three

1521 Words
Auryn menulis laporan di meja kerjanya di IGD, hari ini ia dinas siang sedangkan Vania dan Zelina dinas pagi dan sudah pulang, jam sudah menunjukkan hampir pukul 11 malam dan sudah waktunya Auryn pulang. Ia berjalan di lorong rumah sakit dan menuju ruang lockernya untuk mengambil tas tangannya, kemudian kembali meninggalkan ruang locker menuju area parkir. "Pulang dokter Auryn," sapa seorang security.       "Iya, mari pak," Auryn masuk dalam mobil dan melajukan mobilnya keluar dari rumah sakit. Jalanan sudah mulai lengang walau masih ada mobil yang berlalu lalang, Auryn mengemudi dengan kecepatan sedang dengan mendengarkan musik favoritnya. Namun saat ia berada di jalanan yang sepi ia memperlambat laju mobilnya saat ia lihat seperti ada keributan tak jauh didepannya. Auryn menghentikan mobilnya dan melihat apa yang sedang terjadi.      Sebuah mobil dihadang mobil lainnya, dan seseorang sedang dikeroyok oleh 3 orang lainnya, sepertinya pria yang dikeroyok itu mahir bela diri karena ia dengan mudah bisa mengatasi ke 3 orang yang menyerangnya hingga ketiganya tersungkur. Tiga orang yang tersungkur itu kembali bangkit dan menyerang kali ini salah satu orang itu mengeluarkan pisau dari balik bajunya dan menyabetkan pada pria itu dan mengenai lengan kanannya, kemudian mereka lari ke dalan mobil dan kabur.          Auryn melihat darah mengucur dari lengan pria itu, ia yakin pisau itu mengenai pembuluh darah arteri sehingga darah mengalir deras, ia tidak bisa membiarkan hal itu karena jika darah mengalir terus pria itu akan kehilangan banyak darah dan mengancam jiwanya. Auryn mematikan mesin mobilnya dan bergegas turun dari mobil dan berlari menuju pria yang memegangi tangannya yang terluka. Namun ia menghentikan langkahnya, ia kembali menuju mobilnya untuk mengambil peralatan kedokteran di mobilnya. Jika membawa pria itu ke rumah sakit akan terlambat, ia harus menangani ditempat ini juga.           Ia kembali berlari sudah dengan membawa peralatan dan perlengkapan kedokterannya mendekati pria itu. Pria itu terduduk bersandar di mobilnya, wajahnya sudah pucat karena banyak darah yang keluar dari lengannya, Auryn berlutut di depan pria itu namun Auryn terhenyak melihat siapa yang ada didepannya.    "Dokter Ryu...?!!" pekiknya terkejut.      "Kamu...??" "Dokter Ryu jangan banyak bicara dulu." dengan cekatan Auryn menyobek lengan kemeja Ryu untuk memudahkan dirinya melakukan penanganan pada luka sobek lengan Ryu, untungnya Auryn selalu membawa peralatan lengkap di mobilnya.             Dengan cepat ia menghentikan pendarahan di tangan Ryu dan menjahit lukanya. Ryu kehilangan banyak darah sehingga wajahnya pucat.        "Biar saya antar dokter Ryu pulang." ucap Auryn membantu Ryu berdiri, Auryn terdiam sejenak dengan mobil siapa ia mengantar Ryu pulang karena ia dan Ryu masing masing membawa mobil sendiri. "Tinggalkan saja mobil saya disini, biar nanti diambil oleh sopir."  "baiklah...," Auryn memapah Ryu menuju mobilnya yang tak jauh dari tempatnya tadi, setelah membantu Ryu masuk mobil ia kembali ke tempat semula mengambil peralatan medisnya.          Ia menjalankan mobilnya perlahan membelah jalanan dengan Ryu duduk disebelahnya dengan bersandar, Auryn yakin pasti badan Ryu lemas dan butuh infus.        "Kita ke rumah sakit aja ya dok, dokter Ryu terlihat lemah dan butuh infus."  "enggak..! Antar saya ke apartemen saya saja." "Tapi...." "Jangan banyak bicara."  Auryn mendengus kesal dengan ucapan Ryu tapi ia hanya diam saja.     "Apartemen Casablanca 707." "Apa....?" "apa harus saya ulangi?!" "Tidak...saya tahu tempatnya," jawab Auryn cepat.                 Ia melajukan mobilnya menuju apartemen Casablanca yang sudah tidak jauh lagi, ia memasukkan mobilnya ke area parkir basement. Ia membantu Ryu keluar dari mobil dan berjalan menuju lift, wangi tubuh Ryu yang maskulin menguar memenuhi indera penciumannya. Auryn tak heran jika Ryu seorang player, wajahnya tampannya yang diatas rata rata juga body atletisnya menarik setiap wanita untuk mendekat, bahkan dua sahabatnya juga berusaha menarik perhatian Ryu. Setelah sampai dilantai 7 dan berjalan di lorong apartemen sampailah di depan unit apartemen Ryu, Ryu mengeluarkan access card dari kantong celananya untuk membuka pintu dan masuk.        Auryn mendudukkan Ryu di sofa ruang tamu, ia edarkan pandangannya ke penjuru ruangan, apartemen Ryu sangat mewah, tentu saja karena ia seorang dokter spesialis apalagi ia juga anak pemilik RS health and health yang seorang milyuner dan memiliki saham diatas 60 persen di rumah sakit besar di Tokyo.        Kemewahan juga terlihat pada interior apartemen dengan sofa yang mewah dan hiasan guci antik di beberapa sudut apartemen, walau bergaya minimalis masih sangat terlihat kemewahannya.     "Ehem...." Suara deheman Ryu menyadarkan lamunan Auryn.        "Eh...maaf, saya permisi pulang," ucap Auryn menoleh sejenak pada Ryu kemudian berjalan keluar, namun baru beberapa langkah ia menghentikan langkahnya saat mendengar rintihan Ryu. "ouch...." Auryn membalikkan badannya dan melihat Ryu kesulitan ketika akan beranjak dari duduknya karena ia masih lemah, Auryn menghela nafas, ia tak bisa meninggalkan Ryu begitu saja dengan keadaan seperti itu apalagi Ryu tidak mau dibawa ke rumah sakit. Auryn melangkah mendekati Ryu dan membantunya.          "Dokter Ryu mau kemana? Biar saya bantu," ujar Auryn.          "Saya mau istirahat di kamar, mmm..., dan tolong jangan bilang siapapun tentang keadaan saya ini." "Iya."  Auryn membantu Ryu dengan memapahnya menuju kamar yang di tunjukkan oleh Ryu, ia membantu Ryu berbaring. Setelah tubuhnya berbaring Ryu segera memejamkan matanya karena ia merasa sangat pusing karena kehilangan banyak darah. Sedangkan Auryn bingung harus melakukan apa, ia melihat ada standing infus dalam kamar Ryu, itu berarti Ryu memiliki peralatan dan perlengkapan kedokteran di rumahnya. Ia segera mencari cari apa saja yang dimiliki Ryu, dalam kamar tidak ada apa apa hanya ranjang king size, lemari set dan sofa set. Ada pintu lain yang ia tebak pasti kamar mandi.         Ia keluar dari kamar dan mencari cari yang ia butuhkan, matanya tertumbuk pada sebuah lemari kaca yang didalamnya lengkap peralatan dan perlengkapan kedokteran, ada infus, jarum suntik dan beberapa obat obatan. Ia mendekati lemari kaca itu dan membukanya, ia mengambil beberapa items yang ia butuhkan dan kembali ke kamar Ryu.           Ia harus memasang infus pada Ryu dan memberikan suntikan, Ryu hanya bergerak sedikit tanpa membuka matanya saat Auryn memasang infus dan memberikan suntikan pada lengannya. Auryn berharap besok keadaan Ryu membaik tapi ia tak bisa meninggalkan Ryu sendiri karena saat infus habis ia harus melepasnya.      Akhirnya Auryn menunggu hingga infus Ryu habis, tepat pukul 1 pagi infus di tangan Ryu habis, dengan cekatan Auryn melepas infus, ia segera keluar dari apartemen Ryu dan pulang. Dalam perjalanan pulang ia berfikir kenapa harus dia yang menolong Ryu, kenapa bukan orang lain.    Auryn membelokkan mobilnya tepat saat mobil Alphard ayahnya juga akan masuk. Pintu gerbang terbuka kemudian mobilnya masuk terlebih dahulu, kemudian Alphard ayahnya juga masuk. Saat Auryn keluar dari mobilnya, papanya sudah berdiri di sebelah mobilnya.    "Jam berapa ini Auryn, bukankah kamu hari ini dinas siang dan pulang jam 11, kenapa jam 2 baru sampai rumah. Jakarta tidak semacet itu saat malam," tatap papa Auryn tajam.    "Auryn terkejut papa tahu jadwal kerja Auryn."  "Dari mana saja kamu?" "Nggak kemana mana," jawab Auryn cuek.     "Kamu itu anak perempuan, apa kata orang jika melihat kamu pulang pagi seperti ini?"  "oh..., sekarang papa perduli sama Auryn, buat apa Auryn pulang tepat waktu namun di rumah Auryn hanya sendirian. Buat apa pa?!, papa selalu sibuk pergi pagi pulang malam sama mama, meeting sana, gathering sini tanpa memperhatikan Auryn dan Ardan." "Kalian sudah dewasa dan memiliki kegiatan sendiri." "walaupun begitu Auryn juga ingin bisa dinner bersama, atau breakfast bersama pa." "Jangan kekanakan Auryn," papa Auryn berjalan meninggalkan Auryn yang masih berdiri di tempatnya.    Auryn menghela nafas, ia heran kenapa papanya selalu pulang pagi seperti ini, ia bahkan jarang bertemu papanya, bisa dihitung dengan jari ia bisa bertemu papanya dalam sebulan.     ~~~ ~~~ Ryu menggeliat dan membuka matanya, ia lihat matahari menerobos masuk dalam kamarnya, ia akan bangun saat ia rasakan sakit yang sangat di lengan kanannya, ia teringat apa yang membuatnya terluka seperti itu, tapi ia merasa tubuhnya tidak terlalu lemas, ia duduk perlahan dan bersandar di kepala ranjang. Ia lihat standing infus di sisi ranjangnya, dngan kantong infus yang sudah kosong. Ia tidak heran tubuhnya lebih segar, itu karena efek infus yang sudah masuk dalam tubuhnya, ia yakin Auryn yang memberikan infus padanya.       Ia mengambil ponsel di meja nakas, namun ia heran karena ada sebuah kantong yang beda berada di samping ponselnya. Jam ponselnya menunjukkan pukul 9 pagi, untungnya hari ini ia tidak ada jadwal praktek di poly spesialis jantung sehingga ia bisa beristirahat. Ia raih kantong di meja nakas dan membukanya yang ternyata adalah roti, perutnya memang sangat lapar. Ia segera membuka sebungkus roti dan memakannya.    "Wajahnya terlihat kaku namun ternyata baik juga," gumam Ryu, ia yakin Auryn yang menyiapkan roti tersebut untuknya. Ponsel Ryu berbunyi, Ryu kemudian menjawab panggilan itu. "Halo sayang...." "..........." "besok? Aku tidak bisa sayang." "........" "Lenganku terluka, ada yang menusukku dan aku harus istirahat beberapa hari, apakah kamu bisa kesini sayang?" "........." "Pemotretan di luar kota? Baiklah, I'll be fine, don't worry, bye," Ryu mengakhiri panggilan suara itu. Namun ia kemudian mendengar suara dering ponsel berbunyi namun bukan ponselnya.    "Suara ponsel siapa itu?" gumam Ryu heran, ia mengedarkan pandangannya dan melihat cahaya ponsel berkedip di bawah meja sofa set kamarnya. Ia beranjak dari ranjang menuju sofa set dan mengambil ponsel yang ada di bawah meja. Sebuah panggilan dari Ardan.    "Siapa Ardan? Ponsel siapa ini, apakah ponsel gadis itu?" Ryu hanya menatap layar ponsel yang menyala itu dan tak berniat menjawabnya. Ia berjalan kembali ke ranjang dan meletakkan ponsel di meja nakas.    Lynagabrielangga
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD