2. BCA - Hamil

2023 Words
Pandangan pertama yang dilihat oleh Ezra ketika bangun adalah Alma yang tertidur dengan pulas di sampingnya. Pria itu tersenyum senang melihat wajah damai Alma yang tidur dengan sangat cantik menurutnya. Senyum bahagia menghiasi wajah pria itu. Ezra mencium kening Alma cukup lama, sebelum pria itu turun dari ranjang. Ezra memungut pakaiannya yang berserakan di lantai lalu dibawanya ke kamar mandi yang ada di dalam kamar tersebut. Hari sudah pagi, sudah saatnya Ezra pergi karena harus bekerja. Setelah selesai mandi dan memakai bajunya, Ezra melihat bahu terbuka Alma. Pria itu jelas tahu bahwa Alma tak menggunakan apapun di balik selimut yang sedang dipakai Alma. Pria itu mengambil ponselnya dan mengambil gambar Alma dari belakang. Setelah itu Ezra mendekati Alma yang masih tidur itu lalu duduk di tepi ranjang. Ezra mengelus pipi Alma sehingga membangunkan wanita itu. Alma mengucek matanya dan melihat Ezra di hadapannya. “Selamat pagi,” sapa Ezra dan Alma tersenyum. “Kamu udah mau berangkat kerja Mas?” tanya Alma lembut ketika melihat Ezra sudah mandi. “Iya, sudah pagi. Kamu tidur aja lagi kamu pasti capek, kita selesai cukup lama,” goda Ezra membuat Alma kembali bersikap malu-malu. “Kamu mau pindah ke apartement Mas aja nggak?” tawar Ezra membuat Alma terkejut. “Apartement?” tanya Alma memastikan. “Iya, kebetulan Mas punya apartement hasil tabungan Mas selama ini. Rencana apartement itu Mas jadikan asset aja, dari pada kosong lebih baik kamu tinggal di sana saja supaya Mas juga lebih mudah untuk temui kamu di sana. Mas takut kalau ketemu sama kamu di sini, setidaknya di sana cukup aman. Kita bisa sering ketemu di sana, Mas akan sering nginap di sana. Tapi Mas nggak bisa menetap, kamu tahu sendiri Mas punya Ibu yang harus dilindungi. Ibu tinggal di rumah yang Papa siapkan. Gimana?” tanya Ezra. “Boleh kalau aku tinggal di sana?” tanya Alma memastikan. “Boleh sayang, kenapa nggak boleh? Apartement itu punya Mas, pasti punya kamu juga. Nanti kita akan tinggal bersama di sana. Jadi kamu nggak usah khawatir lagi tentang bayar kontrakan, kamu mau ya tinggal di sana?” bujuk Ezra. Alma tampak berpikir lalu menganggukkan kepalanya membuat Ezra tersenyum senang. “Yaudah nanti Mas bantu kamu buat susun barang. Besok kita mulai pindah oke?” Alma kembali menganggukkan kepalanya. “Mas berangkat kerja dulu ya, nanti Mas hubungi kamu. Kabarin kalau kamu udah bangun, tidur lagi aja,” ucap Ezra lembut sambil mengelus pipi Alma. Pria itu bangkit berdiri lalu mencium bibir Alma sebelum pergi. Terakhir Ezra mencium kening Alma lama sebelum keluar dari sana. Alma memegang dadanya yang berdetak sangat cepat ketika Ezra menciumnya. Wanita itu tersenyum lebar dan turun dari ranjang. Namun Alma meringis pelan ketika merasa perih di bagian paha dalamnya. Dengan perlahan Alma mengambil pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi. *** Tiga Bulan Kemudian “Kamu kenapa?” tanya Rey pada Alma. “Aku merasa mual, kamu pesan sate ayam ‘kan?” tanya Alma memastikan. “Iya, aku pesan sate ayam kayak biasa untuk kamu. Kenapa? Beda rasanya? Nggak enak?” tanya Rey dan Alma menganggukkan kepalanya. Rey mengernyitkan keningnya bingung dan mencoba sate ayam milik Alma. “Rasanya sama kayak biasanya nggak ada yang aneh,” kata Rey setelah mencicipi. “Aneh, aku ngerasa mual. Aku nggak mau makan lagi,” kata Alma sambil mendorong piringnya. Wanita itu langsung saja meminum lemon tea pesanannya. “Setelah minum lemon tea lebih enak,” kata Alma memberitahu membuat Rey tertawa. “Kamu kayak orang hamil aja, yaudah dari pada sayang aku makan aja deh,” kata Rey sambil mengambil piring milik Alma. Perkataan Rey cukup mengganggu baginya, wanita itu mengambil handphonenya untuk membuka kalender. Jantungnya berpacu dengan cepat ketika melihat hal itu. “Kita balik aja yuk, aku nggak enak badan,” kata Alma sambil bangkit berdiri. “Sebentar Al, aku habisin dulu makanannya,” tolak Rey. “Yaudah, aku pulang sendiri aja,” jawab Alma cepat sambil mengambil tasnya. “Oke, sebentar aku bayar dulu makanannya,” kata Rey cepat ikut bangkit berdiri. Rey langsung saja membayar makanan mereka, lalu Rey menghidupkan sepeda motor miliknya dan Alma langsung duduk di belakangnya. “Kita mampir ke apotek sebentar ya, aku mau beli obat dulu. Kamu nggak usah ikut turun, aku aja yang turun biar cepat. Mungkin aku masuk angin,” kata Alma dan Rey menganggukkan kepalanya setuju. Rey adalah kekasih dari Alma, mereka sudah menjalin hubungan selama tiga tahun sejak di bangku kuliah. Alma belum bisa mengakhiri hubungannya dengan Rey karena Alma tak punya alasan yang kuat untuk mengakhiri hubungan mereka. Rey adalah pria yang sangat baik dan lurus bagi Alma. Alma turun dari sepeda motor milik Rey ketika mereka berhenti di sebuah apotek. Wanita itu memastikan Rey tidak ikut turun, pria itu menunggunya di motor. Setelah membeli apa yang diinginkannya, Alma memasukkannya ke dalam tasnya. Lalu Rey membawa Alma segera pergi dari sana agar kembali ke kontrakannya. “Kamu turunin di depan aja nggak usah sampai masuk,” kata Alma membuat Rey mengenyitkan keningnya namun tetap memberhentikan motornya. “Kamu kenapa sih akhir-akhir ini minta di turunkan di sini? Emang kenapa kalau sampai dalam? Kamu lagi sakit, aku antar sampai dalam aja.” Alma menggelengkan kepalanya. “Aku nggak enak sama tetangga diantar pulang malam-malam kayak gini. Udah, kamu pulang aja. Kabarin aku kalau udah sampai rumah,” usir Alma pelan. “Ya udah, kamu istirahat yang cukup. Kalau ada apa-apa bilang sama aku, oke?” Alma menganggukkan kepalanya. Sebelum pergi Rey mengusap punggung Alma, setelah itu pria tersebut pergi. Setelah memastikan Rey pergi, Alma memesan ojek dari sebuah aplikasi. Alma memang belum memberitahu pada Rey tentang kepindahannya. Alma masih merahasiakannya, jika ingin bertemu dengan Rey wanita itu meminta untuk bertemu langsung di tempat. Terkadang Alma minta dijemput di tempat lain lalu memakai alasan yang lain agar Rey tak curiga. Begitu ojek pesanannya datang, Alma langsung saja pergi menuju apartement yang sudah menjadi tempat tinggalnya selama tiga bulan belakangan ini. Di mana apartement itu menjadi saksi baginya dan Ezra. *** “Mas, kamu ada di mana?” tanya Alma begitu panggilannya tersambung. “Di kantor, baru aja sampai. Kenapa? Kamu kangen?” tanya Ezra pelan namun tertawa. “Pulang kerja Mas Ezra langsung datang ke apartement ya, aku tunggu. Ada hal yang mau aku bahas sama kamu langsung Mas,” kata Alma dengan serius membuat Ezra mengernyitkan keningnya bingung. “Ada apa sayang? Kamu sakit? Kamu butuh sesuatu?” tanya Ezra lembut. “Pokoknya Mas Ezra datang, aku akan kasih tahu kalau Mas Ezra udah di sini. Aku tunggu ya Mas,” tegas Alma. “Iya sayang, nanti Mas datang ya. Kalau kamu butuh sesuatu bilang ya, nanti Mas bawa. Bye, I love you,” ucap Ezra mesra. Alma tak menjawab pernyataan cinta Ezra, wanita itu mematikan sambungannya dengan cepat. Hal itu membuat Ezra mengernyitkan keningnya bingung. Lalu Alma menghela napasnya sambil melihat benda pipih yang ada di tangannya itu. Entah harus berapa kali Alma memastikan apa yang ada di hadapannya saat itu. Pukul tujuh malam tepat Ezra tiba di apartement miliknya di mana ada Alma yang tinggal di sana. Begitu tiba, pria itu langsung mencari keberadaan Alma. Ruang tengah sangat gelap dan Ezra menghidupkan lampunya. Tujuan Ezra hanya satu, masuk ke dalam kamar. Benar saja, begitu Ezra membuka pintu kamar Alma duduk dengan bersandar di kepala ranjang. Ezra tidak tahu sudah berapa lama Alma menunggunya seperti itu. Begitu Ezra datang, pandangan Alma langsung saja tertuju pada wanita itu. Ezra melihat bahwa ada yang tak beres dengan Alma. Mata Alma terlihat kosong, bahkan ketika datang Alma tak bersemangat seperti biasanya. Padahal setiap Ezra datang, Alma akan menyambutnya dengan senyuman khas wanita itu. “Maaf lama, jalanan macet banget. Banyak jalan yang ditutup karena banjir, kamu tahu sendiri hujannya sangat deras,” kata Ezra menjelaskan sambil duduk di tepi ranjang. “Kamu kelihatan pucat, ada apa?” tanya Ezra lembut sambil menggenggam tangan Alma. Wanita itu menarik tangannya lalu membuka laci nakas yang ada di sampingnya. Alma mengambil benda pipih yang sudah di simpannya dari tadi, ia mengambilnya tiga sekaligus lalu memberikannya pada Ezra. Pria itu jelas terkejut ketika Alma memberikannya, namun Ezra tetap melihat hasilnya. “Aku hamil,” ucap Alma dengan wajah sendu. Matanya mulai berembun dan kepalanya menunduk ke bawah menahan tangis. Alma tak menyangka bahwa ia sekarang sedang mengandung benih cinta dari Ezra. “Kamu beneran hamil?” Suara Ezra terdengar rendah, tetapi terselip nada bahagia di sana. Ezra bahkan sampai memastikan kembal benda pipih tersebut. “Iya, kita harus gimana Mas?” tanya Alma dengan sedih. Ezra langsung saja memeluk Alma dengan erat. “Mas senang banget kamu hamil. Terima kasih sayang,” ucap Ezra semangat. Alma terkejut melihat respon Ezra yang berbeda dengannya. “Kita periksa ke dokter yuk,” ajak Ezra sambil menggenggam tangan Alma. “Ini yang mau kamu bilang sama aku?” tanya Ezra memastikan. “Kamu nggak masalah Mas keadaanku yang hamil?” tanya Alma bingung. “Kenapa harus jadi masalah? Jadi dari tadi ekspresi kamu seperti ini karena takut? Apa yang kamu takutkan? Kamu takut kalau Mas nggak akan senang sama berita kehamilan kamu?” Alma menganggukkan kepalanya membuat Ezra berdecak. “Kenapa harus nggak senang? Aku pasti senang, itu anakku. Aku pasti akan bertanggung jawab, aku senang karena kamu mengandung benih cinta kita. Aku mencintai kamu, kita saling mencintai. Apa yang kamu takutkan sayang?” tanya Ezra lembut. “Aku takut kalau kamu akan ninggalin aku karena hamil Mas. Bagaimanapun kita belum menikah, gimana kalau Papa kamu nggak suka sama aku?” tanya Alma lesu. “Kamu nggak usah peduli apa kata Papa. Mas yakin Ibu pasti suka sama kamu, Mas akan nikahin kamu tanpa restu Papa. Paling penting buat Mas itu kamu dan Ibu, oke? Jadi kamu nggak usah balik kerja lagi di club, kamu berhenti aja. Mas janji akan biayain kehidupan kamu, bagaimanapun kamu sedang mengandung anakku. Mas akan bertanggung jawab,” tegas Ezra. “Kamu serius, ‘kan Mas?” tanya Alma memastikan. “Apa Mas ada kelihatan bercanda? Kapan Mas pernah main-main sama kamu, Mas serius sama kamu. Percaya sama Mas oke? Tapi kamu harus sabar, boleh?” Mata Alma kini sudah berkaca-kaca karena respon Ezra sangat berbeda dari apa yang dipikirkannya. Alma menganggukkan kepalanya lalu menangis. “Hey, jangan menangis. Mas nggak suka lihat kamu nangis, tapi Mas harap ini tangisan bahagia ya. Mas sayang sama kamu dan calon anak kita, besok kita periksa ke dokter ya? Kita harus pastikan langsung kalau dia memang sehat,” kata Ezra sambil mengelus perut Alma yang masih rata itu. Alma menarik tangan Ezra lalu mencium bibir pria itu. Ezra jelas terkejut, namun pria tersebut membalas pagutan Alma. “I love you Mas Ezra,” ucap Alma mesra. “I love you too sayang,” balas Ezra tak kalah mesra. *** Ke esokkan harinya Ezra bangun dari tidurnya dan melihat Alma kembali di sampingnya. Ezra selalu senang setiap melihat Alma yang tidur dengan nyaman di sebelahnya. Wanita itu meringkuk seperti anak kecil dan seperti bergantung padanya. Ezra tersenyum dan mencium punggung terbuka Alma. Ciuman pria itu mulai beralih ke leher Alma lalu ke telinga wanita itu. Tangan Ezra juga sudah tak tinggal diam. Tangannya sudah mulai masuk di bawah selimut membangunkan yang kini sudah menjadi bagian favoritnya. Tadi malam mereka melalui malam yang panas. Kini Ezra menginginkannya kembali, jika bersama Alma pria itu tak bisa mengendalikan dirinya. Ezra seakan kehilangan akal, pria itu selalu saja menginginkan Alma. Wanita itu terbangun dan mulai menoleh ke belakang, Ezra tersenyum senang karena sudah berhasil membangunkan kekasihnya itu. “Selamat pagi sayang,” ucap Ezra mesra sambil mencium bibir Alma. “Mas, eungghh.” Terdengar suara lenguhan yang keluar dari bibir Alma. “Sebelum kita ke dokter, Mas ingin mengunjungi anak kita. Biarkan Mas menyapanya.” Suara Ezra terdengar rendah tertahan, Alma memejamkan matanya ketika tangan Ezra mulai menyentuh paha dalamnya. Dari belakang Ezra sudah bersiap untuk masuk sepenuhnya. Dengan perlahan Ezra menuntunnya masuk dan tangannya juga bermain di lembah yang begitu menggoda itu. Leher jenjang milik Alma kini menjadi sasaran empuk bagi Ezra. Maka pagi itu, sebelum keduanya pergi mereka mengulang kisah yang begitu indah. Keduanya saling mendamba satu dengan lain bersama perasaan cinta yang begitu luar biasa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD