3. Awal Berjumpa

1030 Words
Menjadi pengasuh untuk Meme, bayi perempuan berusia satu tahun, tidak membuatku kesulitan sama sekali. Selain keterampilan yang telah aku dapatkan saat masa karantina, segala macam bentuk pelatihan yang telah aku dapat menjadikan aku memiliki sedikit kemampuan. Selain itu dulunya aku juga sering membantu Ibu merawat adikku saat masih kecil. Terlebih lagi Bu Cindy juga Mister Sam sangat baik padaku. Tidak pernah memarahiku acapkali ada sesuatu yang aku salah atau tak sesuai dengan keinginan mereka. Lebih banyak Bu Cindy memberikan pengertian padaku tentang apa saja yang harus aku lakukan dan membenarkan setiap kesalahan yang aku buat. Namanya manusia memang tak luput dari kesalahan. Semaksimal apa pun aku berusaha melakukan pekerjaan dengan sempurna nyatanya masih saja ada hal kecil yang terkadang luput dari perhatianku. Sebuah keberuntungan juga untukku karena bertemu dengan majikan yang sama-sama berasal dari Indonesia. Setidaknya aku tak kesulitan menyesuaikan diri dari segi bahasa juga makanan dan adab kebiasaan sehari-hari. "Sha, sudah kamu tidak perlu memasak. Biar aku saja yang memasak. Kamu bisa fokus pada Meme saja." Begitulah pesan yang kerap Bu Cindy lontarkan setiap aku berniat membantu untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya seperti bersih-bersih atau memasak. Terkadang aku tak enak sendiri dengan beliau karena meski memiliki pembantu yaitu aku, tetapi pekerjaan rumah tangga tetap beliau kerjakan sendiri. Ah, betapa baik mereka. Gaji juga mereka selalu memberikan lebih untukku. Karena mereka tahu bagaimana keadaan keluarga yang aku tinggalkan di rumah. Bekerja bersama mereka, tidak pernah dianggap sebagai pembantu melainkan selalu diperlakukan selayaknya keluarga membuatku terharu dan percaya menceritakan semua kisah hidupku pada mereka. Termasuk di dalamnya mengenai cerita sampai aku terdampar menjadi seorang Tenaga Kerja Wanita. "Kau ini masih sangat muda, Sha. Kenapa mau memilih menjadi seorang Tenaga Kerja Wanita?" pertanyaan Bu Cindy suatu ketika. Aku tak mungkin berbohong pada beliau. Pada akhirnya bercerita pada Bu Cindy juga Mister Sam perjalananku sampai bisa berada di sini. "Saya sangat bersyukur karena dipertemukan dengan Bu Cindy dan Mister Sam," ucapku akan rasa syukur karena sampai detik ini mendapat kemudahan dan seolah menemukan keluarga baru. "Sha, aku sudah menganggapmu sebagai adik sendiri. Kau tahu jika di sini pun aku tak mempunyai siapa-siapa selain Meme dan Sam. Aku jauh dari keluarga. Jika tidak karena Sam yang mendapat mandat menghandel proyek di sini, aku pun tak akan berada di sini. Karena berada di negara orang itu tidak mudah. Oleh karena itulah aku juga sangat senang begitu mendapat pengasuh Meme adalah orang Indonesia." Ini mungkin yang dinamakan jodoh. Aku mendapat majikan baik yang sesuai dengan impianku. Begitupun dengan Bu Cindy yang pada akhirnya bisa mendapatkan pengasuh Meme sesuai dengan kriterianya. Aku berjanji akan bekerja dengan sebaik mungkin dan menjaga amanat yang telah Bu Cindy percayakan padaku. Mengasuh Meme dengan ketulusan dan kasih sayang. Karena jika kita mencintai pekerjaan, maka semua akan terasa lebih mudah dan nyaman. *** Hingga tak terasa waktu bergulir begitu cepat. Dua tahun sudah aku bekerja pada Mister Sam dan Bu Cindy. Itu artinya dua tahun juga aku berada di Hongkong. Lebih tepatnya dua tahun kurang dua bulan. Sejak beberapa waktu lalu, keluargaku yang berada di Indonesia kerap kali bertanya kapan aku pulang. Terlebih Bapak yang katanya begitu kepikiran dan sangat merindukanku. Tak heran jika Bapak bersikap begitu karena selama ini aku lah anak yang sangat dekat dengan beliau. Hampir setiap hari aku bersama beliau dan kini sudah hampir dua tahun lamanya tidak bertemu. Meski setiap hari aku selalu berkirim kabar, tapi masih ada rasa yang kurang karena tidak bisa bertatap muka langsung. Mengetahui masa kontrak yang sebentar lagi usai, Bi Cindy meminta agar aku memperpanjang kontrak kerja. Ingin sebenarnya aku melakukan apa yang Bu Cindy minta. Hanya saja keluarga bagiku lebih penting dari segalanya. Bapak yang sedang sakit berharap aku selalu berada di samping beliau. Dilema. Satu kata yang menggambarkan keadaan hatiku saat ini. Aku masih ingin bekerja sebenarnya. Menyayangkan sekali harus kehilangan majikan baik semacam Bu Cindy dan Mister Sam. Uang hasil bekerjaku selama dua tahun juga belum cukup untuk membayar hutang pada Pak Asep. Namun, lagi-lagi keluarga adalah sebuah pilihan. Dengan memantapkan hati aku mengatakan jujur pada Bu Cindy. Jika aku tak bisa melanjutkan kontrak kerjaku. "Aku tidak bisa memaksamu, Sha. Semua keputusan ada di tanganmu. Selagi kamu masih ada orang tua lengkap dan ingin menjaga mereka, aku bisa apa. Karena kedua orang tua adalah yang utama dari semua urusan duniawi kita." "Terima kasih atas pengertian Bu Cindy. Mungkin nanti saya juga akan mencari pekerjaan baru lagi saat sudah di rumah dan semoga mendapatkan pekerjaan yang baik juga sesuai dengan yang saya harapkan." "Sha, jika kamu ada kesulitan jangan segan menghubungiku. Partner kerja Sam di Indonesia banyak. Siapa tahu saja kau membutuhkan pekerjaan, telepon saja aku. Nanti pasti aku akan membicarakannya dengan Sam. Dan aku yakin Sam juga pasti tak akan keberatan mencarikanmu pekerjaan." "Terima kasih banyak Bu Cindy. Saya sangat beruntung bisa bertemu dengan Anda juga Mister Sam." "Sama-sama, Sha. Aku juga senang bertemu dan kenal denganmu. Andai kamu mau melanjutkan bekerja di sini. Aku tak akan keberatan dan pasti akan sangat senang. Sangat susah sekarang mencari pengasuh terlebih yang bisa cocok dengan Meme." Aku hanya menanggapi dengan senyuman karena aku sendiri tidak yakin bisa melanjutkan bekerja di sini. Bagiku menjaga Bapak dan menurut dengan apa kata berliau lebih penting dari sekedar mengejar materi. "Eum ... Sha, aku akan pergi ke supermarket dulu, ya. Hari ini kita akan kadatangan tamu penting." "Tamu penting? Siapa, Bu?" "Atasannya Sam. Namanya Tuan Bumi." "Owh." Aku hanya manggut-manggut menanggapi. "Aku berangkat dulu. Nanti jika Tuan Bumi datang biarkan masuk saja. Sam sebentar lagi juga pulang, kok." Benar saja, baru saja Bu Cindy selesai berkata pintu depan terbuka yang menampakkan sosok Mister Sam. Bu Cindy pamit pada suaminya. Sementara aku kembali ke dalam kamar menemani Meme bermain. Beberapa menit berlalu, telinga ini mendengar bel pintu yang berbunyi. Aku pamit pada Meme ingin keluar kamar untuk membuka pintu. Bergegas aku menuju pintu depan. Tak terlihat Mister Sam dimataku. Mungkin majikanku itu sedang berada di dalam kamar. Kubuka pintu dan aku sudah tahu jika tamu yang datang kali ini adalah bosnya Mister Sam. Seperti tadi yang Bu Cindy infokan. Lelaki dengan wajah khas Asia, yaitu wajah orang Indonesia tampak di hadapanku. Lelaki dewasa yang begitu matang dengan usia diatas Mister Sam. "Apa Sam ada?" tanyanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD