Musibah yang datang menghampiriku

952 Words
Saat Sinta melihat di atas kursi panjang di ruang tamunya. Sinta melihat sosok neneknya sedang berbaring dan tidak bergerak sama sekali. Sinta langsung berlari serta datang untuk menghampiri neneknya itu. "Nenek! Nenek baik-baik saja kan?" Tanya Sinta sambil berjongkok serta menatap wajah neneknya yang sedang berbaring sambil memejamkan matanya. Sinta pun mengulurkan tangannya, lalu mengusap lembut pipi neneknya itu. "Nek! Bangun! Ini aku nek! Aku Sinta nek! Aku sudah kembali nek!" Panggil Sinta sambil menepuk pelan pipi neneknya. Namun, neneknya itu tetap diam serta tidak bergerak sama sekali. Bahkan matanya pun tidak terbuka sedikit pun. Sinta semakin panik, tapi dia masih tidak percaya jika neneknya itu sedang pingsan. "Nek! Bangun nek! Tolong, jangan bercanda lagi! Ini tidak lucu sama sekali nek!" Ucap Sinta yang terus menepuk pipi neneknya. Sekali lagi, neneknya tidak bergerak sama sekali. Karena Sinta merasa sangat penasaran, karena neneknya masih belum bergerak juga. Sinta pun menaruh telapak tangannya ke dahi neneknya. Saat Sinta menaruh telapak tangannya, Sinta mendapati jika dahi neneknya terasa dingin dan setelah itu, Sinta menyentuh telapak tangan neneknya juga. Namun, semuanya terasa dingin sehingga Sinta langsung mengambil kesimpulan jika neneknya sedang dalam keadaan tidak baik. "Nek! Apa yang terjadi dengan nenek! Kenapa … kenapa nenek terasa dingin sekali!" Teriak Sinta dengan paniknya. Sinta langsung bangun dari posisi duduknya di lantai saat itu juga. Setelah itu, Sinta langsung berlari keluar rumahnya untuk meminta tolong kepada tetangganya. "Tolong! Tolong aku!" Teriak Sinta dengan kerasnya. Mendengar suara Sinta yang terdengar panik. Beberapa tetangga yang pun datang menghampiri dirinya. "Ada apa Sinta? Kamu kenapa terlihat panik seperti itu?" Tanya salah seorang wanita berumur empat puluh tahun kepada Sinta. Sinta dengan wajah yang sudah basah oleh air mata pun langsung terisak saat itu juga. "Nenek! Bu tolong nenek aku! Nenek … nenek tidak bergerak sama sekali!" Jawab Sinta sambil menarik wanita paruh baya itu untuk ikut dengannya. "Bu, tolong aku! Aku mohon!" Ucap Sinta sambil menunjuk ke arah neneknya yang masih terbaring di atas kursi panjang dengan nafas yang sangat lemah itu. Wanita paruh baya itu pun membantu Sinta untuk memeriksanya dan dia menemukan jika neneknya Sinta itu memang sedang dalam keadaan tidak baik. "Ini … ini harus segera dibawa ke rumah sakit!" Teriak wanita paruh baya itu dan orang-orang yang mulai datang untuk melihat keadaan neneknya Sinta pun langsung panik dan secepatnya, mereka pun membantu untuk mengangkat tubuh neneknya Sinta ke dalam mobil yang mereka pinjam dari salah satu tetangga yang letaknya tidak jauh dari rumahnya Sinta. Karena rumahnya Sinta berada di gang kecil, jadi membutuhkan waktu cukup panjang untuk sampai ke tempat mobil itu berada. Sinta yang seluruh tubuhnya gemetar dan air mata yang terus mengalir dari sudut matanya, merasa sangat ketakutan, jika neneknya pergi meninggalkan dirinya. Maka, nantinya dia akan tinggal dengan siapa lagi. Karena Sinta hanya memiliki satu keluarga di dunia ini yaitu neneknya saja. "Nek, aku mohon! Jangan tinggalkan aku nek! Nenek harus sembuh!" ucap Sinta saat dirinya melihat tubuh neneknya masuk ke dalam mobil. Setelah neneknya sudah dibawa masuk ke dalam mobil. Sinta pun ikut masuk ke dalamnya dan mobil pun melaju dengan cepat menuju klinik yang letaknya tidak jauh dengan tempat tinggalnya saat ini. Sepanjang jalan, Sinta terus memegang telapak tangan neneknya yang sudah terasa dingin itu. Sinta menggosok-gosok telapak tangannya neneknya itu. Agar neneknya merasa hangat dan berharap, jika neneknya bisa secepatnya bangun. Tidak lama kemudian, mobil itu pun sampai di depan pintu masuk klinik serta berhenti tepat di depan pintu itu. Setelah berhenti, beberapa orang pun membantu untuk mengangkat tubuh neneknya Sinta untuk masuk ke dalam dan mendapatkan pemeriksaan secepatnya dari dokter yang ada di klinik itu. Sinta mengikuti neneknya sampai di pintu tempat pemeriksaan dan Sinta tidak diperbolehkan untuk masuk terlebih dahulu, jadi Sinta hanya bisa menunggu diluar serta mengurus pendaftaran untuk neneknya. Sementara itu, orang-orang yang tadi membantu Sinta untuk mengantarkan neneknya pun meminta izin untuk pamit pulang terlebih dahulu. Sinta menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju, jika mereka boleh pergi terlebih dahulu. Akhirnya, mereka pun pergi dan kini tersisa hanya Sinta yang duduk di depan pintu kamar, tempat neneknya mendapatkan pemeriksaan saat ini. Dengan perasaan yang campur aduk, Sinta hanya bisa berdoa kepada Tuhan, agar keadaan serta kondisi neneknya akan baik-baik saja. Tidak lama kemudian. Dokter yang memeriksa Neneknya pun keluar. Sinta tersentak dan segera bertanya pada Dokter itu. "Dokter, bagaimana dengan keadaan nenek saya? apakah nenek saya baik-baik saja?" ucap Sinta dengan ekspresi penuh kekhawatiran. Dia merasa takut jika neneknya memiliki penyakit yang lumayan serius. Dokter itu menghela nafas panjang dan menjawab, "Nenek kamu harus dibawa ke rumah sakit besar, karena nenek kamu mengalami gagal ginjal akut dan harus mencari donor nya dan secepatnya harus mendapatkannya. Tidak boleh ditunda lagi." Mendengar itu, Sinta merasa seluruh tubuhnya lemas semua. Dia tidak memiliki uang untuk membawa neneknya ke Rumah sakit besar apalagi harus mencari donor ginjal dengan harganya yang pastinya sangatlah mahal. Air mata pun mengalir sangat deras, dia bingung harus berbuat apa sekarang. Saat Sinta yang sedang bingung untuk mendapatkan uang sebesar itu. Dari televisi muncul tayangan tentang kepulangan pewaris tunggal keluarga Alexander siapa lagi kalau bukan Jeffery Alexander. Mendengar nama itu, hati Sinta terasa jauh lebih baik, dia menoleh dan melihat wajah tampan Jeffery yang dia rindukan selama ini. Pria yang paling dia cintai dan dia tunggu selama tiga tahun ini. "Jeff! Kamu akhirnya kembali!" Gumam Sinta dengan suara pelan, dia terus menatap wajah tampan kekasihnya yang walaupun dia hanya bisa memandang dari televisi, tapi Sinta sudah merasa sangat bahagia. Namun, kegembiraan Sinta lenyap sudah. Ketika Sinta harus mendengar berita selanjutnya. Berita yang membuat seluruh tubuhnya gemetar dan kakinya terasa lemas sampai membuat Sinta yang awalnya sedang dalam posisi berdiri pun harus menjatuhkan tubuhnya lagi diatas tempat duduk itu. -bersambung- dhini_218 only on: Dreame n Innovel
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD