Bab 2 : Bintang nyasar

1684 Words
*Membaca Al-Qur'an lebih utama* Udara pagi membuat Bintang menarik selimutnya sampai sebatas dagu, tanpa memperdulikan suara alarm dan gedoran pintu kamar nya. "Bintang, sekolah woy," suara ibunya yang menggelegar bahkan tidak bisa membangunkan putri tidur. "kalau lu gak bangun jug, siap-siap aja itu sepeda gua jual." Gubrak ! Bintang mengaduh sakit, mendengar kendaraan kesayangannya akan dijual, maka secara otomatis seakan ada alarm bahaya, matanya langsung terbuka lebar, ia bahkan tanpa sadar langsung berbalik hingga terjungkal dan jatuh ke lantai dengan posisi yang tidak elite. "Bintang!! Bangun gak lu?" "Iya, Bu. Bintang udah bangun, jangan jual si Rossi." Korodul yang mendengar sang adik ingin mandi, langsung berlari masuk ke kamar mandi dengan mengunci pintu yang terbuat dari aluminium itu dari dalam. Pintu yang kemarin baru saja diganti babe agar tidak bisa di dobrak oleh bocah gila, Bintang. Dengan langkah yang masih sempoyongan, bintang menuju kamar mandi yang pintunya sudah terkunci rapat, ia menghela nafas lelah, sungguh, pagi ini ia sama sekali tidak ingin melakukan keributan. "Bang Adul, masih lama gak?" tanyanya dengan pelan, "Apa? Ngomong yang bener." Kan, abangnya ini sangat senang memancing amarahnya. Dengan menghembuskan nafas pelan, Bintang kembali mencoba bersabar. "Bang Adul, masih lama gak?" "Oh, masih. Gua belum putih jadi yah gak bakal bisa keluar." Astagfirullah, mengapa harus diberi tuhan ia saudara yang sialnya sekandung seperti Korodul ini? Kerjanya hanya mengganggu mood Bintang di pagi hari. "Abang, buruan, gua entar telat." "Bukannya udah biasa telat?" jawaban dari dalam sana, lantas membuat kesabaran Bintang habis sudah, dengan segala kekesalannya, ia menendang pintu yang terbuat dari aluminium itu dengan seluruh tenaganya. Brakk!! Tidak, pintu itu tidak jebol, hanya saja sedikit lagi akan terlepas dari engselnya. Korodul yang melihat itu hanya bisa melongo dengan mulut yang lebih dengan busa odol gigi, ia bahkan sudah menelan ludah yang bercampur dengan busa itu secara pelan. "Bi-Bintang, lu itu manusia bukan sih?" "Diem! Sekarang lu keluar terus jaga pintu." Korodul yang melihat kilatan marah di mata sang adik langsung mengangguk, dengan membawa sikat gigi keluar dari kamar mandi, ia bahkan dengan cepat menutup pintu yang sudah rusak itu dengan kedua tangan yang gemetar, adiknya itu sekali nya ngamuk, maka besi sekalipun langsung patah dibuat. Ia menatap ke dalam kamar mandi dengan pandangan ngeri dan tertegun, bagaimana jika nanti adiknya punya doi, apa yang akan di lakukan sang adik jika mereka bertengkar? Sungguh malang nasib adiknya nanti. "Adul, itu pintu kenapa bisa rusak lagi?" Suara itu mengagetkan Korodul yang tadi fokus menatap kamar mandi. Ia balik badan melihat babenya yang sudah memandang ngeri pintu yang tidak berbentuk. "Emm... Anu Be, itu em.. anu." Babe yang sudah mengerti pun hanya bisa menghela nafas, sepertinya ia salah baca doa dulu waktu mau mencetak Bintang, yang muncul malah model belatung yang gak bisa diam, dan setelah besar ia salah langkah dengan mengizinkan sang putri belajar ilmu karate, jadinya yah begini, betina setengah jangan. Dugh! Dugh! Dugh! "Buka, woy. Mau ngurung Bintang di kamar mandi yah?" Spontan, Korodul langsung melepaskan pintu tersebut, sehingga langsung menghantam kepala Bintang dengan kuat. "Awss... Gak ada akhlak emang lu yah, Bang. Ada dendam apa sebenarnya sama gue?" Korodul langsung menggeleng dengan mengangkat tangannya tanda tidak tau dan tidak bermaksud, wajahnya bahkan sudah pucat pasi, menyadari sang anak yang takut dengan adiknya sendiri malah membuat babe merasa sangat terhibur. "Sengaja pasti itu, Bin. Lu liat aja mukanya itu udah kayak orang mau buang air." Mendengar ucapan babenya yang sama sekali tidak membantu, Korodul langsung ngabrit masuk ke dalam kamar nya dengan berlari. Babe yang melihat itu tertawa keras, anaknya seperti tertukar jiwa. "Udah, Bin. Mending lu siap-siap ke sekolah." Tanpa mengucapkan apa pun, Bingang menuju kamarnya untuk bersiap, 10 menit kemudian, Bintang keluar dengan baju yang keluar dari roknya, rambut yang ia ikat menjadi satu, dan juga dasi yang ia ikat pada telapak tangannya. Babe yang melihat itu hanya mengelus dadanya, mimpi apa ia harus memiliki anak yang lari dari kodratnya seperti Bintang ini. Kurang adonan mungkin saat mencetak nya. "Be, Bintang langsung berangkat aja, " ucapnya pamit, menenteng tasnya sebelah pundak kiri, ia menghampiri ibunya yang tengah menjemur pakaian. "Bu, Bibin pergi, " teriaknya. "Iya!! Hati-hati, Bin. Kalau jalannya lurus belok aja, insyaallah nabrak." Bintang menggelang melihat tingkah ibunya yang ajaib, dikira ia buta apa tidak tau jalan lurus yang bagaimana, dengan penuh semangat ia mengayuh sepeda kesayangannya, bahkan ia bertingkah seperti seorang pembalap. Dengan meliukkan badannya ke kanan dan ke kiri. Para pengguna jalan yang melihat tingkah Bintang hanya menatapnya heran, mungkin sedang berfikir anak gila dari mana ini? Gerbang sekolah sudah tampak di depan mata, syukur hari ini ia tidak kesiangan, jadi masih bisa melanjutkan tidur di dalam kelas sebelum apel pagi di mulai. "Woy, Bin. Tumben gak telat." "Mau lu apa sih, Bambang? Gua telat salah, gua cepet juga salah, serba salah gue kayak jantan." Kawan Bintang yang tadi memanggil pun tidak heran dengan gadis yang setengah laki-laki ini bertingkah absurd, akan tetapi melihat Bintang yang biasa menjadi langganan kamar mandi dan juga perpustakaan kosong datang tepat waktu, sangat langka. "Yah, tumben aja lu dateng cepet, biasanya masih molor. " Bintang tertawa ngakak. "Hahahah... Tau aja elu, emang bener kawan sejati." "Halah, taik kuciang. " Bintang tambah ngakak, astaga temannya ini sangat jujur sekali, akh iya, ia melupakan sesuatu. "Jojo, para kacung kemana semua?" Orang yang dipanggil Jo itu memberengut tidak suka, nama aslinya itu Jonathan, tapi gadis gila di hadapannya memanggil dengan sebutan Jojo, seenak jidat mengganti nama orang. "Kacung lu yang mana?" Tanya Jonathan, sebab, di sekolah ini ada banyak orang yang rela menjadi kacung seorang Bintang Utara. Bukan karena bintang cantik, karena jujur, dibandingkan dengan mantannya, Bintang masih kalah jauh. Hanya saja, berteman dengan Bintang menurut mereka lebih baik, dari pada berteman dengan orang yang terlihat baik, namun hatinya busuk. "Semua kacung gua, kemana? Gua gak hapal siapa aja, " ucap bintang meringis. Jonathan hanya bisa tertawa pelan, tak lama setelah itu, Bintang langsung menuju kelasnya dan tertidur dengan pulas sampai tidak sadar akan kedatangan seorang guru yang sudah menatap Bintang dengan tatapan mematikan. Bintang yang duduk sendirian tanpa rekan semeja, sama sekali tidak ada yang membangunkannya. Brakk!! "Anjir! Siapa yang ganggu gue? hah! Ngaku gak!" Teriak Bintang marah. "Saya, kenapa? Mau marah?" Suara bas yang membuat telinga Bintang berdengung seketika, ia hanya menyengir polos dengan dua jari yang ia angkat sebagai tanda perdamaian. "Bintang Utara, baru saja kamu selesai di skorsing, sudah berulah lagi, saya sampai bingung mau ngasih hukuman apalagi kepada kamu, kamu ada ide gak hukuman buat dirimu sendiri ?" Lah, g****k! Sejak kapan yang dihukum bisa memilih hukumannya sendiri? Emang gurunya ini agak geser sedikit kewarasannya. " Pak, tidak salah ucap?" Tanya Bintang hati-hati. "Maksud kamu?" Bintang menggeleng, selain eror, gurunya ini mendadak b**o seketika. "Itu beneran saya milih sendiri hukumannya?" Keadaan kelas langsung diam, tidak ada satupun suara yang membuat Bintang menatap keseluruh kelas yang memandangnya dengan pandangan ngeri. "YA TIDAKLAH. ENAK SAJA KAMU, SANA PERGI BERSIHKAN PERPUSTAKAAN LAMA. SAYA MALES LIAT KAMU LAMA-LAMA." Lah, anjir. Kok malah ngegas, dia yang ngomong tadi, pengen nimpuk pake meja rasanya. Seluruh kelas tampak menertawakannya dengan heboh, bahkan ada yang sampai jatuh terjungkal kebelakang. Dasar tuyul Arab titisan Dajjal. Bintang segera keluar menuju perpustakaan lama yang sudah kosong, hanya tersisa berbagai buku lama yang mungkin saja sudah habis di makan tikus. Ceklek! Ruangan penuh debu langsung menyambut kedatangan Bintang, dengan menutup hidung, Bintang menyingkirkan beberapa kursi yang menghalangi jalannya, keadaan ruangan sudah rapi sebenarnya, karena beberapa anak yang terlambat akan dengan senang hati membersihkan perpustakaan ini, karena di dalam perpustakaan terdapat satu ruangan khusus membaca yang tersedia kasur untuk tidur. Bintang menuju rak buku terkahir, hanya ada sisa satu buku di sana, sampul yang telah usang, dan juga beberapa lembar terakhir dari buku tersebut sudah hilang. Bintang membaca judul tersebut. The Legend of Sky Kingdom "Kerjaan ya? Ada kingdom-kingdomnya, bener gak sih? Eh kok gua ngobrol sendiri." Bintang membawa buku itu, lalu berbaring di atas kasur yang telah tersedia dan hanyut dalam tulisan yang ia baca, beberapa kali ia menggeleng takjub ketika mendapati adegan yang menurutnya seru, bahkan sesekali ia akan terkekeh malu melihat adegan romantis di dalamnya, sampai ia di adegan yang sangat sedih, membuat matanya berkaca-kaca. Hingga tidak lama kemudian matanya tertutup secara sempurna, tanpa sadar ia telah terbawa oleh mimpi dan lupa dengan hukumannya yang sama sekali belum ia kerjakan. Semoga saja, gurunya tidak memeriksa perpustakaan ini, kalau sempat itu terjadi, hancurlah sudah Bintang. Ia akan terancam membersihkan kamar mandi laki-laki, yang baunya naudzubillah. Beberapa saat kemudian, matanya mengerjap pelan, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya, ngomong-ngomong, sejak kapan perpustakaan lama seterang ini, apalagi tempat yang ia tiduri di hiasi oleh kelambu bunga-bunga. Perasaan tidak ada tadi. Akh! Atau ia hanya berada di alam mimpi saja? "Permaisuri sudah bangun?" Suara itu jelas mengagetkan Bintang, sampai ia terlonjak kaget dan berdiri secara spontan, hal ini membuat kepala Bintang pusing seketika. "Maafkan Hamba, Permaisuri. Telah membaut permaisuri kaget." Kening Bintang semakin berkerut, sejak kapan namanya berganti menjadi permaisuri, wah macam-macam ini orang, ketahuan babe bisa kena landak 7 hari 7 malam. Lalu Bintang turun dari ranjang aneh itu, dengan menatap sekelilingnya heran, ia berada di mana? Menatap banyak sekali orang yang berpakaian seperti pelayan jaman dahulu? "Permaisuri, persiapan mandi telah selesai, " ucap seorang wanita yang berpakaian seperti pelayan dengan raut wajah yang takut-takut, bahkan tubuh wanita itu tampak gemetar ketakutan, emang ia semenyeramkan itu apa? "Permaisuri, apakah anda baik?" Tanya seorang wanita yang berpakaian berbeda dengan yang lain. "Oh, oke. Gak masalah, gue baik." "Gue? Apa itu gue Permaisuri? Jenis makanan baru?". Bintang melongo mendengar ucapan wanita yang menatapnya dengan heran juga, apa tadi? Gue itu apa? Lah ini maksudnya bagaimana? Ya kali, ada orang yang tidak tau bahasa gaul. "Gue? Gue itu yah aku, artinya itu aku, " ucap Bintang mencoba menjelaskan semuanya secara jelas. Namun pelayan itu malah menatap takut wajahnya, hingga ia menatap dalam mata pelayan itu. "Coba kamu jelaskan, sebenarnya ini di mana?" Pelayan itu meneguk ludahnya kasar. Beberapa orang yanh berada di ruangan itu bahkan menatap Bintang dengan Kandangan aneh. "Maksdunya Permaisuri itu apa? Su-sudah jelas em... Anda berada di kerajaan Sky. " "APA? KERAJAAN SKY?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD