Tiga

1544 Words
Bara bersidekap melihat interaksi asing di sofa. Ada tubuh mungil putranya yang sedang terduduk dan fokus ke arah layar LCD besar yang memperlihatkan acara kartun kesayangannya. Sedangkan di sebelah putranya ada Ratna yang terlihat cekatan menyuapi putranya. Terkadang gadis itu akan mengajak Arsya bicara ketika kepala mungil itu menggeleng menolak suapan. "Arsya harus makan bayam yang banyak biar bisa kayak popi." Balita usia 3 tahun itu terlihat menatap Ratna dengan heran. "Popi itu apa Mba Latna?" "Popi itu kartun yang sedang Den Arsya tonton. Popii." Ratna mengangkat sebelah tangannya dan memperlihatkan otot krempeng tangannya. Sontak membuat bocah menggemaskan itu terlihat tertawa. "Mba latna lucu. Itu bukan popi tapi popay mba." Anak jaman sekarang lebih pintar dari anak jaman dulu. Ratna tidak percaya bahwa ingatan balita ini lebih pintar darinya. Dari aksen bicara saja seusia Arsya sudah sangat bisa di pahami. Ratna kira popay itu di bacanya popi seperti bahasa inggris yang suka ia dengar saat anak tetangganya ulang tahun. Hepi bertdey tuyul. Kan tulisan yang asli happy bukan hepi, jadi Ratna pikir Popay di bacanya popi. Kan kartun itu buatan luar negeri. Tetapi ternyata dia salah toh. Ratna nyengir kuda, merasa malu dengan ucapannya sendiri. "Hehe maksud Mba Ratna juga itu. Popay, lidah mba keseleo tadi," kilah Ratna tidak mau terlihat memalukan. Bara yang melihat interaksi itu hanya bisa geleng-geleng kepala. Apa keputusannya benar dengan memperkerjakan Ratna di sini? Apa itu tidak akan berimbas pada mental anaknya. Bara takut jika anaknya akan tertular virus bodoh gadis seperti Ratna. Bara berjalan Perlahan menghampiri putranya. Dan duduk di sebelah Arsya. Kini Arsya di apit tubuh Ratna dan juga Bara. "Lagi nonton apa Boy?" Arsya langsung melirik Bara. Terlihat antusias menjelaskan tontonannya. "Nonton popay Pah. Tapi Mba Latna panggil popay itu popi." Bara mengusap kepala Arsya sayang. "Jangan didengar ya. Mba Ratna hanya salah sebut." "Iya Den Mba hanya salah sebut tadi." Bara kini melirik Ratna dan mangkuk yang ada ditangan gadis itu terlihat kosong. "Makanan Arsya sudah habis?" "Sudah Tuan tanpa sisa." Bara mengangguk puas. "Bagus. Sekarang tolong buatkan aku kopi." Ratna segera bangkit dari sofa. Berniat langsung membuat minuman yang di pesan Bara. "Baik Tuan. Akan saya buatkan," ucap Ratna semangat. "Gulanya 2 sendok teh." Ratna terdiam, lagi-lagi suara Bara terdengar menginterupsi, detik kemudian Ratna mengangguk dengan senyuman. "Baik Tuan." Bara menatap punggung kecil itu yang terlihat berjalan tergesa ke arah dapur. Sudah semingu ini Ratna kembali bekerja dan semua pekerjaannya terlihat lebih baik dari sebelumnya. Gadis itu terlihat sangat tekun bahkan di setiap ruangan ia tidak menemukan debu sedikit pun yang menempel. Dan Arsya juga terlihat cocok dengan Ratna. Balita itu tidak rewel seperti biasa ketika ia mengenalkan pada orang asing. Dan itu Bagus. Ada kemajuan besar untuk Ratna setelah seminggu bekerja lagi di sini. *** Ratna menaruh secangkir kopi panas di meja. Kepalanya mengedar ke setiap arah mencari keberadaan Bara yang menghilang. Tatapannya kini jatuh di tubuh mungil Arsya yang sudah terlelap di atas sofa. Beringsut mendekat. Memperbaiki posisi tidur Arsya sambil tersenyum. Anak ini sangat tampan sama tampan dengan ayahnya. Ting tong Suara bel yang terdengar menandakan ada tamu yang ingin masuk. Dengan cepat Ratna berlari ke arah pintu, ketika pintu itu terbuka ia menemukan dua orang berjenis kelamin berbeda sedang berdiri dengan beberapa paperbag mengait di jemari tangan mereka. Wanita yang terlihat sangat cantik melebihi kecantikan Raisa kini tengah celingak-celinguk memperhatikan ke dalam rumah. "Kamu siapa? Mana Bara?" Mendengar pertanyaan itu sontak langsung membuat Ratna membungkuk sopan. "Saya Ratna Nyonya. Pembantu baru di rumah ini." Wanita itu terlihat bernapas lega. Tadi ia sempat curiga takut bahwa wanita ini pacar baru Bara. Karena jika itu terjadi wanita ini sangat jauh dari calon ibu untuk Arsya. Sangat tidak cocok. "Sampaikan ke Bara. Jihan datang." Ratna mengangguk mengerti. "Baik Nyonya. Silahkan masuk." Mereka digiring Ratna ke arah sofa ruang tamu dengan penuh kesopanan. Dan bergegas mencari Bara yang tiba-tiba tidak terlihat di manapun. "Ke mana Tuan ya?" Ketika ia hampir saja putus asa mencari Bara. Tiba-tiba ia melihat tubuh jangkung itu sedang menuruni anak tangga. Dengan antusias Ratna bergegas menaiki tangga ketika satu anak tangga lagi ia bisa berhasil mencapai Bara tiba-tiba kakinya terpeleset alhasil Ratna terkejut bukan main ketika tubuhnya mulai oleng lalu melayang dan ia melihat Bara dengan wajah panik langsung berlari turun dan meraih pinggang Ratna. Akibatnya tubuh Ratna dan Bara terjatuh berguling-guling di tangga yang disyukuri atau tidak, tidak terlalu tinggi. Sampai mereka jatuh di lantai dasar. Kedua mata Bara sontak melebar saat berbarengan dengan jatuh punggungnya dilantai ia juga merasakan benda kenyal ikut jatuh tepat mengenai bibirnya. Sesaat tatapan Bara terpaku di wajah Ratna yang sama terkejutnya. Tubuh mungil wanita itu menindih tubuhnya dan ia merasakan kedua gunung kembar Ratna menekan dadanya. Masih dengan bibir yang menempel kemudian suara kaget seseorang terdengar. "Bara? Apa yang sedang kalian lakukan?" *** Seketika Bara langsung menyingkirkan tubuh Ratna yang berada di atasnya. Bangkit berdiri dan tatapannya melirik Ratna, gadis itu terlihat mencoba berdiri sendiri. Sampai kemudian tatapan Bara terganti ke arah Jihan yang mematung. "Kau sudah datang?" Bara mengusap tengkuknya salah tingkah, persis seperti p*****l yang ketahuan sedang berbuat tak lazim pada anak di bawah umur. Jihan menangkap raut wajah mantan suaminya seperti itu. Jihan ingin mencerca lagi pertanyaan tentang kejadian yang ia lihat barusan. Namun Bara dengan cekatan segara membawa Jihan, menjauhi tubuh Ratna yang terdiam. Gadis itu hanya mengerutkan kening, tidak terlalu mengerti dengan hal mengejutkan tadi. Ratna bergegas ke arah dapur untuk menyiapkan minuman. Bara sampai di ruang tamu, berhasil mendudukan Jihan di atas sofa, tidak lupa Bara bersalaman ramah dengan pria yang mengenalkan bahwa pria itu calon ayah tiri baru untuk Arsya. "Kamu ada hubungan spesial sama pembantu baru kamu?" Bara melirik Jihan sekilas. Ia tidak berniat menjelaskan bahwa kejadian tadi adalah insiden mengejutkan yang membuat jantungnya shock seketika. Setelah 2 tahun baru kali ini ia merasakan bibir perempuan lagi. Dan itu bibir gadis belia di bawah umur. Anehnya rasanya cukup berbeda dan bikin Bara ketagihan ingin mencicipinya lagi. "Itu bukan urusanmu kan?" Jihan terlihat menatap sinis. Ia tidak suka dengan jawaban Bara. "Jelas itu urusanku. Pacar kamu itu akan jadi calon ibu tiri untuk Arsya aku tidak mau kamu salah milih pasangan dan malah jadi bumerang untuk kehidupan anak kita." Bara hanya menghela napas. Dia cukup risih terhadap sikap Jihan yang suka sekali mencampuri urusannya. Bahkan ketika wanita itu mengenalkan lelaki yang berbeda-beda padanya ia tidak ambil pusing, selagi lelaki itu sopan terhadap ia dan anaknya. Bara setuju-setuju saja. Yang menyebabkan Jihan dan pacarnya putus ya karena wanita itu terlalu pemilih. Bukan karena Bara tidak merestui mereka. "Arsya sedang tidur. Bisakah kalian kembali lagi besok. Aku tidak bisa menggangu tidurnya." Jihan sangat tersinggung dengan ucapan Bara. Ia sudah banyak mengorbankan waktu dan uang hanya untuk datang ke sini. Lalu tanapa hati nurani Bara malah mengusirnya. "Kita bisa menunggu Arsya bangun." Jihan tidak berniat keluar dari rumah ini setelah tadi dengan mata kepala sendiri ia melihat mantan suaminya berbagi bibir dengan seorang pembantu. Tidak! Jihan tidak akan pernah rela jika Bara mempunyai hubungan dengan seorang pembantu. Bagaimana nasib anaknya kelak. Namun Bara menimpali ucapan Jihan dengan nada acuh. "Lebih baik kalian kembali besok." "Kamu mengusirku? Aku ini ibunya Arsya!" "Aku tau. Tapi aku juga ayah Arsya. Aku tidak bisa mengganggu tidur anakku. Kalian bisa kembali besok. Arsya pasti sudah siap bermain dengan kalian." Dengusan kesal terdengar dari bibir sexy Jihan. Tahu bahwa itu adalah jenis pengusiran tak terbantahkan, dengan wajah kecut Jihan segera menyeret tubuh pacarnya yang hanya diam dan bergegas keluar dari rumah Bara. Tanpa pamit sama sekali. Sampai Ratna yang datang dengan minuman di atas nampan terkejut saat melihat Jihan bersama pacarnya sudah berjalan keluar. Padahal ia sudah menyiapkan juice alpukat ini untuk menjamu mereka. "Loh ke mana toh. Tuan..." Kata-kata Ratna mengecil saat melihat mata Bara tengah menatapnya intens. Apa tuannya marah ya karena insiden jatuh di tangga tadi. Pasti badan tuannya kesakitan karena jatuh dan harus tertimpa bandannya pula. Terlebih benda kenyal yang tak sengaja Ratna sentuh dengan bibirnya. Pasti itu juga yang membuat Tuan Bara marah. "Ma-maaf tentang kejadian tadi Tuan. Saya ndak sengaja," ucap Ratna bagai cicitan, sambil bergegas menaruh minuman yang ia bawa di atas meja. Ratna refleks memundurkan langkah kakinya saat lelaki itu bangkit dari sofa. Membuat tumit kaki Ratna terbentur hingga tubuhnya kini yang terjatuh di atas sofa. Bara meraih kedua bahu Ratna memenjarakan tubuh wanita itu dengan kedua tangannya. Ratna semakin beringsut menatap Bara dengan tatapan takut. "Kamu sudah berani menciumku tadi. Apa sekiranya hukuman yang pantas untuk gadis pemberani seperti dirimu." Glek! Ratna menelan ludah secara kasar. Tatapan Tuannya membuat tubuhnya terserang panas secara mendadak padahal pendingin ruangan sedang befungsi dengan baik. "S-saya ndak sengaja Tuan." "Aku tidak peduli mau itu sengaja atau tidak. Kamu tetap harus di beri pelajaran." Seolah kewarasan pria itu menghilang Bara mulai mencoba mempertemukan bibir mereka kembali, membuat Ratna lagi-lagi terbelalak akibat terlalu terkejut mendapatkan serangan tiba-tiba dari bibir lelaki itu. Ratna mencoba melepaskan ciuman Bara namun tenaganya masih kalah telak dari tubuh tegap lelaki itu. Alhasil Bara semakin leluasa mempermainkan bibirnya dengan mudah. Ketika decapan mulut mulai terhenti, dan bibir Ratna mulai menebal. Dirasakan tatapan Bara sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Hanya gumaman pelan yang Ratna dengar keluar dari bibir majikannya. "Bibirmu manis juga. Aku suka."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD