1. Yasmin Satu

714 Words
Suasana pagi begitu cerah. Udara juga cukup sejuk, karena kemarin sore sempat turun hujan walaupun tidak terlalu deras. Rumput dan daun hijau terlihat lebih berkilau, karena sempat tersapu oleh tetesan hujan. Burung-burung pun ikut berkicau menandakan keriangan menyambut pagi di hari jumat yang penuh keberkahan ini. "Sayang, minum dulu obatnya yang sebelum makan," bujuk seorang wanita cantik pada suaminya yang terlihat kurus dan layu. Wanita itu membukan bungkus obat lalu memberikannya pada suaminya. Begitu juga dengan segelas air putih hangat. "Bik Narsih, sarapan tuan tolong bawa kemari!" titahnya dengan suara aga sedikit dikeraskan. Dengan tergopoh, wanita muda itu membawakan nampan berisi semangkuk bubur gingseng dengan taburan hati sapi yang sudah dicacah halus. Apapun wanita itu lakukan untuk kesembuhan suami tercintanya. Dia rela membayar orang untuk membawakan gingseng langsung dari China sebagai obat alternatif bagi lambung suaminya yang sudah rusak parah. Tidak ada yang mustahil bagi dirinya yang mempunyai harta melimpah. Pernah berobat sampai Singapore namun hasilnya sama saja. Karena lambung suaminya sudah payah. Dengan sabar, ia menyuapkan bubur ke dalam mulut suaminya, alhamdulillah sudah masuk sepuluh sendok. Biasanya baru lima sendok, suaminya sudah tidak mau lagi. "Aamiiihhh...!" seru anak laki-laki berwajah tampan, mirip sekali dengan papanya. Langkah kaki kecilnya menghampiri amih dan papanya. Masih sambil mengucek kedua matanya, ia bersandar di tubuh amihnya. "Selamat pagi papa, selamat pagi amih," sapanya sambil mencium pipi ibu dan juga papanya. "Pagi sayang, tidur nyenyak hari ini?" tanya papanya sambil menyunggingkan senyum termanisnya. Anak lelaki itu mengangguk. "Den Reza, mandi sama bibik dulu yuk! Setelah itu bersiap sekolah," ajak Bik Narsih kepada anak majikannya yang masih berusia lima tahun itu. "Hari ini berangkat sama amih ya." Wanita cantik dan keibuan itu mengangguk sambil membantu membukakan baju tidur anaknya. Anak kecil itu mengekori langkah pembantunya menuju kamar mandi. "Kamu ga papa hari ini ke pabrik, sayang?" "Tidak apa-apa, sayang." "Produksi harus tetap kita pantau, walupun sudah ada pak Malik di sana," sahutnya renyah sambil menatap iba suaminya yang sudah tiga minggu duduk di kursi roda. Tubuh suaminya lemah, sehingga ia tidak mampu ke pabrik tas milik mereka, serta memantau dua restoran lesehan milik mereka juga. "Maaf ya sayang. Kalau nanti aku sembuh, aku akan urus semuanya." Lelaki itu mengusap pipi istrinya lalu mengecup sekilas keningnya. "Papa istirahat aja di rumah. Tidak usah pikirkan pekerjaan. Biar cepat sehat lagi. Mama udah booking tiket untuk kita liburan ke Jepang bulan depan lho, Pa. Semangat ya!" kali ini ia yang mencium pipi suaminya. Kehidupan pernikahan yang sempurna, lelaki tampan berpendidikan serta kaya, berjodoh dengan wanita kaya yang cantik, keturunan arab yang juga berpendidikan tinggi hingga mendapat gelar M.E. Yasmin Maulia, M.E itulah nama berikut gelarnya. Menikah dengan Arman Harisman, M.E, lelaki sunda yang sangat mencintainya. Kehidupan pernikahan yang sempurna, dengan dikaruniai anak lelaki tampan yang kini berusia lima tahun bernama Reza Harisman. **** "Lu mau gue kenalin sama temen gue ga? Cantik lho," tawar Nanang dengan sedikit berbisik pada Jaja temannya. "Temen lu mau ga kenal sama gue, cowo dekil gini!" "Ya lu mandi terus lu pake re****nalah, pas ketemu dia. Jangan lu pake minyak gosok emak lu, pada ilfil cewe nanti." "Gue mandi apa kaga, ga ada yang tahu, Nang. Dekil ama baunya sama," sahut Jaja sambil cekikikan. "Lagian, gue ga punya minyak wangi, Nang. Adanya minyak gosok ama minyak goreng. Masa ia gue pake minyak goreng. Amis dong," sahutnya lagi sambil terbahak. "Maaf, saatnya bekerja tidak diperkenankan ngobrol ya!" tegur wanita cantik kepada keduanya. "Eh...iya, Bu. Maaf," sahut keduanya kaget. Mereka bahkan tidak berani mengangkat kedua wajahnya. "Karyawan yang terlalu banyak bicara dari pada bekerja, gajinya akan dipotong!" serunya cukup keras, agar semua karyawan yang ada di sekitarnya dapat mendengar peringatannya. Langkah anggunnya mendekati lift khusus petinggi pabrik. Hanya ada tiga lantai, lantai bawah untuk produksi dan pemasaran. Lantai dua untuk bagian kantor administrasi dan lantai tiga khusus pemilik, manager dan asisten. Jaja mengusap dadanya yang berdebar takut. Begitu juga dengan Nanang. Keduanya memperhatikan punggung wanita cantik nan anggun hingga hilang di dalam lift "Istrinya pak direktur itu!" bisik Nanang pada Jaja. "Ck,...lu sih, ngajakin gue rumpi mulu, ditegor jadinya. Ia gue tahu itu bininya Pak Arman. Ga mungkin dia bini gue,kan?" Jaja menutup mulutnya agar tidak terbahak. ***** Hai-hai, cerita baru nih gaes. Masih bergenre komedi romantis lho. Beri tanda love dan follow juga akun saya ya. Terima kasih
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD