Chapter 3

1190 Words
Happy Reading... ****** Seperti biasanya Felisa selalu semangat setiap pergi bekerja setelah lulus dari sekolah menengah sekarang ia memutuskan untuk langsung bekerja untuk mencukupi hidupnya sendiri yang sudah tak memiliki siapapun di dunia ini sejak kedua orang tuanya meninggal saat kecelakaan pesawat beberapa tahun lalu. Hari ini felisa pergi ke toko bunga untuk kerja tambahan kesehariannya sebelum siang nanti pergi ke minimarket sebagai penjaga kasir, sehari memiliki tiga pekerjaan di tempat yang berbeda tentunya bukanlah pekerjaan yang mudah karna Felisa harus menyesuaikan waktunya. Meskipun sesekali harus mengorbankan salah satu pekerjaannya untuk pekerjaan lain yang lebih menguntungkan. Dan kali ini pihak toko bunga menyuruhnya membawakan pesanan ke kantor dan perusahaan-perusahaan langg.anan. Dengan cerianya Felisa membawa pesanan itu ke tempat yang di tentukan memberikan pesanan-pesanan bunga ke kantor-kantor yang memiliki julukan raja bisnis ia tak menyangka jika toko bunga sederhana bisa sampai memiliki pelan.ggan orang-orang kaya seperti ini. Dan orang-orang kaya hanya menyia nyiakan uangnya untuk membeli bunga sedangkan Felisa harus kerja banting tulang untuk mendapatkan uang. "Felisa!" Panggil seseorang, Felisa mencari sumber suara sampai ia melihat keberadaan Jina Yu tengah melambaikan tangannya sebelum berlari menghampiri. "Felisa aku tak percaya bisa bertemu dengamu di sini" Jina Yu memeluk Felisa sedangkan felisa masih mempertahankan bunga yang ia bawa beserta pot di tangannya. "Jina Yu apa yang kamu lakukan di sini?" Tanya Felisa saat pelukan teman sekolah terbaiknya dulu ini terlepas. "Ayahku bekerja di sini" katanya dengan bangga namun Felisa merasa sedikit tidak nyaman ketika Jina Yu mengatakannya mungkin karna Falisa sudah tak memiliki ayah lagi jadi dirinya merasa ingin seperti apa yang Jina Yu miliki terutama seorang 'ayah'. "Jina Yu aku pergi dulu aku harus mengantarkan pesanan" pamit Felisa melalui Jina Yu begitu saja. "Jadi sekarang kau bekerja paruh waktu untuk mencukupi kehidupanmu yang menyedihkan ini?" Seketika Felisa berhenti melangkah ia terdiam dengan apa yang Jina Yu katakan barusan tiba-tiba mood boster yang Felisa miliki tadi langsung lenyap begitu saja. Felisa sadar semua waktu bisa berlalu dengan cepat bahkan Jina Yu teman terbaiknya kini dapat mengatakan kata-kata itu dengan lagak sombong. Jina Yu berjalan mendekat dia menyilangkan tangan ke depan melihat penampilan Felisa dari bawah hingga atas dengan tatapan meremehkan. "Aku tak menyangka bagaimana bisa kau menggoda lelaki dengan tampilan seperti ini" Felisa melirik Jina Yu lalu menghela nafas rendah, Felisa paling malas berteman dengan orang seperti ini, Felisa kembali melanjutkan langkahnya namun Jina Yu lagi-lagi mengatakan hal di luar perkiraan Felisa. "Jika bukan karna kakak kelas dulu menyukaimu aku tak akan pernah berteman denganmu" Selepas mengatakan hal paling menyakitkan bagi Felisa, Jina Yu langsung pergi begitu saja. Felisa tau hal ini akan terjadi di dunia ini tak banyak orang yang rela melakukan kebaikan tanpa maksud tertentu dan Jina Yu termasuk salah satunya Felisa harap suatu saat nanti ia dapat bertemu dengan orang yang benar-benar tulus menerimanya apa adanya. Dengan langkah lunglai Felisa masuk ke dalam lift ia tak terlalu memperhatikan lift mana yang ia pakai dan tak peduli siapa saja yang Satu lift dengannya pikiran dan raga sepertinya sedang terpisah dan beda haluan. Setelah sampai di lantai tujuannya felisa malah jadi pusat perhatian tentunya hal itu membuat dirinya kebingungan, terlihat orang yang di lewatinya langsung berbisik-bisik. Felisa segera memberikan pesanan bunga yang ia bawa lalu segera keluar tapi ia mendengar seseorang berkata. "Berani sekali gadis itu masuk ke lift khusus dan kau lihat tadi di dalam lift itu ada tuan Jacob apa dia tidak takut dengan masa depannya ia terlihat masih terlalu muda untuk menanggung hukuman dari Tuan Jacob" "Atau dia mencoba merayu Tuan Jacob kita?" "Haha dengan tampang seperti itu Tuan Jacob pasti akan langsung menendangnya ku dengar Tuan Jacob kita orang yang begitu dingin seperti es di kutub utara" "Kau benar, dia juga tak terlalu cantik di lihat dari manapun tentunya kita lebih baik darinya" "tapi siapa orang yang bersamanya tadi aku belum pernah melihatnya?" "mungkin temannya" Felisa memperlebar langkahnya ia tak menyangka ternyata dirinya salah memasuki lift yang ternyata hanya di peruntukkan bagi para pejabat tinggi? Gara-gara melamun ia tak menyadari hal itu. "Bukannya dia gadis yang salah kau tangkap waktu itu" Tanya Jacob saat dirinya dan Rubin masuk ke dalam ruangan. "Aku tidak peduli" "Tentu saja untuk apa kau memperdulikan hal konyol yang kau lakukan itu tapi kau lihat tadi beraninya dia memasuki lift khusus sebenarnya dia bisa membaca peraturan tidak sih atau dia memang tidak bisa membaca?" Jacob mendudukkan diri di kursi ia memang tak suka ada orang selain dirinya dan Rubin yang memakai lift itu. "Jacob hubungi asistenmu bilang padanya untuk membuat gadis itu keluar dari pekerjaannya sekarang dan jangan biarkan perusahaan kecil manapun dapat menerimanya" "Wait! Aku tak salah dengar kan?" "Jangan buat aku mengulanginya Jack" Ucap Rubin begitu dingin seakan ia tak memiliki ekspresi apapun. "Oke tapi aku penasaran untuk apa kau melakukannya" ucap Jacob, Rubin menatapnya tajam. Jacob segera mengambil gagang telfon dan menyuruh asistennya seperti apa yang Rubin katakan. Sebenarnya Jacob sedikit terkejut mendengar Rubin mengatakannya karna biasanya yang mengatakan hal itu adalah dirinya sendiri. Namun di hari pertama Rubin datang ia langsung menyuruhnya melakukan hal yang memang jarang Rubin lakukan. ______ Felisa tiba di toko bunga namun pemilik toko di sana langsung memberikannya amplop, Dahi Felisa berkerut. "Apa ini hari gajian?" "Felisa ini hasil dari pekerjaanmu minggu ini dan mulai besok kamu tidak usah kembali lagi disini" wajah pemilik bunga itu seperti tak enak hati ketika mengatakannya karena Felisa adalah pegawai yang jujur. Felisa menerima amplop yang di sodorkan untuknya "Apa ini artinya aku di pecat?" Tanya dia. Pemilik toko itu mengangguk. "Aku salah apa?" "Felisa tadi pimpinan Mavens Komplain tentang pekerjaanmu jadi kami tak bisa apa-apa kami hanya bisa menuruti perintahnya atau toko bunga ini akan di tutup olehnya" Felisa menghela nafas ini salahnya tadi ia tidak teliti saat memasuki lift khusus dan kejadian ini seharusnya tak terjadi tapi tidak apa masih ada mini market yang menerimanya dan setengah jam lagi adalah waktu pergantian tapi sesampainya di sana "APA! Pak manager kenapa anda memecatku? Anda tahu sendiri aku tak pernah datang terlambat bahkan aku selalu datang sedikit lebih cepat tapi kenapa anda masih memecatku juga?" "Felisa maaf tapi tempat ini sudah mempunyai pemilik baru dan pemilik baru itu ingin memperbarui semua karyawan lama di sini" "Tapi. Tapi kenapa harus aku? Pak manager tolong jangan pecat aku kalau anda memecatku aku tak tau kehidupanku selanjutnya" "Maaf Felisa aku tau kamu anak yang rajin tapi perintah dari perusahaan Mavens tak bisa di bantah dan ini gajimu bulan ini" Felisa mengambil amplopnya dan pergi dengan lunglai seperti badannya tak memiliki tulang saja. Kenapa bisa di waktu yang Bersamaan dua pekerjaannya langsung menghilang? Ini tidak benar pasti semua yang di katakan karyawan tentang hukuman dari pemimpin di kantor tadi pasti benar ini tak bisa di biarkan Felisa harus kembali ke perusahaan itu secepatnya dan menyuruh Pemimpin sombong itu untuk mengembalikan pekerjaannya. Tapi omong omong pekerjaan nya yang di klub malam pasti mereka tidak tau kan? Tentu saja karena menyamar jadi laki laki ternyata cukup menguntungkan. Tapi tetap saja dirinya akan melabrak pimpinan songong itu langsung. Beraninya menyuruh semua orang untuk memecatnya dalam waktu kurang dari satu jam. Sia.lan..! ******* To.Be.Continued Cerita ini masih menunggu kontrak, harap sabar dan nikmati karya Silan yang sudah tamat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD