bc

My Amazing Women

book_age18+
3
FOLLOW
1K
READ
HE
age gap
brave
bxg
genius
campus
city
highschool
addiction
like
intro-logo
Blurb

Pilih-pilih pasangan adalah sebuah keharusan bagi Amara, ia jago mematahkan hati banyak pria dan membuat mereka merengek minta dijadikan pacar.

Tapi, Amara tak semudah itu goyah. Bahkan, dengan modal wajah cantiknya menjadikan Amara superior dalam menggaet pria kaya, ia bisa dengan mudah mendapatkan uang, bukan memeras, tapi semacam syarat agar Amara tak lagi menyayati hati mereka lebih jauh lagi.

Tiba-tiba saja, insiden tidur dengan pria asing di sebuah pesta teman terdekatnya membuatnya harus berurusan dengan pria bernama Daniel, ia sedikit membuka hati dan Amara makin akrab dengan Daniel. Pria itu lihai merajai perasaannya.

Sebelum terlalu jauh, Daniel akhirnya menguak alasan besar kenapa mendekati Amara dengan sengaja. Membalaskan dendam atas peristiwa yang menimpa Agnes-sepupunya, gadis yang malang. Tewas dalam keadaan hamil, Daniel bersumpah akan membuat Nathan merasakan neraka buatannya.

Dari situlah membuat Amara hancur dalam ketulusannya. Mengincar Nathan, kakak Amara sebagai pelaku, dan mematahkan Amara sebagai umpan adalah siasatnya.

Dalam lukanya, ia harus menghadapi insiden demi insiden. Menyerang Amara bukanlah keinginannya, kepuasannya melihat Nathan di hukum tidak membuatnya merasa lega.

Mendapati Amara yang mulai rapuh, Daniel menyeka semua balas dendamnya dan membuka hati dengan sebaik mungkin. Meskipun ia harus melupakan luka itu agar bisa bersama Amara.

“Mencintaimu adalah keegoisan paling masuk akal yang aku lakukan. Tapi, aku tidak mampu mengatasinya.” - Daniel Pratama.

“Seandainya bertemu kamu adalah takdir buruk, maka aku dengan senang hati melewatinya.” - Amara Dwi Atmaja.

Cover By Canva.

chap-preview
Free preview
Who are You?
Tak ada kenangan yang bisa kaurombak ulang. Tapi, ada mimpi yang bisa kaubentuk kembali. - Amara Dwi Atmaja. Panas Jakarta membuat Amara sedikit menyibak rambutnya. Ia meminum Latte yang sudah mulai memudar rasanya, saat ini Amara tengah berhadapan dengan seorang wanita yang memintanya untuk putus dari anaknya. “Ini cek 100 juta, kamu jauhi anak saya. Marcell lebih cocok dengan dokter, bukan model kampungan seperti kamu.” Dengan kasar, wanita itu meletakkan secarik kertas. Amara tersenyum menang. “Dengan senang hati, Tante.” Lalu, setelah itu keduanya sama-sama pergi. Bahkan Amara dengan pedenya mencium cek yang baru saja ia terima. Pekerjaan? Tidak, mungkin ini namanya rezeki. Siapa yang suruh untuk terus mengejar? Amara sangat tak suka privasinya diganggu. Kehidupan cintanya sudah tak pernah ia gubris. Banyak sekali pernyataan cinta, tapi Amara sudah tak minat. “Lihat? 100 juta. Lebih dari cukup buat aku foya-foya. Meskipun gajiku gak ada dua juta sebulan, ternyata modal tampang secantik aku bisa juga dimanfaatkan.” Letta hanya geleng-geleng kepala. Ia adalah saksi kunci di mana semua pria yang ditolak Amara galau brutal. Mereka merengek, mengemis perhatian sampai berlutut. Tapi, inilah Amara Dwi Atmaja. Wanita yang sepertinya kebal dengan banyak rayuan. Entahlah, padahal Letta akan menikah bulan ini tapi sahabatnya masih stay ongkang-ongkang menikmati masa lajangnya dengan membuat banyak pria datang, pergi tapi membawa rezeki. (Part 2) Menjadi bridesmaid membuat Amara kelihatan tambah cantik. Ia tidak terlalu suka dimake up tebal. Acara pernikahan Letta dan Rian berjalan lancar, bahkan tamu undangan memuji temannya sangat mangklingi. “Tadi Letta ngasih pesan apa sih? Banyak tamu gini aku gak bisa ngobrol bebas sama dia.” Pesta resepsi dimulai. Orang-orang yang tadinya tenang mulai menengah dan memperlihatkan aksi mereka, menikmati suara musik dan bergoyang sama dengan Amara. Ia sendirian. Kelihatan mengenaskan sih, tapi dari tadi Amara tidak tertarik dengan ajakan beberapa pria yang berusaha menemaninya berdansa. “Butuh teman?” “Ah enggak. Saya sudah terbiasa sendirian.” Amara mencoba bersikap sopan. “Gak enak sendirian. Cantik-cantik jangan jual mahal, sekarang udah gak jaman sok limited edition, Nona.” Tangan pria itu mulai kurang ajar, hampir menampik, Amara kaget saat sebuah tangan menangkis gerakan yang tidak terbaca tadi. “Sudah ditolak kan? Kalau anda pria, maka pergilah dengan terhormat. Atau saya panggilkan satpam?” Kalah jauh karena pria di depannya sangat tinggi, pria yang menggodanya tak mampu berkata-kata. Bahkan Amara sedikit takjub. ”Di sana ada kursi kosong kalau kamu tidak terlalu suka menikmati pesta ini. Mata pria tidak bisa berhenti kalau melihat ada mangsa seseksi kamu.” Amara tersenyum simpul. Apa tadi? Seksi? Memang sih, gaun dengan model duyung menampilkan sebagian bahunya. Bodynya semampai, bahkan buah dadanya menonjol tidak berlebihan. Selebgram yang hanya menerima endorse itu sudah terbiasa dipuji dengan kata-kata vulgar. “Amara.” “Daniel Pratama.” pria itu lihai sekali, mengecup punggung tangan Amara. Tatapannya tajam, rahang yang kokoh dan jakun yang menggoda. Hanya dengan gerakan tubuh, Amara memberi isyarat agar Daniel mengajaknya berdansa. Pria itu ternyata peka, ia menarik pinggul Amara lebih dekat. Bahkan hidung mereka hampir bersentuhan. “Tubuhmu wangi vanilla.” “Kamu banyak tahu wangi parfum wanita ya?” Sudah bisa ditebak kalau model Daniel pasti seperti pria-pria di drakor. Dingin, susah ditaklukkan tapi sangat setia. Kumis tipis Daniel ikut terangkat. “Aku masih terlalu muda untuk melakukannya, Nona.” Mereka nyaris diam tanpa percakapan. Amara sejak tadi mengendus-ngendus bahu Daniel. Aroma parfum mahal, tapi merek apa? Apakah pria ini kaya? Apakah Amara akan menjadikan Daniel target selanjutnya? (Part 3) Kalau bukan karena dering telepon, Amara sudah terlambat bangun. Ia kaget saat berada di kamar suite hotel bintang lima. Ini di mana? Lebih terkejutnya lagi adalah pria di sampingnya. Pria semalam!!! Daniel Pratama. “Hey! Kenapa kamu bisa ada sini? Kenapa kamu bawa aku ke sini, Daniel!” Mata Daniel sedikit terbuka. “Ini masih jam 7, terlalu pagi untuk teriak-teriak, Amara. Lagian, kita hanya tidur. Aku gak ngapa-ngapain kamu. Kamu masih segel, itu pun kalau kamu masih perawan.” Daniel menyelimuti tubuhnya lagi, pria itu masih bercelana meskipun bertelanjang d**a. Dan tentu saja, Amara masih mengenakan gaun semalam. “Aku harus pergi.” “Tunggu. Hei. Apakah tidak aneh kamu pulang dengan pakaian seperti itu keluar dari hotel? Seperti akan datang ke acara award saja.” Iya sih, benar kata Daniel. Tapi Amara tidak mau lebih lama bersama dengan pria yang bahkan memaksanya tidur bareng. Se play-girl-play girlnya Amara, dia masih sangat mempertahankan kehormatannya sebagai seorang wanita yaitu keperawanan. Meskipun kadang diejek oleh beberapa teman-temannya karena terlalu kuno. Mereka sering bergonta-ganti pasangan tanpa takut terkena penyakit HIV dan seks bebas. “Aku akan membawakan pakaian yang layak untuk kamu, tunggu saja.” Daniel terpaksa terbangun dan memakai kemeja, jasnya hanya disampirkan di bahu lalu keluar dari kamar. Amara antara percaya atau tidak percaya kalau pria itu akan kembali entah ingin pergi ke mana. Baterai ponselnya hanya tersisa 6%. Satu-satunya hal yang dilakukannya sekarang adalah menunggu Daniel. Dan benar, pria itu kembali dengan membawa tote bag merk pakaian. “Ganti gaunmu dengan ini, Amara. Atau mau aku gantikan?” “Gak usah.” cepat-cepat Amara mengambil tote bag tersebut lalu masuk ke toilet. “Santai saja, aku tidak akan mengintip. Melihat kamu tidur semalam aku sudah bisa menebak berapa ukurannya.” Mesum tampan! Amara menggerutu. Tapi ia cukup berterima kasih karena pria itu ternyata lumayan bertanggung jawab. Sialnya, Amara sama sekali tidak ingat mereka semalam melakukan apa. Ia rasa Daniel benar, mereka tidak bercinta. Amara tidak merasakan rasa sakit yang biasanya dibicarakan orang-orang ketika making love. “Terima kasih, mana nomer rekeningmu? Biar aku ganti untuk biaya baju ini.” “Gak usah. Lagian hanya baju, kalau nomer teleponku saja gimana, mau?” Apaan sih! Amara menatap Daniel kesal. Ia memukul bahu Daniel. Tapi pria itu cepat-cepat menangkis dan menarik tangan Amara. Bahkan tidak sengaja mereka terjatuh di ranjang. Daniel terbelalak, bibirnya sangat pas mengecup bibir Amara pun tangannya yang merengkuh tubuh wanita itu. “Daniel, kenapa kamu malah nyium aku sih!” dengan cepat Amara langsung mengusap bibirnya. “Suka ya nyari-nyari kesempatan dalam kesempitan!” “Kamu kan yang di atas aku, berarti kamu yang nyium aku, bukan aku yang nyium kamu. Ya maaf deh, aku bukan tipe pria yang suka mengambil kesempatan. Kalaupun tadi adalah ciuman pertamamu aku bisa mengulanginya untuk melakukan yang lebih baik daripada tadi.” “Gila.” Amara langsung keluar dari kamar tersebut dan membuat Daniel terpaku. Pria itu melipat bibir dan tersenyum penuh kemenangan. Amara Dwi Atmaja. Sampai bertemu lagi, Nona cantik si pemilik bra 36B.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
95.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook