Bab 3: Hanya Karena Orang Lain Tidak Bisa, Bukan Berarti Aku

1750 Words
Hutan Hitam membentang luas, seolah-olah tanpa batas. Barisan yang terdiri dari hampir tiga puluh orang yang dikelilingi oleh beberapa gerbong kereta yang megah berjalan perlahan di sepanjang jalan setapak. Ini adalah hari ketiga Carol bergabung dengan rombongan itu. Ia mengamati kondisi rombongan itu secara diam-diam. Dia tidak mengambil inisiatif untuk bertanya dan menggali informasi lebih dalam. Meskipun begitu, Carol sendiri mengumpulkan beberapa informasi yang berguna. Misalnya, ia tahu ke mana tujuan perjalanan mereka. Ia tahu bahwa titik paling utara dari Hutan Hitam adalah wilayah kekuasaan Melissa, sebuah kastil di tepi laut. Ia juga tahu bahwa setengah bulan yang lalu, Melissa adalah seorang Countess di ibu kota kerajaan. Dia seorang bangsawan wanita yang sangat terkenal. Namun sang raja kemudian meninggal, dan raja baru pun naik takhta. Melissa cepat-cepat membawa semua orang dengan berpakaian biasa untuk meninggalkan ibukota dan pergi ke wilayah kekuasaannya. Ksatria Wolf dan Miller mengetahui persoalan ini, namun mereka merahasiakannya dan menolak untuk mengatakan sepatah kata pun, untuk alasan tertentu. Sisa gerombolan lainnya adalah pengawal dan pelayan, yang tidak mengerti cerita sebenarnya. Namun dari kata-kata mereka, Carol berkesimpulan bahwa masalah ini pasti ada kaitannya dengan pertikaian di istana. Di tengah perjalanan, mereka menemui pembunuh yang dikirim oleh pihak lawan. Pertempuran antar bangsawan memang benar-benar kejam. Sepanjang jalan, meskipun mereka melewati beberapa kota, Melissa tidak ingin meminta bantuan dari para bangsawan penguasa kota. Sungguh aneh melihatnya. Tentu saja Carol tidak banyak bertanya. Dalam hatinya, ia juga tahu bahwa ketika dia mengamati orang lain, orang lain juga pasti mengamatinya. Lebih baik tidak bersikap gegabah, karena dia masih dalam proses mendapatkan kepercayaan. Dan sebenarnya, tebakan Carol memang benar. Kereta yang indah itu memiliki ruang yang luas. Melissa berbaring miring dengan kepala berbantalkan lengan. Ia mengenakan pakaian tulle longgar, dan tidak keberatan sama sekali membiarkan kulit putihnya yang seperti salju terbuka. Warna matanya biru terang seperti danau yang tenang. Beberapa saat kemudian, danau itu kemudian beriak. Bola matanya bergerak, membuat sekitarnya terasa seakan ada angin berhembus. Melissa kemudian tersenyum dan berkata, “Anida, kau sudah kembali?” Dari ujung ruangan itu mulai terbentuk bayangan samar. Perlahan, berjalanlah sesosok mungil, menjelma dari udara yang tadinya kosong. “Tuan Putri.” “Bagaimana penyelidikannya?” Melissa bertanya. “Ia sangat jujur dan mengatakan yang sebenarnya,” jawab Anida. Sesaat, Melissa terlihat ragu. Namun Anida melanjutkan, “Satu-satunya masalah adalah, ayahnya adalah seorang apoteker dengan keterampilan medis yang sangat buruk. Ia juga tidak memiliki cukup kemampuan untuk mendapatkan kedudukan di kota besar tempat asalnya, jadi ia pergi ke desa kecil itu dan menetap. Carol dibesarkan di tempat itu sejak kecil. Bagaimana bisa ia memiliki keterampilan medis yang cerdas?” “Anida, kau harus mengakui bahwa orang jenius itu memang ada.” Melissa tertawa bahagia, “Sepertinya aku beruntung, bencana ini membuatku mendapatkan apoteker yang jenius secara cuma-cuma.” Anida ingin mengatakan sesuatu, tetapi ia tidak bisa membantah Melissa. Ia telah berulang kali menyelidiki, dan menemukan bahwa kehidupan Carol memang bersih seperti selembar kertas kosong. Ia bahkan yakin, bila Wolf secara tidak sengaja masuk ke kota, Carol kemungkinan besar akan dibunuh oleh pemilik tempat penggilingan itu. Pada saat yang sama, Melissa juga membuat keputusan, “Beri tahu Miller aku memberikan dia izin untuk membalas kebaikan Carol,” katanya sambil melambaikan tangannya dengan lembut. Di luar gerbong kereta, Miller menerima instruksi itu. Ia mengangguk pelan dan berjalan ke arah Carol dengan sikap hormat. “Tuan Carol, tiga hari lagi kita akan mencapai Eisenberg. Meskipun kita terlambat beberapa hari, aku ingin mengucapkan terima kasih. Jika bukan karena kau yang menyelamatkanku, aku pasti tidak akan berdiri di sini hari ini.” “Ini hanya sesuatu yang memang harus dilakukan oleh seorang apoteker,” kata Carol dengan rendah hati. Miller menunjukkan ekspresi kagum, “Jika kau memberi perintah, aku bersedia melakukan apa saja meskipun harus mengorbankan nyawa untuk mengabulkannya.” Carol tidak bisa menahan dirinya bertanya, “Kalau begitu, bolehkan aku bertanya? Jika aku ingin menjadi sepertimu dan memiliki kekuatan yang besar, apakah ada cara yang bisa aku lakukan?” Miller terkejut dan sedikit ragu-ragu, “Apakah kau mau menjadi seorang ksatria?” “Tidak harus menjadi ksatria,” Carol berkata dengan sangat serius. “Selama aku bisa menjadi kuat, aku tidak peduli apa pun profesinya.” Ia mendengar bahwa orang yang sebelumnya ingin membunuh Melissa adalah pembunuh yang kuat. Dia mengerti bahwa di sini ada ksatria dan pembunuh, apakah ada pekerjaan lain? Ternyata kesimpulan Carol itu benar. Miller mulai menuturkan dengan agak ragu-ragu, “Di dunia yang sangat luas ini, ada banyak profesi yang kuat, seperti ksatria, pejuang, penyihir, dan alkemis. Di antaranya, ksatria dan prajurit harus memiliki tubuh yang kuat. Sedangkan, para penyihir dan alkemis melibatkan alam kekuatan spiritual yang misterius, aku tidak terlalu mengerti.” “Lihatlah aku sebagai contoh. Aku dilatih sejak kecil dan belajar dari ksatria hebat kerajaan sebagai pengawal ksatria sejak usia 13 tahun. Selanjutnya, aku berlatih lagi di kamp militer. Pada usia 21 tahun, aku mendapat prestasi militer dan baru saat itulah aku memiliki kualifikasi untuk menjadi seorang ksatria.” Miller meneruskan. Dengan bangga ia menjelaskan, “Setelah itu, aku mengikuti perekrutan yang diadakan oleh Keluarga Caroling dan menjadi pengikut keluarganya. Aku bersumpah setia kepada Countess Melissa, kemudian diberi obat rahasia dan berhasil menjadi ksatria.” “Obat rahasia?” Carol mendapatkan kunci informasi dari seluruh perkataan Miller. “Ya, obat rahasia.” Miller mengangguk pelan. “Baik seorang ksatria, ataupun seorang pejuang, mereka harus minum obat rahasia khusus agar mendapatkan kekuatan super. Lebih lagi, hanya ada beberapa orang saja yang berhasil, dan kebanyakan dari mereka gagal.” “Ada kemungkinan gagal juga?” Carol berpikir sesaat. Kemudian dia berkata, “Terima kasih telah menjelaskan semuanya padaku,” katanya dengan tulus. Jika Miller tidak memberi tahu, ia akan mengira bahwa cukup dengan tekun berolahraga dan berlatih, maka ia akan mendapatkan kekuatan super. Namun tampaknya persoalan ini tidak hanya sebatas itu. Mungkin, masih ada rahasia yang lain. “Sama-sama,” ucap Miller sambil tersenyum kepada Carol. “Tuan Carol, Tuan Putri selalu murah hati kepada bawahannya yang setia. Selama kau memberikan jasa yang cukup, ia tidak akan pelit untuk memberi obat rahasia,” lanjutnya. “Aku mengerti.” Carol mengangguk. Ternyata benar, memang ada jalan. Mereka berdua sepakat untuk menjalin pertemanan dan melanjutkan pembicaraan mereka dengan antusias. Saat hari mulai gelap, rombongan mereka menemukan tempat yang cocok untuk berkemah. Ketika semuanya sudah siap, Carol berjalan menuju ke pintu tenda paling indah di tengah kamp. Di tengah kerumunan orang yang menatapnya dengan terheran-heran, ia berinisiatif untuk meminta ke pelayan agar bisa bertemu dengan Countess Melissa untuk pertama kali. Pelayan itu tercengang dan buru-buru masuk ke dalam tenda untuk melapor. Setelah beberapa saat, pelayan meminta Carol untuk masuk ke dalam tenda dengan ekspresi heran. Tadinya ia berpikir Melissa akan menolak. Carol berjalan ke dalam tenda sendirian. Di balik tirai yang tembus pandang, tampak Melissa sedang berbaring. Setengah dari kakinya yang mulus bak porselen tergantung di udara seperti bulan. “Kau ingin bertemu denganku?” Suara Melissa terdengar memikat dalam posturnya yang terlihat malas. “Tuan Putri,” sapa Carol. “Aku ingin memiliki kekuatan super, kumohon beri aku obat rahasia.” Melissa terkejut dan tersenyum menghadapi kepolosan Carol. Namun, ia juga tidak menyalahkannya. Ia hanya terus tersenyum dan berkata, “Apa yang bisa kau berikan padaku? Aku khawatir jasamu tidak cukup hanya karena kau telah menyelamatkan Miller.” “Kalau begitu, bisakah kau memberitahuku cara meracik obat rahasia itu?” “Sungguh, pria muda yang polos.” Melissa menyampingkan kaki mulusnya dan tersenyum, “Apakah kau tahu dari mana obat rahasia itu berasal?” “Tidak.” Carol menggelengkan kepalanya. Nada suara Melissa terdengar agak dingin, “Carol, aku tahu kau memiliki bakat di bidang pengobatan, dan bahkan mungkin kau adalah orang yang sangat cerdas. Tapi, aku ingin memberitahumu bahwa hal dunia ini tidak kekurangan orang-orang jenius sama sekali. Kau lahir di kota kecil, aku bisa mengerti kalau kau tidak tahu luasnya dunia.” “Kerajaan Tuta memiliki 13 provinsi, 5 wilayah keluarga, ribuan penguasa besar dan kecil, puluhan ribu mil wilayah kekuasaan, dan populasi hampir 500 juta jiwa. Cukup besar kan? Tapi, aku ingin memberitahumu bahwa di Benua Bulan Merah, kekuatan Kerajaan Tuta hanya di peringkat menengah ke bawah. Bukan tergolong negara yang kuat sama sekali,” ucap Melissa melanjutkan. Melissa melanjutkan dengan nada seperti mengejek, “Sayang sekali, beberapa orang tidak menyadarinya. Setelah mendengar pujian dari beberapa orang, mereka pikir mereka adalah pusat seluruh dunia. Huh!” Carol berkedip, tidak tahu kepada siapa Melissa mencibir. Ia berharap Melissa terus berbicara dan menceritakan lebih banyak tentang situasi global Benua Bulan Merah. Namun, Melissa membalikkan kata-katanya, “Di Kerajaan Tuta yang begitu besar, sudah tak terhitung berapa jumlah orang-orang cakap yang dipanggil untuk mempelajari ramuan obat rahasia ini, dan tidak ada dari mereka yang dapat memecahkan cara pemurnian ramuan obat ini. Apakah kau pikir kau bisa melakukannya?” “Mengapa tidak?” ucap Carol dengan penuh percaya diri. “Hanya karena orang lain tidak bisa melakukannya, bukan berarti aku juga tidak bisa.” “Sombong.” timpal Melissa sambil tersenyum. “Alasan mengapa obat rahasia ini berharga adalah karena hanya ada dua tempat di dunia yang dapat memproduksinya dan mendistribusikannya ke berbagai kerajaan. Salah satu tempatnya adalah Kuil Pantheon, dan yang satunya adalah kota Laird!” Melissa kemudian menjelaskan, “Di Pantheon, tak perlu dijelaskan lagi. Metode pemurnian obat rahasia selalu menjadi rahasia terbesar kuil ini. Hanya Pendeta Besar yang dapat menguasai metode pemurniannya. Pendeta biasa dan para pendeta lainnya tidak memenuhi syarat untuk mengetahui rahasia ini.” “Adapun Laird, kota itu adalah surga bagi para penyihir dan alkemis. Selama kau mampu membayarnya, tidak sulit untuk membeli formulanya. Namun hanya formulanya saja.” Mata Melissa berbinar, “Sebenarnya, ini hanya sebuah bentuk kesombongan, karena mereka yakin bahwa meskipun memiliki formulanya, tidak mungkin ada orang yang bisa meraciknya. Faktanya, mereka memang benar. Formula dari obat rahasia sudah bukan rahasia lagi di seluruh penjuru kerajaan besar. Mereka semua ingin menirunya, tapi tidak ada yang berhasil.” “Bagaimana jika aku berhasil?” Carol masih belum menyerah. “Semua orang juga berkata seperti itu, nyatanya mereka gagal. Semua merasa bahwa mereka jenius. Nyatanya, memurnikan obat rahasia membutuhkan sumber daya tidak luar biasa.” Melissa berkata dengan santai. “Harganya terlalu tinggi, aku tidak akan mungkin memberikan sumber daya itu padamu hanya untuk kau gunakan bermain-main. Kecuali ...” Melissa melirik ke samping, dan tiba-tiba ucapannya berhenti. Mata Carol berbinar, “Kecuali apa?” “Kecuali kau bisa membantuku membunuh seseorang.” Seakan Melissa membuka tirai kelambu di hatinya. Terlihat rona wajahnya yang cerah, tetapi sorot mata indahnya tampak dingin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD