bc

Surat Untuk Bidadariku

book_age12+
286
FOLLOW
1.8K
READ
family
drama
first love
like
intro-logo
Blurb

Bagaimana mungkin aku mencintai sosok yang belum aku kenal sama sekali. bahkan wajahnya pun aku tidak tahu, hanya saja tiba tiba ia datang dengan dalih mengenalku lewat mimpi yang sering datang padanya.

chap-preview
Free preview
DEFINA ISLAMI NURFAUZI
Prang guci yang berada di atas meja jatuh menghantam lantai dan mejadi pecahan pecahan kecil yang tidak mungkin kembali utuh seperti semula. "Hebat kamu yah pah, enak enakan selingkuh sama perempuan lain. Pergi pagi pulang malam" Bersamaan itu terdengar bunyi tamparan keras mengenai pipi seorang pria. "Diam kamu, aku bosan hidup sama kamu. Aku udah muak hidup sama kamu. Kamu itu banyak nuntutnya. Tanpa bisa ngerti perasaan suami kamu sendiri" pria yang berada di hadapan wanita itu terlihat emosi "Dasar b******k, kamu gak sadar yah kamu bisa sukses itu berkat siapa? Kalau gak ada aku siapa yang bikin kamu sukses kaya gini?" wanita itu terlihat tidak terima dengan ucapan si pria, mencoba menghatam kembali dengan pukulan bertubi tubi seolah melampiaskan kekesalannya pada tubuh seorang pria yang berstatus suaminya itu. Saat sedang terjadi perdebatan hebat, seorang anak datang menghampiri kedua manusia itu, berniat menyudahi perdebatan yang terjadi antara ayah dan ibunya. "Papah, kok berantem sama mamah?" Seorang anak tadi mendekat dengan suara yang terdengar bergetar menahan tangis. "kamu ngapain di sini, ayo cepet masuk kamar!!" Amarah pria itu sudah sampai pada ubun ubun dan siap meledak. Bahkan tidak memilih siapa orang yang ia bentak untuk melampiaskan amarahnya. "Defina, ayo masuk mamah lagi bicara sama papah. Kamu masuk dulu yah!" Wanita itu menuntun gadis kecil itu untuk menjauh. Memasukan gadis kecil itu kedalam kamar, kemudian berbalik lagi pada sosok pria tadi. "Kamu beneran keterlaluan, demi perempuan itu kamu tega sama keluarga kamu sendiri. Bahkan sama Defina kamu berani bentak bentak dia," isak tangis wanita itu sudah tidak dapat di bendung. Bersamaan dengan tubuhnya yang terasa melemah dan memilih untuk menjatuhkan badannya sendiri ke atas sofa. Mengabaikan rasa perih di dalam hati yang kian memaksa untuk diobati. "Terserah kamu mau bilang apa,mulai sekarang kita pisah!" Tanpa, perundingan sebuah perkara di putuskan sepihak. Menyudahi bahtera rumah tangga yang di bangun dengan cinta, berakhir di meja hijau hanya karena wanita kedua. Dan ini bukan awal cerita, ini hanya sepenggal kenangan lama. Dari sini sosok kuat akan menjadi pemeran utama. Bersama luka yang ia bawa bahkan bersama kenangan yang ia simpan di balik tawanya. ❤❤❤ Defina Islami Nurfauzi, itulah nama nya. Defina tinggal di salah satu pesantren di Ciamis. Defina tinggal di pesantren sejak duduk di kelas enam sekolah dasar. Setelah perpisahan ayah dan ibunya sembilan tahun silam. Defina lebih memilih hidup di pesantren, di sana ia merasakan bahwa masih banyak orang yang menyayangi dirinya terlebih Tuhannya, zat yang tidak pernah lelah mendengarkan keluh kesahnya. Sejak kejadian itu ayah Defina memutuskan untuk menikah lagi dengan wanita lain, kemudian Defina sempat tinggal bersama ibunya selama beberapa bulan. Tapi setelah ibunya pun memutuskan menikah lagi, Defina lebih memilih untuk tinggal di pesantren. Mengahiskan waktu hampir sembilan tahun di pesantren membuatnya terasa memiliki keluarga dan saudara yang baru. Dan di umur yang masih sangat belia, Defina dituntut untuk menjadi orang yang berfikir dewasa. Dan sejak saat itu, Defina merasa trauma dengan semua kejadian yang menimpanya. Hampir setiap hari Defina mendengar dan melihat pertengkaran kedua orang tuanya. Bahkan tak jarang ia menjadi korban bentakan ayahnya. Disaat keluarga hancur, anaklah yang akan menjadi korban. Anak yang akan merasa tersisihkan. Anak yang akan merasa takut dan trauma melihat kehancuran keluarganya. Seperti Defina, sejak perpisahan itu Defina berusaha bangkit seorang diri. Defina memaksa dirinya untuk kuat dan sabar. Dan berkat bimbingan guru serta sahabatnya yang ada di pesantren Defina sedikit demi sedikit mampu menghapus rasa trauma itu. Dan kini ia lebih sering menutup diri, masalah hati rasa cinta ia pasrahkan pada Allah. Tugasnya hanya membenahi diri saja untuk lebih baik kedepannya. Karena jodoh adalah cerminan diri kita yang sesungguhnya. Saat lulus dari SMA, Defina memutuskan untuk kuliah di salah satu universitas yang ada di lingkungan pesantrennya. Tapi tak jarang Defina merasa iri dengan teman temannya yang sering di jenguk orang tuanya, Defina bahkan lupa rasanya di perhatikan oleh seorang ayah. Defina bahkan tidak pernah di jenguk ayahnya. Sejak perpisahan saat itu, ayahnya tak pernah menemuinya. Defina bukan tidak tahu tempat tinggal ayahnya, tapi dia tidak ingin mengusik kehidupan ayahnya yang sudah bahagia bersama keluarga barunya. Karna setahunya, kini ayahnya sudah memiliki seorang putra. Sedangkan ibunya hanya memikirkan soal materi saja, ibunya hanya memikirkan kebutuhan materi Defina terpenuhi tanpa memikirkan kalau batinnya pun butuh asupan yang harus terpenuhi. Tapi di sinilah Defina sekarang, menjadi pribadi yang kuat dalam melewati setiap guncangan yang dahsyat. Karena Allah ada untuk orang orang yang sabar, dan bersama dengan orang orang yang soleh. Defina mendengar langkah kaki yang mendekat ke arahnya. "Defina, kamu di panggil ustadjah" Aisyah datang memanggilnya. Defina menoleh kemudian mengangguk tipis menutup buku yang sedang di bacanya kemudian bangkit, lalu memasukan buku tersebut kedalam tas miliknya. "Ada apa syah?" Tanya Defina penasaran, pasalnya ustadjah jarang memanggil dirinya. Kecuali jika ada kendala atau masalah yang harus ia selesaikan. "Aku gak tau fin, yaudahk kamu cepet ke sana. Takut ustadjahnya nunggu lama." ucap Aisyah yang di balas senyuman oleh Defina sebagai isyarat kata iyah. Defina keluar dari perpustakaan dan berjalan menyusuri koridor kampusnya, dia berjalan dengan cepat. Sampainya di depan ruangan ustadjah Salma. Defina mengetuk pintu tiga kali, kemudian menunggu sahutan dari dalam ruangan. "Masuk" terdengar jawaban dari dalam. "Asalamualaikum wr wb?" "Walaikumsalam wr wb. Duduk De!" Defina tersenyum sambil mengangguk dan duduk di depan meja ustadjah Salma. "Kalau boleh tau ada apa yah ustadjah memanggil saya ke sini?" tanya Defina mengawali percakapan. Dalam hatinya Defina merasa cemas, takut jika ia membuat kesalahan yang tidak disadarinya. Ustadjah Salma menggambil sebuah amplop dari laci mejanya. Kemudian menyodorkan amplop itu pada Defina. Hati Defina merasa cemas, takut jika isi surat amplop itu adalah hal yang tidak di inginkannya. "Ini ada kiriman dari ibu kamu" ucapan ustadjah berhasil membuat hati Defina benafas lega. Tapi ada rasa mengganjal dalam hatinya ketika hanya kiriman saja yang datang, bukan ibunya yang datang untuk melihat keadaanya. "Dari ibu saya ustadjah?" tanya Defina meyakinkan sambil menerima amplop itu. "Iyahh ibu kamu bilang sama ustadjah, katanya tahun ini dia gak bisa nengok kamu. Jadi ibu kamu cuman kasih uang bulanan buat kamu aja. Sama lunasin biaya bulanan kamu." ucapan ustadjah seakan membuat Defina kembali jatuh, memangnya jarak dari Jakarta ke Ciamis itu jauh? sejauh jarak dari Jakarta ke Amerika? Atau sejauh manusia yang kafir dengan Tuhannya? Sampai sampai ibunya tidak bisa datang untuk menengok dirinya. Namun Defina mencoba menepis pikiran buruknya, ia tidak boleh suudzan pada ibunya sendiri bisa saja ibunya sibuk atau ada urusan yang lebih penting dari dirinya. "Iyah ustadjah terimakasih, kalau gitu saja pamit dulu. Asalamualaikum wr wb" ucap Defina sambil berdiri dan bersiap meninggalkan ruangan Ustadjah Salma. "Iyah, Wa'alaikumsalam wr wb" balas ustadjah Salma. Sepulang dari ruangan ustadjah Salma, Defina kembali menuju ke perpustakaan untuk melanjutkan aktivitas membacanya. Karena kebetulan hari ini jadwal kuliahnya hanya dua jam, dan itu sudah usai sejak jam sepuluh tadi. Sampai ke meja di mana tadi dia duduk, Defina langsung mendapat sambutan pertanyaan dari Aisyah "kamu gak di marahinkan sama ustadjah?" Aisyah menatap Defina dengan serius. "Hm, enggak tadi ustadjah cuman kasih kiriman dari ibu" balas Defina sambil tersenyum pada Aisyah. "Ohk kirain kamu di marahin ustadjah" Aisyah hanya ber oh ria saja. Aisyah adalah sahabat Defina yang pengertian, dia tidak berani mengusik lebih dalam masalah pribadinya. Aisyah selalu sabar ketika menghadapi sikap Defina yang gampang berubah ketika moodnya sedang tidak baik. Namun dalam kontek sosial semua itu ia hilangkan bagaimana mungkin wajah seorang muslim harus cemberut dan menampakkan kesedihan pada orang lain padahal hal itu dilarang oleh agama. Agama islam menganjurkan umatnya untuk selalu menampakkan wajah yang berseri. Aisyah biasanya akan sabar menunggu Defina untuk bicara teebih dahulu mengenai masalahnya. Saat diri Defina merasa butuh dukungan dan semangat saat itulah Aisyah selalu ada untuknya. Mengantikan sandaran seorang ibu untuknya. Namun Defina pun tidak akan lupa bahwa pengaduan yang sesungguhnya adalah bersujud kepada sang pengatur jagat raya. Aisyah menjadi salah satu energi yang memacu dirinya untuk terus semangat menjalani hari dan bersiap untuk menerima setiap skenario yang akan Allah berikan padanya. Karena sahabat adalah orang yang menyempurnakan kekuranganmu, metupi aibmu dan sahabat yang mengingatkan pada kebaikan akan menuntun pada jannah-Nya kelak.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Nur Cahaya Cinta

read
359.5K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Pengantin Pengganti

read
1.4M
bc

Hubungan Terlarang

read
501.9K
bc

The Ensnared by Love

read
104.1K
bc

Marriage Not Dating

read
550.2K
bc

T E A R S

read
312.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook