Episode 3 : Tunggakan Biaya Sekolah

1010 Words
Bab 3 Tunggakan biaya sekolah Cherry berjalan menuju gedung sekolahnya di *Clayton North primary school*. Lumayan dekat dengan tempatnya tinggal. Di Sydney para siswa hanya bisa bersekolah di tempat yang paling dekat jaraknya dengan rumah mereka. Kalau di Indonesia kini di sebut dengan *Zonasi*. Beruntung gerbang sekolah belum tertutup, Cherry masuk, dan menuju kelasnya. Seperti biasanya ia selalu meletakkan bekal makanannya di laci bawah mejanya. Cherry adalah murid yang terbilang baik dalam setiap mata pelajarannya. Ia selalu menangkap dengan cepat pelajaran yang diberikan oleh sang guru. Semua teman selalu berebut ingin menjadi teman gadis itu. Namun buka kehidupan namanya jika semua mencintai dan menerima seseorang. Tentu ada saja yang iri dan dengki dengan semua prestasi yang dicapai oleh Cherry. Sebagai anak yang berada di kalangan bawah, sudah pasti Cherry senang jika memiliki banyak teman. "Cherry, aku dengar tadi Miss Maria memanggil namamu," ujar Ester. Teman sebangku Cherry. "Benarkah? Kau tahu kenapa namaku di panggil? Apa akan ada perlombaan lagi?" sergah Cherry dengan semangat. Dia selalu terpilih jika ada momen-momen seperti perlombaan dan juga olimpiade matematika, sains dan semuanya. Cherry adalah andalan di kelasnya. "Entahlah, aku juga tidak tahu, masalah itu. Hust! Miss Maria, datang," bisik Ester, ketika mendapati Miss Maria telah berdiri di depan papan putih yang menempel di dinding, sebagai papan tulis. Mereka memulai pelajaran, tanpa ada yang berani membuka suaranya sebelum sang guru meminta. Pendidikan sekolah di Australia dimulai dari taman kanak-kanak atau preschool yang dilanjutkan dengan sekolah dasar hingga Year 6 atau 7. Setelah itu, pendidikan berlanjut ke sekolah menengah selama 3 sampai 4 tahun, mulai dari Year 7 atau 8 hingga Year 10. Setelah lulus sekolah menengah, pelajar akan melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas untuk Year 11 dan Year 12. Perlu diketahui, Australia tidak mengenal sistem akselerasi. Miss Maria mendekati Cherry yang tengah menikmati makan siangnya. Hanya bekal sederhana yang di siapkan oleh sang ayah. Hanya sepotong kue, serta buah apel yang telah tercuci dengan bersih, tidak lupa telur rebus dengan lembaran keju. Itu adalah bekal pertama yang dibuat oleh sang ayah, dan Cherry menyukai makanan itu. "Cherry, turut berduka atas meninggalnya Mama kamu, sayang." Miss Maria mengelus rambut Cherry. Ia sedikit iba dengan penampilan Cherry hari ini. Rambutnya tidak terkucir dengan benar. "Terima kasih, Miss." Cherry kembali melanjutkan makannya. "Cherry, ibu mau bilang sama kamu. Ada surat untuk ayahmu, sayang. Apa Cherry mau berjanji tidak membukanya dan memberikannya pada ayah?" ujar Miss Maria. Dia tahu betul bahwa Cherry anak yang cerdas sudah pasti dia akan tahu isi surat itu jika dia membukanya. "Memangnya apa itu Miss? Kenapa saya tidak boleh melihatnya?" tanya Cherry dengan polos. "Ini adalah urusan orang dewasa Cherry. Tugasmu hanya belajar dengan baik dan mencetak prestasi sebanyak mungkin," tutur Miss Maria. "Baiklah, Miss Maria, bisa mengandalkan saya," jawab Cherry, sembari mengunyah makan apel potong. Miss Maria memberikan sebuah amplop berwarna putih untuk Cherry. Dan gadis itupun memasukkan amplop itu kedalam tas. Ia kembali pada makan siangnya dan tersenyum manis pada sang guru. "Cherry, bisakah Miss– ehm–" Miss Maria ingin merapikan rambut Cherry, tapi dia tidak ingin membuat Cherry terluka hatinya. "Iya, Miss?" Cherry menoleh pada Miss Maria, matanya yang bersinar dengan indah. "Miss Maria, ingin merapikan rambut Cherry, boleh?" tanya sang guru pada muridnya. "Sure, Miss. Terima kasih," balas Cherry. Mereka mengobrol sejenak, hingga jam pelajaran kembali di mulai. Pukul tiga sore barulah kegiatan belajar mengajar itu usai. ---- Gadis kecil berusia sepuluh tahun itu berjalan dengan perlahan menuju Paddys Market, menyusul sang ayah yang masih menjaga kios hingga pukul enam petang. Cherry benar-benar penasaran apa isi amplop yang akan diberikan pada sang ayah. Sebelum menuju ke kios ia berbelok arah ke toilet umum. Anak cerdas pasti memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan itu yang terjadi pada Cherry saat ini. Ia masuk pada bilik pertama kamar mandi. Cherry duduk di atas closed yang tertutup rapat. Membuka tasnya dan membuka amplop berwarna putih tersebut. Dengan perlahan dia membaca dari atas hingga bawah. Yang ternyata isinya, uraian biaya yang belum terlunasi. Meski yang meninggal sang ibu, tapi tetap saja biasa sekolah terkadang membuat sebagian keluarga kebingungan untuk memenuhinya. Terlebih warga biasa seperti Chris. Dengan jelas Cherry melihat angka yang fantastis di sana. $60/ hari, adalah hal yang tidak mungkin bisa di bayarkan dengan jangka waktu yang di berikan pihak sekolah. Dan itu selama satu Minggu telah terlewati, itu artinya Chris harus membayar, sekitar $420 atau sekitar enam juta rupiah. Cherry menutup mulutnya, ia tidak percaya bahwa ternyata biaya sekolahnya sangat malah, di ACT. "Ayah, maafkan aku. Cherry rela berhenti sekolah dan membantu ayah bekerja," gumam Cherry. Gadis itu masih memegang kertas berstempel ACT. Cherry kembali memasukkan kertas itu kedalam amplop. Ia memasukkan di dalam tas, dan keluar dari toilet. Berjalan menuju kios paling ujung. Kios yang menjual sovenir khas Sydney. Cherry berjalan dengan riang, seperti tidak terjadi apapun pada anak itu. Senyumnya menghiasi wajahnya, mengulasnya pada setiap orang. Ramah, itulah yang terlintas dalam benak tiap orang yang berpapasan dengan Cherry. "Ayah!" teriak Cherry, ia berlari saat melihat sang ayah berdiri di dekat gantungan tas-tas kecil berbentuk kanguru. Chris merentangkan kedua tangannya dan menerima tubuh mungil Cherry. "Putri ayah sudah pulang rupanya." Chris menggendong Cherry dan berputar-putar tanda bahagia. "Yes, Sir. Ayah, aku ada sesuatu untuk ayah. Tadi, Miss Maria memberikannya padaku," tutur Cherry. "Benarkah? Mari kita lihat, apa isinya," ucap Chris sembari menurunkan tubuh Cherry kembali berpijak pada lantai. "Cherry akan masuk, sementara ayah membacanya. Cherry mendapat banyak tugas hari ini," terang gadis tersebut. Setelah memberikan amplop putih, ia masuk ke dalam kios terbuka itu. Chris tersenyum saat menerimanya, dan Cherry pun membalas senyuman sang ayah. Cherry duduk di sudut bawah meja. Matanya memerah, ia tidak sanggup melihat bagaimana sang ayah akan terkejut dengan apa yang tertulis di dalam kertas itu. Dan benar dugaan Cherry, Chris kini duduk di kursi dan menjambak rambutnya. Cherry menyesal arena telah memberikan surat itu pada ayahnya. Seharusnya dia menyimpannya selama satu Minggu, sampai batas waktu itu berakhir dan membiarkan dirinya dikeluarkan dari sekolah. Air mata bocah itu luruh, membasahi pipi. Cherry menghapusnya dan menghampiri sang ayah. Apa yang akan di katakan Cherry? TBC....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD