bc

Pernikahan 60 Hari

book_age16+
323
FOLLOW
1.2K
READ
contract marriage
family
love after marriage
aloof
drama
bxg
humorous
city
lonely
tricky
like
intro-logo
Blurb

“Bagaimana jika orang yang kamu kagumi dan cintai diam-diam ternyata calon papa tirimu?”

Hal itu yang dirasakan Anggun.

Anggun memiliki ibu yang masih muda, bernama Rose. Berusia tiga puluh tujuh tahun, sangat cantik dan menjadi primadona di Kota kecil, tempat tinggalnya. Tapi kecantikan ibunya justru membuat Anggun merasa tersudut. Karena semua orang selalu membandingkan dirinya dengan ibunya yang cantik itu.

Semua rasa ketidakpuasan Anggun berpuncak saat ia mengetahui jika Daniel, pria yang dipuja-puja dan dicintainya diam-diam adalah kekasih Rose, ibunya.

Bahkan, kemungkinan akan menjadi calon Papi tirinya.

Kemudian takdir mempertemukan Anggun dengan Dimas, salah satu pengagum Rose. Dia membenci hubungan Daniel dan Rose. Berniat memisahkan mereka.

Anggun dan Dimas pun sepakat untuk menjalin pernikahan palsu selama 60 hari untuk memanas-manasi Rose dan Daniel. “Jika Mami bisa memiliki Daniel. Maka aku akan menikahi pria yang lebih tampan dari dia!” sumpah Anggun pada dirinya sendiri.

Yang ternyata hanya mampu terealisasi dengan pernikahan palsu dengan Dimas.

Lalu semakin bergulirnya waktu, tanpa disadari Anggun mencintai Dimas sungguhan. Akan tetapi Dimas masih tetap menganggumi Rose. Akankah suatu saat Dimas bisa mencintai Anggun? Atau Dimas tetap pada niat awalnya untuk merebut Rose dari Daniel?

~ “Aku lebih suka wanita dewasa dari pada yang kekanak-kanakan sepertimu!” seru Dimas Prasetyo pada Anggun. ~

Cerita ini bergenre romance komedi dan juga mengandung kebucinan yang hakiki.

chap-preview
Free preview
Prolog
Harum parfum terhirup di ujung indera penciuman Anggun di pagi hari seperti biasa. Seseorang memakai parfum, membuat cuping hidungnya terasa gatal. Telinganya pun sudah mendengar suara merdu yang memanggil-manggil namanya. “Anggun ... cepet bangun sayaaaaang ...! Anak gadis tidak boleh malas dan mandi siang!” Suara manja serak-serak basah menggema di seluruh rumah bergaya minimalis moderen yang tidak terlalu besar. Cukup sederhana. Namun indah dan nyaman ditinggali untuk dua orang wanita lajang. Rosmiati, atau biasa yang sering dipanggil Rose itu terus memanggil nama Anggun. Hingga Anggun yang masih betah terbaring di atas kasur merasa risih. “Anggun! Kamu engga masuk kerja hari ini?” tanya Rose dengan suara sedikit meninggi. “Hm ....” Anggun hanya berguman sambil sedikit membuka kedua matanya. Ia melihat Rose menyembulkan kepalanya di balik mulut pintu. “Kamu engga kerja hari ini?” tanya Rose lagi. “Kalau hari ini kamu sedang libur kerja. Siang ini temani Mami ke Mall yuk!” Wajah Rose terlihat berbinar saat mengajak putrinya. Rasanya seperti sudah berabad-abad lamanya ia dan Anggun tidak jalan-jalan berdua menikmati waktu bersama. Semenjak Anggun sudah beranjak remaja. Sejak itulah Anggun sudah mulai tidak ingin bersama Rose lagi saat berpergian. Hari-hari Anggun pun lebih banyak dihabiskan bersama teman-temannya dan juga di dalam kamar pribadinya. Hanya untuk menyendiri. Mendengar ajakan Rose, maminya itu. Anggun langsung membuka kelopak matanya lebar-lebar. “Tidak. Hari ini aku kerja!” jawabnya berbohong. “Ayo dong Gun ... temani Mami,” kata Rose sambil setengah merengek. Ia menarik-narik lengan Anggun. Anggun mendengus kesal dan kemudian menenggelamkan seluruh wajahnya di dalam empuknya bantal. “Mami tahu hari ini kamu kan libur,” kata Rose lagi. “Tapi aku lagi ada janji sama Nita, Mam ...,” sahut Anggun dari dalam bantal yang menutupi wajahnya. Anggun kesal dengan sikap Rose. Terkadang merengek seperi anak kecil. Belum terkadang gayanya bak anak remaja. Anggun risih dan kesal dengan semua itu. Saat-saat ini pun menjadi hal yang membingungkan, siapa yang menjadi status anak di sini? “Kamu mau jalan-jalan sama Nita?” tanya Rose dengan sepasang mata berbinar. “Iya,” jawab Anggun sambil membalikan posisinya yang tadi tengkurap kini terlentang. “Memang kenapa? Jangan katakan kalo Mami ingin ikut!” Rose mengerutkan dahinya. “Loh kok kamu gitu sih ...? Memang engga boleh mami ikut?” Anggun tidak mau menjawab. “Pokoknya mami pengen ikut sama kamu dan Nita jalan-jalan,” kata Rose sambil menyibakkan rambutnya yang panjang dan bergelombang indah ke samping. Dan saat Rose menyibakkan rambutnya ke samping, aroma bunga yang harum berhembus. Anggun melirik ke arah Rose. Maminya yang sudah berumur tiga puluh delapan tahun. Namun masih sangat cantik dan terlihat muda. Jika Rose ikut dengannya dan Nita. Haduh, bisa-bisa cari gebetan nanti gagal total. Dan parahnya ia akan menjadi jomblo seumur hidup karena kalah saing dengan Maminya. Semua mata pria memandang dan terkesima jika melihat Rose. Keberadaannya akan menjadi bagai remehan bubuk rangginang jika bersama Rose yang cantik. Terakhir kali kejadian yang menyebalkan pernah terjadi saat kelulusan SMA. Anggun hadir di pesta kelulusan bersama Rose. Dan sialnya semua mata memandangi Rose. Bahkan para cowok anggota klub basket mengatakan Rose sangat cantik seperti bidadari jatuh dari khayangan. Tapi anehnya kenapa Anggun sebagai putrinya tidak mirip sama sekali? ‘Mamimu itu tidak pantas sebagai ibumu. Dia pantasnya jadi kakakmu, Gun!’ ‘Kenapa Mamimu bagai seorang putri keraton tapi kamu anaknya kek kertas karton?’ timpal salah satu kawan Anggun saat itu. Celoteh-coletahan yang hanya berdasar kekaguman dan juga candaan, justru membuat Anggun merasa trauma. Beberapa kali hatinya takut, bagaimana jika suatu saat kelak pria yang ia cintai justru mencintai Maminya? Anggun menggelengkan kepalanya cepat. Mengusir banyak tanya yang belum tentu benar yang selalu muncul di hatinya. “Mami ikut ya ...? Bosen nih di rumah aja,” kata Rose yang masih belum menyerah untuk di ajak hang out oleh putrinya itu. Anggun masih belum menjawab. Ia melirik ke arah Rose yang sudah mandi dan wangi juga komplit dengan polesan lipstik berwarna peach. Sedangkan dirinya sendiri belum mandi di jam sepuluh pagi. “Mami ikut ya ...,” kata Rose sekali lagi. “Terus yang jaga salon mami siapa?” tanya Anggun. “Salon bisa tutup lah ...,” jawab Rose sambil tersenyum simpul dan sebelah alisnya terangkat sedikit ke atas. Anggun diam sejenak. Setelah mengatupkan bibir dan ingin mengatakan jika ia sama sekali tidak ingin Maminya mengganggu hari libur kerjanya, tiba-tiba ponsel Rose berdering. Sepasang mata Anggun dan Rose langsung melihat ke arah sumber suara. Ponsel Rose yang berwarna orange sunkish itu berdering dan bergetar. Rose langsung menyambar ponsel miliknya dan membaca nama di layar ponsel dengan wajah berbinar. Melihat wajah Rose berbahagia seperti itu, membuat Anggun kepo dan melirik ke arah layar ponsel untuk ikut membaca nama yang tertulis di layar. Tapi Rose buru-buru memiringkan ponselnya agar Anggun tidak dapat membaca tulisan nama di sana. Seketika Rose langsung beranjak dari duduk. Melupakan dengan cepat rengekan yang dimintanya tadi pada Anggun. Dan kini ia sedang berbicara dengan seseorang yang menelponnya sambil berjalan menjauh. Sebelah alis Anggun naik ke atas sambil mencibir saat Rose bergegas meninggalkan kamarnya. “Hm ... Pria mana lagi yang terperangkap jaring kamu, Rose ...,” gumannya sebal.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook