara apa yang di maksud Bulan yang sudah ia lakukan dengan Damar. "Ck. Jangan lebay, Bulan. Damar meninggalkanmu untuk masak. Perut kamu juga lapar, kan? Berterimah kasih lah pada Damar, karena setelah mandi, perutmu yang baru bangun tidur, lapar , akan segera kenyang bentar lagi,"Ucap Bulan dengan nada dan raut yang di buat semangat. Karena dengan sialannya, hati kecil Bulan di dalam sana, masih saja merasa mendung dan tak rela, Damar meninggalkannya sendiri di atas ranjang setelah mereka melakukan hubungan intim 4 jam yang lalu. Dan Bulan saat ini, dengan pelan-pelan dan hati-hati, turun dari atas ranjangnya. Bulan merasa gerah, dan Bulan juga merasa lengket pada paha bagian dalam dan juga organ di intimnya di bawah sana. Tapi, kedua kaki Bulan yang hampir menyentuh lantai, hanya melayang di udara di saat kedua manik cokelat Bulan melihat 2 kondom yang tergeletak dengan mengenaskan di atas lantai, berisi s****a, jelas s****a milik Damar yang melakukan itu sebanyak 2 kali, membuat mereka sama-sama puas tadi. Dan sial! Bulan merasa wajahnya panas saat ini, di saat kilasan bagaimana liarnya Damar dalam menyentuhnya, menyapa otak dan hati Bulan saat ini. Sangat liar dan tergesa-gesa. Dan di saat ingatan dan otak Bulan mengingat bagaimana semangatnya Damar menyodok dirinya, Bulan teringat dengan... "Anakku...,"Bisik Bulan pelan. Dengan tangannya yang sudah mengelus lembut dan sayang pada perutnya yang sudah sedikit ada tonjolan. "Kamu nggak kenapa-napakan? Maaf, papamu nggak tahu kalau sudah ada kamu dalam perut mama," "Mama yakin, andai papamu sudah tahu tentang kamu, dia akan melakukannya dengan lembut dan penuh cinta,"Ucap Bulan dengan senyum hangatnya. Tapak tangannya masih setia mengelus sayang perutnya yang sudah ada kehidupan lain yang tumbuh di dalam sana. "Nanti setelah mama dan papa makan, mama akan kasih tahu hal ini sama papamu, Sayang..." "Kasih tahu, kalau sudah ada kamu, buah cinta mama dan pap----," "Ayo segera ke meja makan, aku lapar, aku juga harus segera pulang, dan sebelum aku pulang, ada hal yang sangat penting yang ingin aku bicarakan denganmu, ini tentang masa depanku, dan masa depanmu,"Ucap suara itu dengan nada yang sangat dingin bahkan membuat Bulan seketika menggigil takut di tempatnya, dan belum sempat Bulan menjawab atau menyahut ucapan Damar. Damar sudah pergi meninggalkan Bulan tanpa menoleh sedikitpun kearah Bulan yang masih tercengang tidak percaya dengan apa yang ia lihat dan dengar barusan. "Ada apa dengan papamu?"Tanya Bulan dengan nada tercekatnya. Dan Bulan, tidak menemukan jawaban ada apa dengan Damar barusan? Tadi, setelah mereka melakukan itu, Damar terlihat puas dan bahagia, Damar juga mengecup keningnya sebelum mereka tidur tadi. Ada apa dengan Damar? Dan yang Bulan tahu, saat ini, entah kenapa Bulan merasa takut, sampai perutnya terasa mules dan jantung Bulan rasanya ingin meledak di dalam sana. Semoga semuanya baik-baik saja. Semoga papamu hanya sedang bad mood karena... karena ayam yang seharusnya mama goreng, malah di goreng sendiri sama papamu, Sayang.... **** Bulan merasa sangat tidak enak saat ini, suasana di meja makan terasa sangat dingin. Dan juga, kenapa dan tumben Damar mengambil sendiri makanannya? Biasanya, Damar tidak akan makan dan ngambek apabila bukan Bulan yang mengambil lauk pauk untuknya. Apabila Bulan tidak melayaninya di meja makan. Tapi, apa yang Bulan lihat saat ini. Damar dengan wajahnya yang datar dan terlihat sangat dingin, di lakukan semua oleh laki-laki itu sendiri, dan yang paling membuat hati Bulan terasa sesak saat ini, sejak Bulan duduk di kursi yang ada di seberang Damar, sedikitpun Damar tidak menatap kearahnya. Sakit dan perih hati Bulan di dalam sana. Dan sudah cukup, Bulan nggak sanggup lagi. Bulan ingin tahu apa gerangan yang membuat kekasihnya bersikap sedingin ini, dan Bulan memanfaatkan momen di saat Damar ingin menyendok nambah nasi ke dalam piringnya. Bulan secepat kilat mengambil alih sendok yang di ada di tangan Damar, tapi pahit.... di saat Damar malah menepis tangannya, dan Damar... "Kalau di pikir-pikir, kita bukan suami istri, aku nggak seharusnya terlalu merepotkan kamu bahkan hanya untuk mengambil lauk paukku." "Sungguh, apa yang sudah kita lakukan selama ini, kalau di pikir-pikir sangat salah," Dingin sekali nada suara Damar. Membuat perasaan Bulan semakin kacau dan hatinya semakin sesak di dalam sana. Apalagi dengan ucapan menohok Damar? Salah? Apa yang sudah mereka lakukan selama ini salah? Menahan rasa sesak dan sakit, biasanya kalau mereka cek cok, Bulan tidak akan merasa sesesak ini, akan Bulan lawan Damar sampai ia yang menang, mungkin karena hormon kehamilannya, membuat Bulan melow, dan tidak berdaya melawan dan membalas ucapan Damar yang terdengar sangat menyakitkan sekaligus memuakkan di telinga Bulan. Dan Bulan... "Kenapa? Maksudnya ada apa denganmu?"Tanya Bulan dengan geraman tertahannya, menatap Damar dengan tatapan yang super-super tajam, tatapan yang hanya akan Bulan layangkan apabila Damar telah melakukan kesalahan yang sangat fatal di mata Bulan. Dan Bulan tidak suka dan tidak terima di beginikan oleh Damar apalagi beberapa jam yang lalu, Damar... Damar baru saja mengajaknya bercinta. Bulan tidak suka dan tidak terima di beginikan oleh Damar. Tapi, sial! Pertanyaan dengan geraman tertahan Bulan, tidak di acuhkan oleh Damar. Damar yang tidak mengangkat sedikitpun kepalanya dari makanannya, dan kedua bibirnya tertutup rapat. Seakan pertanyaan dengan geraman tertahan Bulan barusan hanya angin lewat. "Apa? Apa ada yang salah? Apa aku aku sudah melakukan kesalahan?" "Raut wajahmu kayak iblis saat ini, dingin dan datar. Ada apa? Ada apa, Damar? Jangan beginikan aku! Aku nggak suk-----," Bruk Ucapan Bulan di potong telak oleh suara piring yang beradu dengan lantai. Piring yang berisi makan siang Damar. Membuat kedua mata Bulan melotot tidak percaya melihatnya, dan kedua mata Bulan semakin melotot tidak percaya di saat Damar... Damar bangkit dari dudukannya dengan kasar... Damar melangkah mendekati kulkas, dan Damar.... Bruk Meninju dengan tinjuan yang sangat kuat kulkas satu pintu milik Bulan, bahkan sampe membuat kulkas itu sudah bergeser ke tempat lain dengan buku-buku jari Damar yang dalam sekejap terluka dan ada titik demi titik darah merah segar yang sudah mengotori tangan Damar. Dan melihat semuanya, membuat Bulan sangat takut, tapi Bulan melawan rasa takutnya... melihat... melihat wajah kekasihnya Damar yang terlihat sangat frustasi dan tersiksa saat ini. Dan Bulan dengan hatinya yang lembut, mencoba mengerti, pasti ada masalah yang sedang di hadapi oleh kekasihnya Damar saat ini. "Maaf, aku harusnya peka. Pasti kamu lagi ada masalah. Masalah apa, Sayang? Masalah keluarga? Masalah pekerjaan? Ayok, bagi sama aku masalahmu, biar kita cari solusinya sama-sama,"Ucap Bulan lembut sambil mengelus sayang d**a Damar yang nafasnya terlihat memburu dan tersengal saat ini. Tapi, pahit... niat baik Bulan yang ingin menenangkan kekasihnya, sekali lagi, tangannya malah di tepis kasar oleh Damar. Sakit... sakit tangannya, tapi lagi dan lagi, Bulan mencoba mengerti. Mungkin masalah yang di hadapi kekasihnya sangat besar. "Ada aku. Ada aku kekasihmu, Mar. Aku siap sedia....," "Aku bingung. Sangat bingung saat ini, Bulan!"Potong Damar tajam ucapan Bulan. Bulan yang saat ini sedikit merasa lega, karena Damar sudah mau membuka suara. Agar Damar tenang, Bulan melempar senyum terbaiknya. "Bingung? Bingung kenapa? Ada aku. Gunakan aku, muntahkan semua keluh kesahmu padaku, masalahmu adalah masalahku juga, kita cari solusi sama-sama, jangan di pendam..."Bisik Bulan lembut. Damar? Bukan itu, sialan! Bukan itu Bulan sialan! Aku bingung, kata apa yang enak? Kata apa Bulan yang harus aku keluarkan pada saat memutuskanmu, memutuskan hubungan kita agar kamu tidak tersakiti. Katakan, kata apa yang harus aku katalan yang cocok pada saat memutuskanmu agar hatimu tidak sakit sialan. Itu yang membuat aku bingung dan frustasi. Teriak hati Damar kesal dan marah di dalam sana. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD