PART 1 - I HATE MONDAY

1232 Words
IKHLASKU DALAM DUKA PART 1 - I Hate Monday! Biasa itu akan diucapkan  oleh pelajar atau karyawan yang terlalu lama libur panjang. Karena kebiasaan umat manusia, jika libur itu identik dengan leha-leha, tidur malam bangun kesiangan. Jadi jika liburan usai mereka kalangkabut menghadapi hari senin, hari  pertama beraktivitas. Tapi buat seorang gadis bernama Kinanti, berbeda lagi. Karena setiap hari senin berarti ia akan bangun kesiangan tanpa seorangpun yang berniat membangunkannya. Bunyi alarm yang ia pasang nyatanya tak membuat matanya terbuka. Walau sebenarnya ia akui ia sempat terbangun, namun yang ia lakukan justru mematikan kembali alarm handphonenya dan kembali meringkuk dibalik selimut. Dalam hati ia bicara, aku hanya tidur sebentar lagi saja. Begitu setengah jam alarm berbunyi kembali ia melakukan hal yang sama. Hingga alarm terakhir yang ia set menimbulkan bunyi senyaring-nyaringnya. Baru ia sadar ia sudah kesiangan. Dan jika itu terjadi, maka ia segera bangkit  menuju kamar mandi. Tak butuh waktu lama  merias wajahnya, agar tidak telat masuk kerja. Tika, teman kantornya sekaligus teman satu kostnya kalau hari senin akan langsung berangkat dari kota Bekasi, rumah orang tuanya. Karena Tika setiap sabtu pasti akan pulang ke Bekasi, meninggalkan Kinanti seorang diri di dalam rumah kost. Jadi ketika senin mereka bertemu di kantor. Dan hasil dari kegiatannya yang selalu kesiangan, ia kini berjibaku dengan kemacetan. “Hadeh pake acara macet lagi,” keluhnya.  Harusnya ia tahu jika Jakarta identik dengan macet. Jadi percuma mengeluh. Salahkan dirinya yang semalam sulit terlelap, karena minum segelas kopi. Hanya segelas kopi yang membawa ia pada suatu keadaan yang ia sesali kali ini. Sudah telat hampir setengah jam! Biasanya ia tidak setelat ini. Telat yang masih dapat toleransi berjarak lima hingga lima belas menit dari jam kantor. Terbayang ocehan Mba Mia, kepala Divisi dikantornya. Kegemarannya membaca Novel yang  gratisan disalah satu aplikasi online yang membuat ia nekad meminum kopi, padahal jelas  sudah memasuki jam makan malam. Lagipula tanggung jika harus berhenti baca novel saat sedang asyiknya membaca. Apalagi jika novel itu berisi kisah romantis. Paling tidak, bisa membuat hidupnya melupakan kisah sedih yang kerap menyapanya. Dengan membaca ia merasa berada dalam dunianya sendiri. Yang kadang sering membuat sahabatnya Tika geleng kepala, karena Tika tidak suka membaca novel seperti itu. Tentu saja  Tika tak akan tahu dimana nikmatnya membaca kisah romantis. Bahkan terkadang Kinanti harus menitikkan air mata jika kisah itu menyedihkan. Kinanti rela merogoh kocek jika Novel yang ia sukai sudah beredar dipasaran. Tahu apa komentar Tika? “Ya ampun Kinan, mau nangis aja harus baca buku setebal ini? Mending kamu tangisi tuh ayam tetangga yang hilang kemaren. Kasihan yang punya nyari terus tapi gak ketemu juga. Kira-kira kemana tuh ayam ya?” “Salahnya yang punya, harusnya sebelum dia lepas tuh ayam, suruh ayamnya hapalin dulu alamat rumahnya.” Kinanti hanya bisa menekuk wajah masam jika Tika kerap mengganggunya. Tapi aslinya mereka saling sayang. Alhasil karena kegiatannya membaca novel online, membuat Kinanti sulit memejamkan mata. Hingga pukul tiga dini hari,   terakhir ia membolak balik tubuhnya dikasur, sebelum lelap yang sesungguhnya menghantar kedunia mimpi. Ojek online yang membawanya berusaha menyalip beberapa mobil dihadapannya. Sesekali Kinanti melirik ke jam tangannya. Sementara getaran dalam tasnya terus terasa. Pasti Tika yang kerap menghubunginya. Kenapa gak dari pagi dia bangunkan, pasti Tika berangkat pagi sekali dari Bekasi mengingat jam masuk kerja pukul delapan pagi. Kebiasaan, sudah tahu punya teman sekost kebluknya  full, gak ada niat amat membangunkan. “Pak bisa lebih cepat gak, saya dah telat banget nih,” pinta Kinanti pada kang ojek. Padahal ia tahu kang ojek sudah berusaha menyalip sana-sini. Gak apakan tetap memberi semangat. “Iya neng, ini abang lagi berusaha.” Untung Kinanti gak bisa melihat wajah kang Ojek didepannya, jadi ia santai saja. Intinya sejak awal naik ia sudah bilang supaya kang Ojek ngebut. Padahal ia tahu kondisi jalan dijakarta yang selalu padat merayap. Akhirnya Kinanti bernapas lega, sampai juga ia didepan gedung bertingkat, gedung perkantoran tempatnya bekerja. Baru saja ojek onlinenya berhenti, terdengar klakson dari belakang. Upss rupanya ojek yang Kinanti tumpangi menghalangi sebuah mobil masuk. Gak sabaran sekali. Bahkan Kinanti harus mengangkat tangannya supaya pengendarai mobil honda CRV abu metalik itu mau bersabar. Ternyata ia yang salah karena turun disembarang tempat. Gak apalah, toh gak bakal lama. “Mas, maaf dong, helmnya macet,” pinta Kinanti pada abang  ojek online. Kebiasaannya satu lagi, sering susah mencopot helm yang ia kenakan. Mengapa semua helm rata-rata macet pas akan dilepas ya? Atau ia saja yang tidak bisa melepasnya? Padahal setiap hari nyaris menggunakan helm, namun selalu diterpa kesulitan yang sama. “Oh maaf ya mba.” Pengendara ojek online membantu melepaskan helm yang dipakai gadis mungil itu. “Jangan lupa bintang lima ya mba,” ucap mas pengendara ojek online. “Oke mas, aku pasti kasih bintang lima,” janji Kinanti. Karena buat Kinanti itu sebagai ucapan terima kasih dia karena mas ini sudah membawa dia selamat sampai tujuan. Apa susahnya menekan bintang lima. Tinggal sentuh layar di aplikasi,  beres bukan? Syukur-syukur kasih tip dikit. Bukankah sebagai manusia kita harus saling berbagi, meski dimulai dengan hal yang terkecil? Lalu setelah mengucapkan terima kasih, Kinanti berlari kedalam gedung. Tak lupa menyapa pak Satpam dan mba receptionist yang sudah ia kenal. Sambil melangkah cepat  menuju lift Kinanti membuka tasnya mengambil telphone selularnya. Getaran di dalam tasnya makin hebat. Sebaiknya ia lihat dulu pesan yang masuk, barangkali penting. Benarkan? Sepuluh panggilan masuk dari Tika. Ia segera melihat chatt yang masuk dan membacanya. Seketika senyumnya terbit. Tika : Gue tahu lo telat. Cuma mau kasih tahu, Mba Mia sedang meeting dilantai lima, jadi selow aja. Gak usah terburu-buru. Okey. Kinanti menghela napasnya. Syukurlah, biasa kalau meeting begini kepala bagian divisinya bisa amat sangat lama. Jadi ia segera mencari toilet membenarkan riasannya yang berantakan. Belum lagi rambutnya yang sembraut tertiup angin. Nasib jadi pegawai rendahan ya begini. Beruntung toilet sepi, mungkin karena semua karyawan sudah sibuk diruangan masing-masing. *** Sementara itu sesosok tubuh yang baru saja memarkirkan mobil CRV abu metaliknya segera memasuki lobby. Sesosok lelaki berpenampilan rapi sambil menenteng sebuah tas ditangan, dan mengenakan kaca mata berlensa tipis. Hari ini pertama kalinya ia pindah ke gedung baru, namun sudah terlambat. Bagus. Ia lupa jika ini Jakarta, kota besar yang kemacetannya terkenal. Ditambah lagi didepan tadi ada pengendara ojek online yang menurunkan sembarang penumpangnya. Nanti jika ia sudah menjadi karyawan senior disini, ia akan mengusulkan supaya pengendara ojek tidak asal menurunkan penumpang. *** Kinanti baru saja selesai memperbaiki riasannya. Ia melihat sekali lagi ke arah cermin. Sudah tidak ada lagi tampilan berantakan. Ia segera melangkah menuju lift, tepat saat lift hendak tertutup. “Tunggu,” teriaknya setengah berlari. Lelaki berkacamata yang didalam lift segera menahan pintu lift. Kinanti segera masuk dan ternyata hanya berisi dirinya dan lelaki berkaca mata itu. “Terima kasih,” sapa Kinanti ramah. Lalu ia melihat tombol lift menyala untuk angka lima. Kinanti segera menekan angka tiga. Lantai tempatnya bekerja. Lalu pintu lift tertutup dan sepi terasa hingga lift membawa mereka naik keatas. Kinanti sempat melirik ke samping, dan bertemu mata dengan sosok berkaca mata. Ia menyunggingkan senyumnya sedikit. Gak apa pagi-pagi menebar senyum, asal jangan tebar pesona. Ternyata senyumnya dibalas oleh lelaki berkaca mata itu. Sementara lelaki disampingnya meneliti dari pantulan kaca didalam lift. Ini gadis yang tadi turun dari ojek itukan? Apa dia karyawan di gedung ini? Cantik juga. Hingga tiba dilantai tiga,  Kinanti keluar dari lift menuju ruangannya. Ruangan divisi keuangan. JUDUL : IKHLASKU  DALAM DUKA. PEN NAME : HERNI RAFAEL. https://m.dreame.com/novel/eTIWKIEgpLQvEEjKfAMkIg==.html
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD