bc

Kekasih Kecilku Canduku

book_age18+
761
FOLLOW
6.4K
READ
love-triangle
dominant
CEO
sweet
bxg
city
coming of age
actress
wild
substitute
like
intro-logo
Blurb

Bertahun-tahun terlewat begitu saja tanpa bisa dicegah atau diulangi, kehidupan pun mulai berubah seiring berjalannya waktu. Usia Devano sekarang sudah menginjak 25 tahun lebih sedikit, sudah dikatakan bapak-bapak jomlo mengkhawatirkan.

Ya, terkadang orang meledeknya begitu. Sebab hanya 3dia seorang yang masih betah menyendiri.

Sewaktu menghadiri pesta pernikahan teman, dia pasti duduk di pojokkan di temani kembang tujuh rupa. Untung saja tidak ada kuntilanak menyasar yang menemani di sana.

Apa ada yang tahu? Sebuah kalimat pernah muncul di media sosial, bahwa katanya takdir hanya berperan 30 persen dalam hidup, sisanya adalah usaha.

Mungkin benar adanya. Usaha Devano ingin menjadikan Hana halal baginya sekarang sudah ada di depan mata. Setelah batu terjal terlewati, hutan, gunung, sawah, lautan diseberangi. Walau itu hanya perumpamaan. Setidaknya, dia bisa menunjukkan pada semua, kalau dia bisa! Begitu pun Hana yang mampu menjadikan hari-hari kelamnya menjadi penuh warna.

chap-preview
Free preview
Disengaja atau Tidak Disengaja?
Di tengah hiruk pikuk keramaian Kota London di malam hari, seorang gadis berusia 18 tahun duduk di depan seorang bartender yang tengah menyediakan minuman untuknya. Gadis berambut lurus kecokelatan dengan tinggi badan sedikit mungil itu merasa bosan, padahal di belakang banyak orang menikmati malam mereka bersama minuman dan topik asyik untuk dibicarakan. Pasalnya, dia teringat pesan sang ibu untuk tidak pulang terlalu larut. Namun, ini sudah lewat tengah malam, dan dia masih terjebak di sebuah Bar hotel bersama kakak sepupu laki-lakinya yang tengah merayakan pesta kecil-kecilan. “Baby!” Gadis bernama Hana Pricylia Fathiaturrahma itu menoleh ketika panggilan khususnya disebut oleh seseorang, itu adalah Aslan Leonard Wiranaldhy. Kakak sepupu yang mengajaknya ke tempat ini. Pemuda berusia 23 tahun itu melangkah menghampiri Hana dan duduk di sebelahnya. “Kamu lagi ngapain diem di sini, hmh? Gabung sama yang lain, biar ada temen ngobrol.” Aslan menyambung perkataannya barusan. “Enggak, aku mau pulang, Kak. Mama pasti marah kalau begini caranya, aku udah janji enggak akan pulang lewat jam 10. Tapi sekarang udah jam berapa?” Hana menjawab dengan wajah ketus, membuat pemuda di sampingnya terkekeh kecil. “Tante Enzy enggak akan marah, By. Dia tau kamu perginya sama aku, aku juga udah bilang kamu enggak akan pulang malem ini buat nemenin ngerayain film terbaruku bulan depan. Tante enggak akan marah, apalagi nyari,” jawab Aslan. “Ikh, Kakak kenapa enggak bilang aku dulu?! Aku udah cemas tau dari tadi mau nelpon mama, tapi takut diomelin!” kata Hana marah seraya menepuk bahu kakak sepupunya itu. “Iya, sorry. Habisnya suka liat wajah kamu yang lagi ngambek gini. Makin mirip kayak bayi beruang,” jawab Aslan terkekeh kecil lagi. “Ayo, ikut ke sana. Aku temenin kalau masih asing sama mereka,” ajaknya lagi. “Tapi teh punyaku belom diminum—“ “Nanti aja minumnya di sana.” Hana mengikuti langkah Aslan yang mendadak menarik tangannya, mengajaknya ke tempat sekumpulan orang asing bagi Hana. Aslan adalah pemuda yang tengah naik daun di industri perfilman dan musik tanah air Indonesia. Jejak kariernya di dunia musik sudah tidak diragukan, dan sekarang mencoba merambah ke perfilman yang sudah pasti laku keras di pasaran. Trailer filmnya saja sudah disaksikan berjuta-juta pasang mata, para fans yang kebanyakan kaum hawa tidak sabar menanti film yang dibintangi Aslan muncul di bioskop tanah air. Memiliki darah keturunan Amerika dan Bogor, membuat perpaduan yang sempurna bagi Aslan. Tubuhnya tinggi dengan kulit putih bersih, disempurnai ketampanan yang memikat banyak orang. Sementara Hana? Hana sendiri baru saja lulus SMA, dia juga sudah mendaftar dan masuk di salah satu universitas Jakarta. Baru-baru ini dia kembali ke London karena ada beberapa barang yang tertinggal di rumah lamanya, sekaligus memenuhi undangan Aslan. Dan rencananya, setelah kembali ke Indonesia nanti dia akan mengikuti salah satu ajang pencarian bakat di salah satu stasiun televisi. Dia merasa kemampuan bermusiknya tidak kalah bagus dari Aslan, hampir setiap hari dia berlatih untuk mencapai cita-citanya menjadi artis. Terlebih lagi, dia ingin memenuhi janjinya kepada seseorang untuk cita-citanya ini. Seseorang dari masa kecil Hana yang telah berjanji akan berteriak paling depan untuk menjadi penggemar setianya. “Makanlah,” kata Aslan sambil menyodorkan makanan di atas piring kecil untuk Hana. “Aku mau ke toilet dulu sebentar, kamu tunggu di sini nggak papa, ‘kan?” Hana menerima makanannya. “Katanya tadi mau temenin aku, tapi malah ditinggal. Kakak gimana, sih? Aku enggak kenal mereka siapa.” “Mereka orang baik, By. Jangan malu, oke? Nanti aku balik lagi cepet-cepet deh, janji.” “Awas loh, kalau lama.” Hana sedikit mengancam, pemuda itu hanya tersenyum kecil dan beranjak dari kursinya meninggalkan Hana bersama mereka. Hana pun memilih diam dan hanya memakan kue pemberian Aslan, dia bingung harus mengobrol apa kepada mereka yang ada di sekitarnya. Kebanyakan dari mereka adalah laki-laki, ada beberapa perempuan juga. Namun, tidak ada yang mengajaknya bicara. “Uhukkk!” Hana terbatuk-batuk setelah meminum minuman berwarna cokelat gelap dalam gelas kecil atas meja, tenggorokannya langsung gatal dan perih karena rasa minuman itu terlalu menyengat baginya. “Minuman apa ini?” tanya Hana sekaligus memperhatikan isi gelas kecilnya, dia pikir ini adalah cola. “Itu adalah minuman kedewasaan, kau tahu?” sahut seorang pemuda di dekatnya. “Minuman kedewasaan?” “Iya, jika kamu meminumnya. Itu berarti kamu sudah dewasa, apa kamu masih anak-anak?” “Aku bukan anak-anak!” sahut Hana, dia merasa diremehkan. Apa karena tubuhnya yang sedikit mungil ini? Tapi dia tidak pendek, kenapa orang ini berkata begitu? “Kalau begitu minumlah ... gadis dewasa.” Hana menggeram kesal, dia pun meminum habis isi gelas itu. Bahkan berkali-kali meminta diisi dengan yang baru. *** Hana berjalan sempoyongan ke arah kamar hotel yang ditunjukkan Aslan di telepon. Perutnya mual hebat, dan kepalanya pening. Dia ingin sekali cepat sampai dan merebahkan diri di kasur empuk malam ini. Dia sudah mengabari Aslan, dan memutuskan pergi lebih dulu daripada menunggunya di Bar itu. Sesampainya di dalam sebuah lift, Hana hampir saja terjatuh jika tidak dipegangi oleh seseorang. “Maaf, nggak sengaja.” Hana menengadah, ingin melihat wajah yang menopang tubuhnya sekarang, ah, percuma saja. Wajah itu tidak jelas dan malah jadi beberapa bayangan. Dia pun menyingkirkan diri dan berdiri di belakang orang tersebut. Hana tahu orang itu laki-laki, jelas sekali dari proporsi tubuhnya yang jangkung dengan setelan jeans dan jaket. “Ya, ampun. Kecil-kecil udah belajar mabok. Anaknya siapa, si?” “Anaknya mama, kenapa sih pada manggil aku anak kecil? Aku ini udah 18 ples sedikit. Udah besar, udah kenal cowok, udah cinta sama cowok, dan paling penting, aku udah menstruasi dan bisa hamil!” Hana lihat laki-laki di hadapannya terbatuk-batuk kecil menahan tawa mendengar ocehannya. Namun, dia tidak tampak peduli, dan Hana benci itu karena selalu saja dianggap seperti anak kecil. “Dasar cowok. Mentang-mentang pada tinggi bisa seenaknya ngatain cewek.” Laki-laki itu menggelengkan kepala pelan. Hana merengut lagi, suasana hatinya mendadak buruk sekarang. Apalagi perutnya yang melilit karena mual ingin muntah, dia ingin sekali menahannya, tapi gagal. “Oeeek!” Hana muntah, sialnya tepat mengenai bagian belakang jaket laki-laki itu. “Eh, jaket gue!” Laki-laki itu mengumpat, entah bicara apa. “Kamu itu kira-kira dong, kalau mau muntah! Emangnya dipikir jaket ini toilet umum apa?!” “Loh, salah sendiri kenapa ada di depan aku, hayo?” kata Hana saat laki-laki jangkung itu mengomel. Pintu lift pun terbuka, Hana mencoba melangkah mengikuti laki-laki itu keluar. Namun, lagi-lagi dia tidak bisa berjalan lurus dan terjerembap di depan lift. Kekesalannya semakin menjadi-jadi, begitu pun mual dan pening yang dirasakannya. “Kakaaaak ... hiks! Kak Aslan tolongin aku!” Hana menangis di lantai. “Tadi katanya bukan anak kecil. Tapi ngerengek-rengek di lantai sambil nangis keras.” Laki-laki tadi masih berada di depan Hana. “Mau ke mana? Aku anterin sampe depan kamar.” Tangis Hana mulai mereda, dia mengulurkan kedua lengan menyetujui tawaran si lelaki. “Gendong ....” “Hah?” “Mau gendong! Susah ini jalannya, kepalaku pusing, perutku juga mual banget. Gendong sampe depan kamar,” rengek Hana yang bertahan di lantai. “Ya, ampun ini bocah ngerepotin banget, si!” Walau menggerutu, laki-laki itu tetap menggendong Hana di punggungnya. Mengantarkan Hana sampai ke depan pintu kamar hotel yang sudah dipesan Aslan. “Udah sampe. Masuk sana, jangan tepar di sini,” kata lelaki itu pada Hana. “Iya, iya, bawel ikh. Udah pergi sana.” Hana mengusir, lelaki itu mengumpat lagi di belakangnya. Dia pun berniat membuka pintu kamar, tapi sulit karena pandangannya sekarang sudah benar-benar kabur. “Biar aku aja,” kata seorang lelaki di sebelah Hana. Hana berpikir laki-laki tadi masih bertahan di sana, tapi sepertinya bukan orang yang sama. Dia membantu membuka pintu kamarnya dan menuntun ke dalam. Tubuh mungil Hana sudah terbaring di tempat tidur, pengaruh alkohol pun sudah menguasai setengah kesadarannya dan membuat dia ingin cepat tidur. Beberapa menit kemudian setelah dia mencoba tidur, Hana merasakan ada sebuah pergerakan kecil di bibirnya oleh seseorang. Hana sempat berpikir ini pasti hanya mimpi, tapi lama-kelamaan bibirnya terasa perih dan kesemutan. “Engh ... siapa, sih? Jangan macem-macem sama aku. Nanti aku aduin mama, loh!” Suara Hana menguar pelan disertai tenaga kecil menyingkirkan tubuh lelaki tidak dikenal yang berada di atasnya. “kamu emang benar-benar polos.” Kesadaran Hana semakin menipis, tapi dia sempat merasakan suhu dingin dan sentuhan tangan besar menyentuh setiap inci kulit putih bersihnya yang sudah tidak tertutup sehelai kain pun.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

My Secret Little Wife

read
98.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.3K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook