Grace Elizabeth

1181 Words
Grace Elizabeth, hanya itu. Tidak ada nama keluarga di belakangnya. Kecantikannya di dapatkan dari silsilah keluarga ayah kandungnya yang merupakan bangsawan di Eropa. Gadis itu memiliki manik mata berwarna biru kehijauan, rambutnya kuning kemerahan, kulitnya seindah batu pualam, bibirnya berwarna merah alami seolah menandakan itu memiliki cita rasa yang manis. Melepaskan nama keluarga yang melekat di belakang namanya adalah pilihan terbesar dalam hidupnya. Ibu yang melahirkan Grace hingga kini masih mendekam di dalam penjara bersama komplotannya. Di dunia ini yang Grace tahu, seekor singa tidak akan memangsa anaknya. Tetapi, berbeda dengan ibu kandung Grace. Wanita itu biadab, wanita itu sangat kejam. Sekejam Wilona, wanita yang membeli bayi Grace kemudian menukarnya dengan bayi Sidney Johanson. Grace Elizabeth Johanson, itu namanya dulu. Nama yang sangat indah, nama yang di berikan oleh kedua orang tua yang menyayangi Grace dengan penuh cinta kasih dan sayang selayaknya putri mereka sendiri. Namun, kedatangan putri asli keluarga Johanson membuat Grace merasa tertekan. Grace diam-diam beranggapan jika ia tetap berada di tengah-tengah keluarga itu ia khawatir akan cemburu kepada Sidney karena kasih sayang keluarga Johanson tentu saja akan terbagi kepada Sidney. Alexander Johanson dengan hati-hati kala itu mengatakan jika Grace memiliki kebebasan untuk memilih di mana ia akan tinggal dan memilih keluraganya. Grace mengerti, keluarga Johanson memberi tahu asal usul Grace bukan untuk mengusirnya dari tengah-tengah keluarga tetapi karena ia harus tahu jati diri yang sebenarnya. Grace adalah seorang keturunan keluarga bangsawan di Eropa, tidak buruk. Darah yang mengalir di nadinya adalah darah bangsawan, seharusnya Grace bangga. Sayangnya, ia hanya anak dari selingkuhan sang Duke dengan wanita yang tak berperasaan. Awalnya Grace lapang d**a menerima semua itu karena jelas terlihat keluarga angkatnya tidak ingin Grace menjauh dari mereka terutama Alexander Johanson. Ayah angkat Grace, pria itu sangat memanjakan Grace sejak kecil. Juga ibunya Prilly Johanson yang sikapnya tidak pernah berubah, tetap menyayangi Grace selayaknya putri kandungnya. Begitu juga dengan William, Leonel dan adik bungsunya Alexa. Sepertinya Sidney mengalami hal yang sama terhadap Grace, gadis itu lebih suka tinggal di kediaman neneknya Victoria Johanson. Hanya beberapa kali dalam seminggu Sidney datang dan menginap di kediaman orang tua kandungnya. Ia selalu beralasan tidak bisa berlama-lama tinggal di kediaman orang tua kandungnya karena tertarik mempelajari bisnis perhiasan bersama neneknya Sandra Smith, ibu dari Prilly Johanson. Sesungguhnya nasib mereka berdua sama-sama buruk karena Sidney di culik oleh Wilona dan di jadikan alat untuk menekan keluarga Johanson di masa lalu. Tetapi, cara berpikir Grace dan Sidney mungkin berbeda. Melihat Sidney yang seolah menghindarinya membuat Grace merasa ia tidak seharusnya berada di sana, Sidney yang lebih berhak atas semua yang Grace nikmati. Ia tidak berhak menikmati seluruh fasilitas dan kemewahan yang tidak seharusnya menjadi miliknya. Itu menurut pemikiran Grace. Satu bulan setelah Grace mengetahui siapa dirinya, ia memutuskan untuk kembali ke dalam keluarga kandungnya. Di sana ia memang memiliki ayah kandung, ia juga memiliki dua kakak laki-laki. Kedua kakak laki-lakinya sangat acuh pada Grace, di sana hanya ayah kandungnya yang ramah kepada Grace. Anggota keluarga lain selalu mengacuhkan Grace, ia tak ubahnya bagai sebuah bayangan di keluarga itu atau justru terkesan seperti udara yang tak terlihat. Mereka memperlakukan Grace dengan dingin. Terutama ibu tirinya, wanita itu sangat membenci Grace dengan terang-terangan. Grace mengerti mereka tidak bisa menerima kehadirannya begitu saja karena ia adalah anak yang dilahirkan dari hasil perselingkuhan ayah kandungnya dengan wanita iblis. Ya, Grace lebih senang memanggilnya dengan sebutan wanita iblis karena sifat ibunya itu tidak seperti manusia menurut Grace. Lelah dengan semuanya Grace memutuskan untuk tinggal di sebuah asrama yang disediakan oleh fakultas tempat ia menimba ilmu. Ia tidak ingin tinggal di sebuah bangunan yang lebih mirip dengan sebuah kastel, itu adalah tempat tinggal ayah kandungnya beserta keluarga resminya dan ia juga tidak mungkin kembali ke tengah-tengah keluarga Johanson. Kini Grace seperti seorang putri yang terbuang. Hidup sebatang kara, sungguh ironis. Dua tahun berlalu Grace tinggal di asrama, ia tidak sekali pun pernah kembali baik ke kediaman keluarga ayah kandungnya maupun ke kediaman keluarga Johanson. Awalnya saudaranya yang bernama William, Leonel serta Alexa selalu menemuinya setiap Minggu, begitu juga Prilly dan Alexander, kedua orang tua angkatnya. Mereka biasanya juga menghubungi Grace untuk menanyakan keadaanya juga mengirimkan barang-barang keperluan Grace. Tetapi, sejak Grace memutuskan melepas nama belakangnya semua berubah. Hanya Leonel dan Alexa yang masih sesekali mengunjunginya. Perlahan Grace menolak kunjungan Leonel dan Alexa dengan alasan ia tidak ada di kamar asrama setiap kali penjaga asrama meneleponnya. Ia merasa tidak nyaman dengan kebaikan keluarga Johanson. Grace mulai mencari pekerjaan sampingan untuk membiayai hidupnya sendiri, paling tidak ia harus bisa mandiri agar hidupnya tidak terlunta-lunta di usia muda. Semua yang Grace alami teramat pelik tetapi nyatanya keluarga Johanson tidak pernah melepaskannya begitu saja meski ia telah melepaskan nama Johanson. Keluarga Johanson tetap membayar seluruh keperluan Grace untuk pendidikannya hingga kelak ia meraih gelar sarjananya. Ia tidak perlu memikirkan uang saku dan biaya kehidupannya sehari-hari. Tetapi, harga diri Grace terlalu tinggi, ia tidak pernah lagi menyentuh uang dari keluarga Johanson. Grace menyimpannya dengan baik, suatu saat ia akan mengembalikan semua yang ia terima dari keluarga Johanson sebagai balas budi. Grace paham kenapa keluarga Johanson menjamin kehidupannya bukan semata-mata karena sayang tetapi jika Grace melakukan sesuatu yang mencoreng nama keluarga Johanson, keluarga itu pasti akan merasa tertampar. Mereka tentu saja harus menjaga nama baik mereka sendiri. Bagaimana jika anak adopsi keluarga Johanson tiba-tiba bekerja sebagai pelayan restoran? Konyol bukan? Mereka pasti tidak ingin di jadikan bahan gosip oleh publik yang gemar mencari informasi tentang keluarga para kalangan atas. Grace menyeret langkah kakinya menyusuri koridor bangunan fakultas, hari ini ia benar-benar tidak mampu berkonsentrasi untuk menerima pelajaran. Besok lusa ia akan mulai magang di Johanson Corporation. Satu-satunya harapan Grace adalah perusahaan yang menjadi tempat magangnya dipegang oleh orang lain bukan oleh Alexander Johanson ayah angkatnya. Meski di dalam benaknya ia sangat merindukan kedua orang tua angkatnya itu tetapi kecemburuannya kepada Sidney membuatnya merasa harus terus menjauh. Jujur saja Grace merasakan rasa sakit harus terpisah dari keluarga angkatnya. Memikirkan semua itu membuatnya merasa begitu lelah, ia lebih baik kembali ke asrama untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya yang kacau. *** Grace duduk di sofa sambi memejamkan matanya, besok ia akan mulai magang di perusahaan milik Johanson Corporation. Perusahaan itu sangat besar, seharusnya tidak mungkin kan anak magang bertemu CEO? Mengingat seorang CEO pasti sangat sibuk, tidak akan ada waktu mengurusi hal-hal kecil seperti siapa yang magang di perusahaannya. "Wajahmu seperti orang yang akan menaiki tiang gantungan," ucap Aida sambil melemparkan sebungkus masker ke pangkuan Grace membuat gadis itu perlahan membuka matanya. "Aplikasikan masker itu ke wajahmu, besok kita harus tampil cantik di hari pertama kita magang," kata Aida penuh percaya diri, pendar di matanya tampak berkilat. Dengan gerakan malas Grace merobek kemasan masker menarik isinya kemudian menempelkan kertas putih yang bergambar topeng ke wajahnya. Ia kembali memejamkan matanya tanpa membuka mulutnya. Sekarang Grace benar-benar merindukan William, Leonel, Alexa dan Sidney. Ia merindukan semua anak-anak di keluarga Johanson yang hangat. Rasanya Grace ingin menangis karena menyesali perbuatannya meninggalkan keluarga Johanson yang menyenangkan dan dengan bodohnya kembali ke dalam keluarga ayah kandungnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD