01. Dia Pelakunya

1184 Words
SUDAH kuduga, Ibuku langsung menarikku keluar mobil. Sedangkan aku langsung menutup mataku rapat-rapat karna sudah pasrah dengan yang apa yang akan terjadi selanjutnya. Semua orang terkejut dengan kedatanganku, hampir semua orang menatap kearahku. Dan saat itu juga tubuhku dihempaskan sampai aku terjerembab di tanah. "PERHATIAN! KALIAN LIAT GADIS INI? DIA HAMIL!" Pekik Ibuku keras-keras dengan nada tak segan. Aku menahan sesak didadaku. Kenapa Ibuku tega sekali berbicara sekeras itu didepan umum dan mempermalukanku dengan tidak pantasnya. "KUYAKIN PELAKUNYA TIDAK JAUH DARI TEMAN SEKOLAHNYA! MENGAKU ATAU KALIAN AKAN KUBUNUH SATU PERSATU!" pekik Ibuku lagi yang kini membuat semua murid ketar-ketir dibuatnya. Aku masih tersungkur dilantai, dan saat kepalaku mendongak sedikit ke arah depan, aku melihat kak Alex dan ketiga sahabatnya sudah setia ikut bergabung ingin tahu apa yang terjadi disini. Guru-guru juga berdatangan karna keributan yang Ibu dan Ayahku perbuat. "Ada apa ini ramai-ramai?!" Tanya bu Shinta dengan wajah panik diikuti guru-guru lainnya yang mulai berdatangan. Tiba-tiba aku ditarik ibuku untuk berdiri. "JUJUR! SIAPA YANG MENGHAMILIMU?!! JAWAB, SYA!" Tanyanya seraya melayangkan tangannya dan mendarat di pipiku. PLAAAAAKKK "JAWAB!" Desaknya lagi semakin membuatku terisak dan sulit berbicara. "Stop, Bu!" Sergah bu Shinta lalu menarikku kebelakangnya. "Ibu tidak seharusnya melakukan ini. Kita bisa bicarakan secara kekeluargaan, bukan dengan cara ini," terang bu Shinta sebagai guru disini, sedangkan aku masih terisak di belakang bu Shinta. Lalu Ibuku menjawab dengan nada tingginya, "DIA ANAK KURANG AJAR, BU! DIA SUDAH MEMPERMALUKAN ORANGTUANYA!" "JUSTRU KELAKUAN IBU INILAH YANG MEMBUAT IBU SEHARUSNYA MALU!" balas bu Shinta dengan nada yang tak kalah tinggi. Aku melihat kak Alex pergi diikuti ketiga temannya membuatku terenyuh. Disaat seperti ini Alex tetap memilih bungkam dan tidak peduli.   ***   "ALEX!" Pekik Zafran, Andi, tidak dengan Fano sahabat satunya yang hanya ikut mengejar tanpa ikut bersuara untuk memanggil Alex. Namanya di panggil, Alex seketika menghentikan langkahnya. "Apaan sih?! Ngapain lo bertiga ngikutin gue?!" Tanya Alex dengan wajah kesal. "Gila lo, Lex! Seharusnya lo ngaku. Lo masih tega liat tuh cewek sampe digituin sama orang tuanya? Lo gentlelah sebagai cowok-" belum sempat Andi melanjutkan nasihatnya, sudah keburu di potong oleh Alex. "Gue masih sekolah, Ndi! nggak usah bikin drama deh," balas Alex, Andi langsung menatap temannya dengan raut tidak percaya. "Terus lo mau menghindar?" Tanya Zafran. "Iya lah. Lo tau kan bokap gue orang ternama. Bisa diamuk gue kalau tau gue ngehamilin cewek sialan itu," jelas Alex santai tidak peduli. "Gila lo, Lex!" Umpat Zafran yang tidak percaya dengan balasan Alex. Fano menatap Alex kesal diikuti Andi. Ok, bisa dikatakan Fano cukup malas berurusan dengan permasalahan yang di sebabkan Alex temannya. Tapi kali ini ia sedikit kesal dengan tingkah semena-menanya Alex. "Sekarang lo mau apa?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Fano yang memang sedari tadi hanya diam melihat tingkah lelaki di depannya. "Kaburlah. Males, entar gue pasti ditunjuk sama tuh cewek kalau gue yang hamilin dia," ujar Alex seraya melipat kedua tangannya. Saat keempatnya tengah bercakap, mereka dikejutkan karna pekikan seseorang yang adalah bu Shinta. "KALIAN KEMARI!" keempatnya tersentak mendengar suara bu Shinta yang menggelegar. "CEPAT!" Ucap bu Shinta dengan tak sabar. Alex pucat pasi, dan langsung berjalan menghampiri bu Shinta diikuti ketiganya. "Kenapa gerak-gerik kalian berempat mencurigakan? Disaat sedang ramai disana, kalian memilih untuk menjauh," ucap Bu Shinta sedikit curiga dengan gelagat empat orang yang disebut-sebut sebagai most wanted di sekolah ini. Disitu sudah ada aku dan kedua orang tuaku menatap keempatnya. "A-nu..nggak kok, Bu. Kita males aja," terang Alex mencoba menghilangkan gugupnya. "Sya...jujur, apakah dari keempat lelaki ini ada pelakunya?" Tanya bu shinta lembut seraya mengusap puncak kepalaku. Aku benar-benar di ambang kematian. Alex langsung panik seketika disambung oleh Zafran, dan Andi. Lain dengan Fano yang masih datar tanpa ekspresi. Melihat ke empat lelaki di depanku, rasanya kakiku langsung lemas. Aku bingung, apalagi ketika mata Alex menatap tajam ke arahku seperti melayangkan tatapan mengancam seolah-olah mengatakan bahwa “awas lo ngomong”. "Sya...sayang...tolong jawab. Ibu minta tolong sama kamu, tatapan kamu seperti mengarah pada salah satu dari keempat lelaki ini. Nggak apa-apa jujur aja, siapa yang membuatmu hamil, Sayang." Aku sudah berderai air mata, mungkin sebentar lagi air mataku akan habis. Bu Shinta begitu lembut padaku. Kenapa Ibu dan Ayahku tidak? Pertanyaan itu terus memutar dikepalaku. Didepan keempat lelaki itu...aku terdiam seribu bahasa masih belum mengeluarkan suara. "Jangan membuang waktu, Sya! Jujur saja, di salah satu dari keempat anak ini ada tidak pelakunya?!" Itu suara Ibuku, dan... PLAKKKK Tamparan kembali mendarat di pipiku dan bu Shinta dengan sigap langsung membawaku untuk menjauh dari Ibuku. "Bu..tenang dulu," pinta bu Shinta. Dengan refleks aku mengangguk membuat semua orang langsung terkejut dan menutup mulut mereka rapat-rapat. Bayangkan, DARI KE EMPAT MOST WANTED SEKOLAH! "Benarkah?!!" Itu suara Ibuku yang terlihat sangat terkejut. "LO BOHONG! JANGAN NUDUH SEMBARANGAN CEWEK KAMPUNG!" Pekik Alex tidak terima. "Apa kau bilang?! Cewek kampung?!" Saat Ayahku hendak melayangkan tinjuannya keburu ditahan oleh guru-guru yang sudah setia disana. "Gini aja. Sebaiknya kita bicarakan ini diruang guru. Agar semuanya lebih rahasia dan tidak ditempat umum seperti ini," tutur bu Shinta finalnya, lalu keempatnya dibawa keruang guru dan yang bersangkutan. Sebenarnya tidak seharusnya ibuku melakukan ini. Begitu dibesar besarkan dan membuatku kehilangan harga diriku. Saat didalam, aku benar-benar didesak abis-abisan oleh Ayahku. Ayahku terus menyuruh agar aku bersuara, nyatanya aku benar-benar tidak sanggup untuk mengungkapkannya lewat kata-kata. "Sakitt...Yah...sakit..." lirihku saat rambutku ditarik. "Pak! Sudah!" Sergah Bu Fitri guru Biologi di sekolahku. "Katakan, Sya!" Ucap Ayahku yang sudah jengah dengan diamku. Aku menatap Alex. Kenapa begitu sulit menyebutkan namanya. Batinku terpekik. "Sya, sebaiknya kamu jawab sekarang. Kamu sudah membuang waktu para guru disini," ungkap bu Shinta lembut. Mendengar itu aku langsung terdiam sejenak. Benar, aku memang sudah membuang waktu semua orang. Manusia tidak berguna sepertiku selalu saja buat susah. Dengan perasaan berkecamuk, aku menghela nafasku pelan sudah mulai pasrah dengan semuanya dan segala konsekuensinya. Lalu aku memejamkan mataku seraya menunjuk siapa orangnya. Aku sudah memastikan bahwa arahnya menunjuk ke Alex. Aku sudah tidak peduli Alex akan mengamuk atau bahkan yang lebih parah mengelak sembari terus mengeluarkan segala sanggahannya, aku sudah tidak peduli. Dan sekarang aku masih enggan membuka mata. Tetapi entah dorongan dari mana, aku mulai membuka mataku perlahan untuk menyaksikan segalanya. Saat aku membuka mataku, betapa terkejutnya aku saat telunjuk itu tidak berada diarah yang tepat. Telunjukku mengarah pada lelaki disamping Alex. Lelaki itu terlihat lebih tegas dan tampan dari Alex. Ok, lupakan! Yang jelas, lelaki itu terdiam dan menatapku dengan sorot yang aku sendiri tidak mengerti. Cobaan macam apa ini tuhan... Aku yang hendak menjelaskan bahwa ini kesalahan, namun aku langsung mengurungkan niatku saat ayahku mulai menghampiri lelaki itu. Saat itu juga Ayahku langsung memukuli lelaki itu dengan emosi yang sudah tertahan sedari tadi, seketika aku langsung tersentak, nafasku pun tercekat, kenapa ini terjadi padaku? Alex terdiam seribu bahasa, dia tidak percaya bahwa temannya yang akan terkena imbas dari kelakuan bejadnya. Sedangkan lelaki itu hanya diam dan menerima pukulan bertubi-tubi dari aAyahku tanpa membalas. Aku tidak menyangka bahwa teman Alexlah yang terkena kesalahpahaman ini. Dan parahnya, aku tidak tahu siapa namanya. "KAMU HARUS TANGGUNG JAWAB! Panggil orang tuamu!" Tegas Ayahku lalu mengajakku untuk segera pulang dan menyelesaikan semuanya. Aku menatap lelaki itu dengan rasa bersalah. Kenapa aku bodoh sekali....              
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD