Hampir putus asa

1137 Words
Setelah memindahkan neneknya ke rumah sakit yang lebih besar. Kini, Sinta berdiri di luar untuk menunggu dokter selesai memeriksakan neneknya. Sambil menunggu, Sinta membuka tas kecil yang dia bawa lalu mengambil dompet miliknya. Ketika Sinta membuka dompetnya, dia melihat hanya tinggal sisa uang beberapa ratus ribu saja dan Sinta hanya bisa menghela napas panjang sambil menjatuhkan tubuhnya, untuk duduk diatas tempat duduk yang berada tepat di depan pintu ruang rawat neneknya itu. "Ya Tuhan! Uang yang aku miliki hanya tinggal segini? Bagaimana ini? Kalau nenek membutuhkan uang lebih banyak nanti. Aku … Aku harus mendapatkannya dari mana?" Ucap Sinta yang sambil memijat dahinya. Sinta merasa bingung, jika nanti dia membutuhkan biaya yang sangat besar untuk kesembuhan neneknya itu, dia harus mendapatkan uang dari mana lagi. Secara dia hanya memiliki gaji sekitar empat juta satu bulan dan itu hanya cukup untuk biaya sehari-hari dan dia hanya bisa menabung seratus atau dua ratus ribu saja. Sehingga, Sinta pun membuka ponselnya dan memeriksa uang yang ada di rekening tabungannya melalui aplikasi M-banking. Saat Sinta membuka layar ponselnya, dia masih memasang wallpaper dengan foto dirinya bersama Jeffery dan ketika dia melihat foto itu, hati Sinta terasa sangat sakit ketika mengingat tayangan televisi itu. "Mulai hari ini, kita tidak memiliki hubungan apapun lagi. Karena kamu yang sudah meninggalkan aku lebih dahulu, jadi aku akan berusaha untuk merelakan kamu bersama dia. Ya! Aku akan mencoba untuk mengikhlaskan semuanya dan memulai hidupku yang baru bersama nenek," gumam Sinta dan dia mengganti wallpaper itu dengan gambar yang lain serta menghapus semua kenangan tentang dirinya bersama Jeffery selama tiga tahun ini. Sinta berusaha untuk melupakan pria yang selama ini dia cintai dan mencoba untuk bangkit dari keterpurukannya demi neneknya yang satu-satunya orang yang dia miliki serta sayangi di dunia ini. Klik …. Semua foto serta semua kenangan tentang Jeffery pun Sinta hapus dengan tangan gemetar dan air mata yang kembali jatuh dari sudut matanya. Hatinya merasa tidak rela untuk melakukan itu semua. Tapi demi kebaikan dirinya, Sinta harus melakukannya. "Mulai hari ini, kamu sudah kuhapus dari dalam hatiku Jeff. Hubungan kita saat ini hanyalah orang asing dan anggap saja kalau … kalau kita tidak mengenal satu sama lainnya lagi," ucap Sinta sambil menghapus air matanya yang sudah membasahi pipinya. Setelah itu, Sinta membuka apl M-banking serta melihat saldo rekening tabungan yang dia miliki. Di sana tertulis, dia hanya memiliki uang sejumlah lima juta dan Sinta berharap jika uang itu akan cukup untuk biaya perawatan neneknya. "Hanya ada segini? Mudah-mudahan saja, uang ini cukup untuk biaya perawatan nenek, agar aku tidak perlu mencari pinjaman dari orang lain," ucap Sinta yang terus berharap agar uang itu cukup. Namun, semuanya tidak sesuai dengan yang dia harapkan karena berita selanjutnya. Sinta pun langsung merasa jauh lebih terkejut lagi. Saat Sinta sedang mondar mandir di depan ruangan tempat neneknya sedang melakukan berbagai macam pemeriksaan itu. Tiidak lama kemudian, dokter yang memeriksa neneknya pun keluar. Sinta langsung datang menghampiri dokter itu dan bertanya kepadanya. "Dok, bagaimana keadaan nenek aku dok?" Tanya Sinta dengan ekspresi wajahnya yang sudah penuh dengan air mata. Dokter itu menatap Sinta dengan tatapan sedih lalu dia merasa sangat tidak tega untuk mengatakannya. Tapi, dia harus mengatakannya. Karena, keadaan neneknya itu sangatlah darurat. Dengan berat hati, Dokter itu pun akhirnya mengatakan yang sesungguhnya. "Keadaan nenek kamu benar-benar sangat buruk. Nenek kamu harus segera melakukan operasi, tapi biaya nya cukup mahal," ucap dokter itu dengan suara lirih. Sinta langsung menundukkan kepalanya saat mendengar ucapan dokter itu. Karena saat ini, Sinta tidak memiliki uang sama sekali. Hanya ada sisa uang kecil yang pastinya tidak akan cukup untuk biaya pengobatan neneknya itu. "Dok! Be ... Berapa biayanya?" Tanya Sinta dengan suara gagap. Dokter itu pun menghela napas panjang karena dia juga tidak tahu sama sekali. "Mbak bisa tanyakan ke bagian administrasi. Mereka yang akan memberitahu mbak semua rinciannya," ucap dokter itu. Setelah berbicara, dokter itu pun segera pergi dari hadapan Sinta. "Kalau begitu, saya permisi dulu. Selamat malam!" Ucap dokter itu sambil berjalan pergi meninggalkan Sinta yang masih berdiri kaku didepan pintu ruangan tempat neneknya di rawat saat ini. "Terima kasih dokter," ucap Sinta kepada dokter itu. Setelah dokter itu pergi. Sinta pun segera pergi ke meja kasir dan menanyakan semua rincian tentang semua biaya yang harus dia keluarkan demi kesembuhan neneknya itu. Saat Sinta mendapatkan sebuah kertas yang semuanya berisi tentang biaya perawatan neneknya itu. Sinta langsung merasa sangat terkejut karena di sana, terdapat banyak deretan angka yang memiliki nominal nol lebih dari tujuh hingga delapan angka dibelakang angka pertamanya. Melihat itu semua, Sinta merasakan seluruh tubuhnya gemetar dan kakinya juga terasa lemas. Karena dia tidak memiliki uang sebanyak itu. "Ini ... Ini banyak sekali!" Ucap Sinta yang masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Bahkan Sinta terus membolak-balik kertas itu, karena dia berharap jika dia salah melihatnya. Tapi ternyata, yang dia lihat itu benar adanya. Sehingga Sinta semakin putus asa karena dia tidak memiliki uang sebanyak itu. "Ya Tuhan! Harus darimana lagi, aku mendapatkan uang sebanyak ini!" Ucap Sinta sambil memijat dahinya. Dia merasa sangat bingung dan tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Dia tidak bisa melakukan apapun lagi, selain mencari uang dengan cara meminjam. Tapi, dia tidak mungkin meminjam uang kepada Jeffery karena dia sudah tidak memiliki hubungan apapun. Sehingga, Sinta hanya bisa mencoba untuk menghubungi beberapa temannya yang dekat dengannya dan yang selama ini, sering dia tolong ketika mereka sedang dalam keadaan susah. Mengingat itu semua. Sinta pun mengambil ponselnya dari dalam tas nya dan mulai mengirim banyak pesan kepada teman-teman itu. Namun, tidak ada satupun yang mau memberinya pinjaman uang dengan alasan mereka juga tidak memiliki uang. Bahkan, teman dekatnya yang bernama Aisyah pun, ikut tidak bisa menolongnya karena dia juga memiliki ibu yang sedang sakit-sakitan. Mendengar itu, Sinta pun tidak bisa mempunyai harapan apapun lagi. Dia langsung terduduk lemas di kursi tepat di depan pintu kamar rawat neneknya itu. "Bagaimana ini! Bagaimana aku bisa mendapatkan uang sebesar ini dalam waktu sesingkat ini?!" Ucap Sinta sambil menitikkan air matanya bersamaan dengan rasa putus asa yang kini menyelimuti hatinya. Namun, ketika Sinta tenggelam dalam semua kebuntuan yang membuatnya tidak bisa melakukan apapun lagi. Tiba-tiba, ponselnya pun berbunyi. Membuat Sinta merasa sangat terkejut dan dia, langsung melihat ke layar ponselnya dengan ID si pemanggil bernama 'Maya'. Sinta merasa sangat terkejut dengan nama itu. Karena Sinta tidak terlalu mengenal dia tapi yang Sinta ketahui, jika Maya selalu terlihat seperti orang kaya. Dia selalu memakai tas yang mahal serta banyak perhiasan yang dia pakai selama ini juga terlihat sangat mewah. Mengingat itu semua, Sinta pun langsung tersenyum cerah karena harapan dia yang sempat hilang pun, kini tumbuh kembali. "Maya? Apakah dia mau meminjamkan uang padaku?" Ucap Sinta dengan nada gembira dan secepatnya, dia menghapus sisa air matanya yang membasahi pipinya sambil menekan tombol 'ok' lalu menjawabnya. -bersambung- Dhini_218 Only on : Dreame n innovel.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD