Bab 2: Melissa

2114 Words
Mata Carol berbinar menatap ksatria yang berlapis baju baja itu. Pikirannya memang benar, pedang itu memiliki kekuatan yang tidak biasa. Melihat sekitarnya, ia berpikir bahwa ia telah melakukan perjalanan melintasi ruang dan waktu ke abad pertengahan yang biasa. Tetapi, ia tidak menyangka akan ada kejutan besar yang tersembunyi. “Kau seorang apoteker?” Ada kecurigaan di mata ksatria itu. Mungkinkah anak berusia lima belas tahun yang terlihat lemah dan kotor seperti dia adalah seorang apoteker? “Dia bohong!” Bob terlihat cemas dan berteriak kencang, “Tuan Ksatria, dia hanyalah seorang yang terbuang, pembohong, dan pencuri yang tercela! Sialan, dia sebenarnya hanya ingin menipumu, Ksatria Yang Mulia. Aku tidak akan memaafkannya.” Sementara Bob berkata demikian, ia menyeret tubuhnya yang besar dan menerjang Carol seperti seekor beruang. Kilatan tajam di matanya itu tersingkap, aura pembunuhnya pun bangkit. Melihat aksinya, bisa dikatakan Bob memang bisa berpikir dan cukup cerdik, mengerti bagaimana cara menghalau kemungkinan terjadinya perubahan. Tapi, dia meremehkan Carol! Carol membanting botol ramuan racun yang digenggamnya ke arah kaki Bob dengan keras. Botol itu meledak dan isinya terbang berhamburan, membuat mata Bob tertutup oleh bubuk racun itu. “Ahh!” Tampak bahwa kedua matanya sakit dengan sensasi terbakar. Bob menjerit sambil menutup matanya dan mengipas-ngipaskan telapak tangannya di udara. Dua detik kemudian, ia merasa tubuhnya sangat lemah dan ia kehilangan keseimbangan. Beberapa saat kemudian, ia tidak bisa menahannya lagi dan terjatuh. Tubuhnya yang berat menghantam ke tanah. Semua orang tercengang, dan ada raut berbeda yang melintas wajah ksatria itu. Carol berkata dengan tenang, “Aku seorang apoteker, ini buktinya!’ “Ikutlah bersamaku!” Begitu suara itu memasuki telinganya, pemandangan di hadapan matanya bergerak cepat dan tubuhnya seakan seringan angin. Ksatria itu menariknya naik ke atas kuda. “Duduk yang kencang!” Baru sekejap setelah Carol duduk, dia merasa seolah-olah terbang. Kuda itu berlari menuju keluar kota dalam sekelebat mata, larinya sangat cepat secepat angin. Pepohonan di kedua sisi jalan terus tersapu dan berjalan ke belakang. Luar biasanya lagi, meskipun kuda dahsyat ini memang memiliki kecepatan yang kencang, Carol yang duduk di atasnya terasa sangat tenang dan seakan tidak bergelombang sama sekali. Benar-benar menyalahi hukum fisika. Bahkan, jika Newton ada di sini, mungkin dia akan bangkit keluar dari peti matinya. Tidak lama kemudian, saat Carol sedang memikirkannya, padang rumput yang luas terbentang di depan mata. Di tepi sungai yang jernih dan berkelok-kelok, tampak sekelompok orang sedang berkemah. Kelihatannya ada pertemuan sengit terjadi di sini baru-baru ini. Banyak batu di sekitarnya, kayu patah, dan noda darah yang belum dibersihkan. Bahkan, mayat-mayat yang ditutupi dengan kain putih pun masih terlihat. Asap juga belum hilang. Saat suara sepatu kuda sang ksatria mulai terdengar, beberapa orang di pintu masuk kamp segera mengeluarkan senjata mereka dan berdiri berjaga. Mereka baru merasa lega ketika melihat yang muncul adalah sosok ksatria lapis baja. “Tuan Wolf sudah kembali!” Seseorang berteriak untuk melaporkannya. “Ia membawa apoteker bersamanya!” serunya melanjutkan. Beberapa tentara memindahkan pagar di pintu masuk kamp dan membiarkan Wolf memacu kudanya masuk. Carol mengamati dengan cermat dan menyadari bahwa jumlah orang di kamp itu tidak banyak, hanya sekitar dua puluh hingga tiga puluh orang. Tetapi mereka semua patuh dan tertib. Seketika itu juga Carol menyadari bahwa mereka adalah tentara profesional yang terlatih. Tuan Wolf melompat dari kudangnya dan langsung membawa Carol ke tenda. “Wolf, ini apoteker yang kau temukan?” tanya seseorang. Di bawah temaram sinar obor, hanya ada beberapa orang di ruangan yang luas itu. “Aku telah berkeliling sejauh puluhan mil ke seluruh penjuru, dan ini adalah satu-satunya apoteker yang kutemukan.” Wolf menjelaskan dengan suara lemah. Meskipun ia juga merasa bahwa Carol tidak terlihat dapat diandalkan, tapi ini persoalan hidup dan mati. Dia tetap harus mencoba cara apa pun meski kemungkinannya kecil. Tentara yang lain terdiam. Ekspresi mereka terlihat sedih. Dan saat itu juga, Carol mencium aroma darah yang kuat. Dia memeriksa dan melihat seorang pria sedang berbaring di tempat tidur tenda. Sebagian besar pakaian pria itu robek, terlihat luka yang mengerikan dan menakutkan. Darah mengalir dari lengan dan dadanya, dia pasti terluka serius karena serangan senjata berat. Dengan luka yang begitu serius, pria itu tidak sampai mati, hanya berbaring dengan mata tertutup. Butiran keringat yang besar menetes di dahinya, ia mengerang kesakitan tanpa sadar. Sungguh keinginan bertahan hidup yang luar biasa. Carol terkejut, ia sama sekali tidak peduli dengan yang lain, dan berjalan cepat menuju ke samping tempat tidur. Sekilas, ia melihat bahwa lukanya berwarna hitam pekat, ia makin terkejut. “Diracuni?” Mendengar itu, beberapa orang yang mulanya ingin menghentikan Carol tanpa sadar berhenti. “Apakah dia masih bisa diselamatkan?” Wolf tidak bisa menahan diri untuk bertanya. Carol tidak menjawab, tapi ia mulai memeriksa dengan cermat. Ia sangat terkejut karena racun dari luka itu, yang pastinya telah bercampur dengan darah, telah menutupi seluruh tubuh pria itu. Menurut akal sehatnya, orang ini seharusnya sudah terbujur kaku. Tetapi Carol segera menemukan bahwa jantungnya berdetak kuat seperti gendang, dan tampaknya ada kekuatan misterius yang melindunginya dari racun. Tentu saja, jika racun itu tidak dihilangkan, cepat atau lambat ia akan mati seiring berjalannya waktu. Setelah pemeriksaan, Carol mengerutkan kening. Sepertinya ini sedikit rumit. Kalau di bumi, akan ada banyak cara, entah itu di suntik serum atau hanya ganti darah. Tapi di sini, kondisinya amat terbelakang. Melihat ekspresi Carol, Wolf bertanya, “Apakah tidak ada jalan lain?” “Masih ada,” Carol berpikir sejenak, suaranya ragu-ragu. “Aku punya jalan, namun hanya ada 50% kemungkinan dia akan sembuh. Diskusikanlah lebih dulu dengan yang lain, apakah kau ingin mencobanya atau tidak.” Ekspresi Wolf dan yang lainnya berubah. Kemungkinan 50% adalah antara akan hidup atau mati. Tidak ada yang berani membuat keputusan semacam itu dengan sembarangan. Seiring berjalannya waktu, nafas pria yang terbaring itu semakin lemah, seakan hidupnya akan berlalu kapan saja. “Aku akan bertanya kepada Tuan Putri.” Wolf tiba-tiba berdiri dan melangkah keluar. Mata beberapa orang tertuju kepadanya, sedikit lega, mereka kemudian menunggu instruksi dengan sabar. Setelah beberapa saat, Wolf kembali dan bertanya dengan suara yang dalam, “Bagaimana kau akan menyelamatkannya?” Carol mengerti bahwa mereka setuju. Dengan tegas ia memerintahkan, “Aku butuh tiga jenis bahan obat. Meskipun jarang, tidak akan terlalu sulit ditemukan di pegunungan terdekat. Carikan bunga matahari, rumput bulan, dan pohon anggur bintang. Jika kau tidak tahu, aku bisa menggambarkannya untukmu.” Formula ramuan ini adalah sejenis obat penetral racun yang tercatat dalam buku pegangan ramuan milik ayahnya. Carol ingat dengan jelas, bahwa satu-satunya momen yang membuat ayahnya menggunakan ramuan ini adalah ketika mencoba menyembuhkan orang. Namun dalam percobaan ayahnya itu, si pasien mati. Dengan perintah Wolf, tujuh orang keluar dari kamp untuk mencari obat. Beberapa yang lain juga tidak berdiam diri saja. Di bawah komando Carol, mereka menyiapkan tungku yang besar dan menempatkan bak mandi kayu besar di atasnya beralaskan lembaran besi di bagian bawah supaya bisa menghantarkan panas. Api menyala di bawah kompor, lembaran besi itu dipanaskan, dan kemudian mereka menuangkan air ke bak mandi. Sesaat kemudian, orang-orang yang mencari bahan obat telah kembali dari hutan. Sambil memilih bahan obat, Carol memberi isyarat, “Masukkan dia.” “Ke mana?” “Bak besar.” “Apa?” Wolf hampir saja menghunus pedangnya dan menebas leher Carol secara langsung. Ia pikir Carol akan memasak ramuan, ia tidak menyangka semua ini disiapkan untuk memasak orang. “Ini pembunuhan!” kata Wolf dengan marah. “Masukkan saja dia ke dalam,” ujar Carol dengan tenang. “Jika kau tidak ingin dia mati, dengarkan kata-kataku.” Wolf menggertakkan giginya karena kesal, ingin sekali mengayunkan pedangnya, tetapi masih menahan diri. Karena melihat temannya sekarat, ia akhirnya memutuskan untuk mengambil resiko itu. “Angkat dia dan masukkan ke dalam bak mandi!” teriak Wolf sambil menutup matanya karena tidak tahan melihat. Semua orang di sekeliling mereka saling memandang dan terjadilah kegaduhan. Tetapi mereka tetap mengikuti arahan. Mereka mulai mengangkat pria yang terluka parah dan tidak sadar itu, kemudian memasukkannya ke dalam bak mandi besar dengan hati-hati. Sebenarnya, suhu air di bak tidak terlalu tinggi, tetapi cukup panas hingga darah dari luka-luka pria itu mengambang dengan sendirinya di atas air. Warnanya hitam kemerahan, terlihat mengerikan. Wajah Carol tidak berubah. Dia memasukkan bahan-bahan obat yang sudah diolahnya langsung ke dalam bak sesuai dengan metode yang tertulis. Di bawah kompor, nyala api tampak berkobar, lembaran besi berpijar berwarna kemerahan, dan asap hitam mulai terlihat. Sementara kompor terus dipanasi dengan api kayu bakar, wajah pria di dalam bak itu menjadi semakin pucat dan makin pucat, seolah-olah darah dalam tubuhnya telah mengalir keluar hampir seluruhnya. Jiwanya seperti api lilin kecil yang tertiup angin, akan mati kapan saja. Saat itu, mulai muncul curiga dalam ekspresi Wolf dan yang lainnya. Suara api dan bara dari kayu yang terbakar terus bergemeletik, seperti suara kembang api. Seiring waktu berjalan suara itu semakin kencang, menggelegar seperti guntur. Sepertinya ada yang salah! Sesaat setelah Carol menyadarinya, dia mencoba mendengarkannya lagi, yang kemudian membuat matanya melebar. Itu bukanlah suara api sama sekali. Suara itu datang dari orang di dalam bak. Tanpa diduga, satu detik setelahnya, bak mandi kayu itu meledak. Airnya muncrat ke semua arah. Wajah Carol menunjukkan ekspresi tidak percaya. Ia buru-buru melompat mundur untuk menghindar, tetapi dia tetap penuh konsentrasi memandang ke arah ledakan. Saat itu juga, orang yang duduk di atas pecahan bak kayu membuka matanya. Tampak cahaya mengalir di tubuh telanjangnya, dan luka-luka mulai menyusut dan sembuh secara ajaib, sampai hanya tampak bekas luka yang samar. Pria itu bangkit berdiri, dan Carol samar-samar melihat lingkaran sinar aneh yang menjulang di belakangnya, seperti sebuah roda bergerigi. Satu roda ... dua roda ... Masih ada cahaya yang mengalir, terus-menerus memutar dan menyatu. Pada akhirnya, roda gerigi ketiga terbentuk, dan cahaya perlahan menghilang. Orang-orang yang melihat tertegun dan tidak percaya. Ternyata semuanya berjalan dengan lancar. Penampakan pria itu yang sekarat di ambang kematian seakan hanya ilusi saja. Dia kembali hidup dan sehat dalam sekejap. “Miller, kau berhasil naik orde!” “Ksatria Cahaya Bintang orde ketiga!” “Sangat beruntung.” Wolf dan yang lainnya mengelilingi pria itu. Mereka saling menepuk, meninju, dan kemudian memeluk pria itu dengan erat. Namun setelah semuanya tenang, mereka menatap ke arah Carol. Mata sekelompok orang itu menyiratkan banyak hal. Rasa terkejut, heran, kagum, bersemangat, keserakahan, dan rasa penuh harap. Miller tadinya terluka parah dan hampir mati. Namun Carol tidak hanya membawanya kembali dari jurang maut, tapi dia juga menembus halangan yang selama bertahun-tahun telah membuatnya kesulitan naik orde. Hanya dalam satu kali mencoba kali ini, dia langsung melompat menjadi Ksatria Cahaya Bintang orde ketiga. Apoteker sehebat apa dia sebenarnya? Mereka yakin bahwa bahkan seorang apoteker yang bekerja di istana pun pasti tidak dapat melakukan ini. Ini jelas sebuah keajaiban. Carol sendiri juga kaget, ia sadar bahwa ia mempertaruhkan pilihan yang tepat! Ini menunjukkan bahwa tidak ada masalah dengan formula ramuan itu. Namun pasien yang dirawat oleh ayahnya meninggal setelah meminum ramuan tersebut. Maka satu-satunya alasan adalah ramuan itu bukan untuk diminum, tetapi untuk penggunaan luar! Saat ini, Carol sudah sedikit memahami bahwa buku pegangan ramuan milik ayahnya mungkin berasal dari sumber yang luar biasa. Untungnya, ia menyadari bahwa Parker akan datang dan mencuri sesuatu dari rumahnya, jadi ia membawa buku pegangan itu ke mana saja dia pergi. Sepertinya besok dia harus mengambil waktu untuk mempelajarinya dengan lebih cermat. Karena kejadian itu terlalu mengejutkan, semua orang hanyut dalam suasana keheningan yang aneh. “Hah? Kau benar-benar menyembuhkan Miller?” Dari luar, terdengar suara lembut, penuh rasa takjub dan kagum. Ketika semua orang mendengar suara itu, mereka menundukkan kepala satu persatu, “Tuan Putri.” Di tengah-tengah kamp, seorang wanita berjalan keluar perlahan dari tenda yang paling indah. Dia sangat cantik, dengan detail wajah yang indah dan sosok yang sempurna. Rambut coklatnya yang panjang seperti air terjun menjuntai di pinggangnya yang ramping. Dia memiliki lekuk tubuh yang sangat sempurna. Cemerlang cahaya bulan merah dari sisi timur dan bulan hijau dari sisi barat samar-samar membungkus tubuhnya, membentuk lapisan tipis cahaya yang indah. Payudaranya penuh, pinggangnya ramping, dan kakinya jenjang. Menyembul di atas korsetnya, sentuhan putih salju tampak sangat lembut, sungguh sangat menggoda. Ia berjalan perlahan ke arah Carol, diiringi aroma alami dan memikat yang semerbak tanpa suara, membuat sekitarnya harum memabukkan. Dalam dua kali kehidupannya, ini adalah pertama kalinya Carol melihat wanita secantik ini. Nafasnya menjadi tercekat di tenggorokannya. Dia tersenyum, seperti gadis genit, “Aku Melissa, terima kasih telah menyelamatkan ksatriaku yang paling setia. Aku bersedia memberimu imbalan apa pun yang kau inginkan.” Carol tercengang, ia berpikir sejenak sebelum berkata, “Satu-satunya keluargaku baru saja meninggal, sedangkan ada seseorang di kota yang ingin merebut barang-barangku. Aku tidak ingin kembali! Tuan Putri, bisakah aku ikut denganmu?” “Tentu saja.” Melissa sangat puas dengan jawaban Carol, lalu tersenyum. “Mulai sekarang, kau akan menjadi apoteker pribadiku.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD