Bab 3. Kecurigaan Bertambah

1359 Words
“Itu suara TV, Sayang. Ini aku kan lagi nonton film Korea.” Soni menunjuk ke layar TV berukuran 43 in yang ada di depannya. Novi yang sudah begitu dekat dengan Soni pun sejenak melihat layar TV hingga mulai berpikir bahwa apa yang dikatakan Soni memang benar. “Ya udah, Mas. Aku mau lihat Helena dulu di kamarnya.” Novi pun pergi dari ruang keluarga. Meninggalkan suaminya yang terlihat menghela napas lega. Namun, luput dari pandangan matanya. Setibanya di kamar Helena, perlahan Novi mulai membuka kamar gadis kecil itu. Kamar berukuran sedang itu terlihat begitu gelap. Hanya ada lampu tidur kecil yang menyala dari sudut kamar. Setelah menyalakan lampu kamar, Novi langsung mendekati putrinya yang tertidur di atas ranjang. "Ya Allah, kenapa badan Helena panas sekali?” Merasa begitu mencemaskan putrinya, Novi pun langsung menggendongnya dan melangkah cepat keluar kamar. "Mas! Mas Soni." Dengan setengah berlari, Novi terus memeluk Helena dalam gendongannya. "Sayang, ada apa, sih? Kok kamu menggendong Helena dengan panik begitu." "Helena, Mas, dia demam tinggi. Kita harus cepat bawa dia ke rumah sakit," jawab Novi tampak begitu khawatir dengan keadaan sang putri. Soni yang masih tidak percaya langsung memegang tubuh putri kesayangannya itu. Suhu tubuh Helena saat itu memang sangat panas. Dengan segera, CEO tampan itu langsung berlari ke arah kamar untuk mengambil kunci mobil. "Kamu tunggu di depan, aku akan mengambil kunci mobil!” Novi hanya menjawab dengan anggukan kecil, lalu melangkah cepat ke halaman rumah. *** Hanya butuh waktu setengah jam, akhirnya mereka pun tiba di rumah sakit. Helena yang masih belum sadarkan diri langsung mendapatkan perawatan di ruang UGD. Satu jam berlalu, Dokter pun akhirnya memberikan penjelasan jika anak berusia dua tahun itu terlalu banyak mengkonsumsi obat tidur. Pernyataan sang dokter tentunya membuat Novi dan Soni terkejut. Pasalnya, selama ini mereka tidak pernah memberikan obat apa pun tanpa resep Dokter. Kejadian itu membuat Helena harus dirawat beberapa hari di rumah sakit. "Mas, bagaimana bisa Helena minum obat tidur? Apa jangan-jangan Zaskia …?" "Hust! Jangan nuduh orang dulu sebelum kita punya bukti," jawab Soni sambil menyentuh bibir sang istri dengan jari telunjuknya. "Tapi, Mas, kondisi Helena saat ini sudah bisa kita jadikan bukti. Kamu tahu sendiri 'kan kita enggak pernah ngasih Helena obat apa pun. Dan, kejadian ini baru terjadi setelah Zaskia bekerja di rumah kita!" bentak Novi yang mulai tersulut emosi. "Aku tahu, tapi tetap aja kita enggak bisa menuduh tanpa bukti yang kuat.” Soni coba menenangkan Novi dengan menggenggam tangan istrinya itu. "Sekarang kamu jaga Helena, aku pulang dulu mau ngambil pakaian ganti dan keperluan buat Helena selama dirawat di sini." Novi memilih tak menjawab. Hanya mengangguk sambil terus memikirkan semua dugaannya pada Zaskia. Seketika, rasa kesal kian berkecamuk dalam dirinya. Bagaimana bisa ada orang yang tega memberikan obat tidur pada anak yang usianya baru dua tahun? “Awas kamu, Zaskia! Aku enggak akan maafin kamu kalau sampai semua itu benar ulahmu.” Novi mulai duduk di kursi yang ada di koridor rumah sakit. Sesaat, ingatannya kembali memutar beberapa kejadian aneh yang terjadi di rumahnya. Mulai dari sprei tempat tidurnya yang basah, tanda merah di leher suaminya sampai suara wanita seperti mengaduh kesakitan di ruang keluarga. Novi tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apakah ini hanya sebuah kebetulan atau memang kesengajaan? Tetapi yang pasti, semua itu benar-benar membuatnya bingung. "Nov, bagaimana keadaan Helena?" Tiba-Tiba suara wanita paruh baya terdengar bertanya. Wanita bernama Halimah itu langsung duduk di sebelah Novi dengan raut cemas. Novi memang sempat memberi tahu ibu mertuanya saat di perjalanan tadi. "Helena ada di ruang UGD, Mah. Mungkin sebentar lagi akan dipindahkan ke ruang rawat.” Novi beranjak dari posisi duduknya. Kembali berdiri dan terlihat tidak tenang mondar-mandir di depan Halimah. "Sebenarnya apa yang terjadi sampai Helena seperti ini?" tanya sang mertua sambil mengajak menantu kesayangannya itu duduk di kursi. Sambil menangis wanita itu mulai menceritakan kejadian yang sebenarnya. Hingga saat sang dokter mengatakan jika Helena terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan. Tidak hanya itu, Novi juga menceritakan tentang Zaskia yang saat ini bekerja sebagai baby sitter di rumahnya. "Baby sitter? Kenapa kamu enggak ngasih tahu Mama kalau kamu butuh baby sitter." Halimah terlihat terkejut. "Aku juga enggak tahu kalau Mas Soni ternyata udah nyariin baby sitter buat Helena, Mah." Novi mulai menangis memikirkan kondisi putrinya. "Soni?" ucap Halimah sambil mengerutkan keningnya. "Ya udah, sekarang kamu harus tenang. Kita harus selidiki apa yang sebenarnya terjadi sama Helena dan soal baby sitter itu!” Kejadian yang menimpah Helena tentunya membuat keluarga besar Soni dan Novi hancur. Pasalnya gadis berusia 2 tahun itu adalah gadis yang begitu pintar dan ceria. Namun, saat ini, kondisinya sangat mengkhawatirkan. *** "Selamat pagi." Soni tiba-tiba masuk ke dalam ruangan. "Pagi," jawab Halimah terdengar ketus. "Mama! Sejak kapan Mama di sini?” Kedua mata Soni membulat. Tak menyangka jika sudah ada ibunya di ruangan itu. "Sejak semalam Mama emang udah di sini sama mertua kamu, tapi mereka lagi pulang dulu," jawab Halimah yang terlihat tidak senang dengan kedatangan sang putra. "Kamu dari mana aja, Mas? Kenapa jam segini baru datang? Semalam aku telepon ke HP kamu, tapi kok HP kamu enggak aktif sih, Mas?" Novi langsung berdiri di hadapan Soni sambil melipat tangannya. Kecurigaannya kian besar, terlebih sejak semalam sang suami bersama Zaskia. "Maaf, Sayang, semalam aku benar-benar kecapean. Tadinya mau rebahan sebentar sebelum balik ke rumah sakit, tapi aku malah ketiduran," jawab Soni dengan santai. Benar-benar membuat Novi merasa kesal. Bagaimana bisa dengan kondisi Helena yang sakit, suaminya malah tidur lelap di rumah. "Zaskia, cepat bawa barang-barang itu!” Tak lama, seorang wanita muda masuk ke dalam ruang rawat. Sebenarnya Novi ingin menampar wajah wanita itu. Namun, sebisa mungkin ia berusaha untuk menahan emosinya, terlebih di depan ibu mertuanya. "Mah, kenalin ini Zaskia. Dia pengasuh Helena beberapa bulan ini." Novi memperkenalkan baby sitter itu pada Halimah yang terlihat sinis menatap Zaskia. Novi yang saat itu berdiri di hadapan Soni dan Zaskia. Tanpa sengaja melihat tanda merah yang sama di leher dua manusia itu. Seketika tangan wanita cantik itu terlihat mengepal seolah menahan amarah. "Tanda merah itu, kenapa mereka punya tanda yang sama? Apa jangan-jangan tadi malam mereka …?" batin Novi sambil memperhatikan leher keduanya secara bergantian. *** Satu minggu berlalu, Helena sudah diperbolehkan pulang. Namun, Novi yang masih penasaran dengan tanda merah di leher Zaskia dan suaminya pun memutuskan untuk menitipkan sang putri kepada orang tuanya dengan alasan agar kondisi sang putri bisa lebih pulih lagi. Sementara Novi tetap tinggal di rumah sang mertua. Ibu satu anak itu sengaja tidak memberitahu tentang kecurigaannya pada kedua orang tuanya karena ia khawatir semua itu hanya akan menjadi beban pikiran untuk mereka. "Novi, duduk sini!" perintah Halimah yang saat itu sudah duduk lebih dulu di sofa ruang tamu. "Bagaimana ini, Mah? Apa kita langsung aja ke rumah?” Novi terlihat begitu gugup sambil duduk sebelah Halimah. "Kamu tenang dulu, kita tunggu sampai malam. Mama yakin kita pasti akan dapat jawaban dari semua kecurigaanmu selama ini.” “Terus bagaimana kalau kecurigaanku ternyata benar, Mah? Bagaimana kalau seandainya Mas Soni dan Zaskia memang punya hubungan spesial?” "Kamu tenang aja, Mama yakin kok Soni enggak akan berani selingkuh, apalagi selingkuh dengan pembantu rendahan seperti Zaskia." Halimah menggenggam tangan menantu kesayangannya itu. Menyalurkan keyakinan, meski ia terlihat masih penuh keraguan. "Tapi entah kenapa feeling-ku mengatakan kalau Mas Soni memang selingkuh sama Zaskia." "Jika dia berani selingkuh, Mama akan langsung menghapus namanya dari daftar hak waris keluarga Dirgantara," jawab Halimah yang terlihat serius dengan ucapannya. Entah apa yang dirasakan Novi saat ini. Namun, yang pasti hati dan pikirannya saat ini benar-benar gelisah. Ia seakan belum siap menerima kenyataan jika suami yang begitu dicintainya sampai tega berkhianat. Sekilas Halimah memperhatikan Novi yang terlihat begitu gelisah. Tatapannya seakan memandang ke depan dengan kosong. Ketakutan akan kandasnya hubungan rumah tangga kini terlihat jelas di kedua matanya. Tepat pukul 12 malam, kini Novi baru saja tiba di depan rumahnya. Wanita itu tak sendiri, Halimah turut menemani. “Mah, aku takut ….” “Enggak usah takut, ayo kita masuk!” Dengan perlahan, keduanya pun masuk. Novi memang sudah mempersiapkan rencana itu dengan matang. Wanita itu sebelumnya memang sudah berbalas pesan dengan Soni dan diakhir chatnya, Novi mengatakan jika ia akan tidur karena besok akan pergi bekerja pagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD