bab 2 kabar buruk

1318 Words
Alea sedang berbelanja di sebuah swalayan terbesar di kotanya, kebetulan swalayan itu sedang mengadakan promo besar-besaran. Mulai dari sembakau, pakaian, alat rumah tangga hingga alat elektronik, semua kena diskon mulai 50% sampai 70%. Troli belanjaan nya sudah hampir penuh dengan bahan-bahan kebutuhan pokok, seperti beras, buah, daging, minyak dan masih banyak yang lainnya lagi. Alea juga membeli perabotan dapur seperti piring dan cangkir yang kebetulan sangat cantik dengan beraneka model dan warna, ya Alea sangat menyukainya, meski dulu sebenarnya Alea tidak terlalu pintar memasak tapi karna tekad untuk menyenangkan suaminya, Alea terus belajar memasak baik itu secara langsung dari ibu dan ibu mertuanya, bahkan Alea juga tak segan-segan belajar tutorial masak langsung dari YouTube. Masakan Alea jauh dari kata orang yang tidak bisa memasak, bahkan ibu mertuanya sangat menyukai masakan menantunya itu, meski sibuk menantunya itu selalu sempat untuk memasak, bahkan sesekali Alea juga sengaja memasak untuk ibu mertuanya, bukan untuk cari muka atau cari perhatian tapi Alea memang selalu seperti itu meski dulu sebelum ia resmi menjadi istri dari Reyhan Fadila, ia memang sering berkunjung ke rumah calon mertuanya, dan jauh sebelum mereka menikah ibu mertuanya sudah tau jika Alea tidak bisa memasak, tapi ia tidak pernah keberatan karna sejatinya seorang istri akan mulai beradaptasi dengan semua keluarga suaminya ketika dia sudah menikah. Hari itu belanjaan Alea cukup banyak, sampai ia harus meminta bantuan salah satu Karyawan swalayan itu untuk menolongnya membawa semua barang belanjaannya. Tak sengaja seseorang menabrak Alea sehingga tas belanjaan yang dia bawa sampai terjatuh di lantai dan beberapa buah-buahan yang di dalam tas belanjaan sampe terpental beberapa biji. "Maaf , maaf ," ucap pemuda itu sambil berjongkok membantu memungut tas belanjaan yang terjatuh di tangan Alea. "Alea,,, astaga Alea, apa ini beneran kamu," tanya pemuda yang tidak lain adalah Dimas , pemuda dari masa lalu Alea , yang pernah sangat mencintai Alea, dan tentu saja saat itu juga Alea begitu mencintai pemuda tampan dengan lesung pipi di kedua pipinya itu. "Hey, " hanya itu yang Alea ucap untuk keterkejutannya bertemu dengan mantan kekasihnya. Kekasih yang pernah sangat mencintai Alea namun terhalang perbedaan agama. Dimas akhirnya membantu membawa seluruh belanjaan Alea sampai masuk ke dalam mobilnya. "Boleh kah aku mentraktir mu kopi, sungguh aku hanya ingin bertukar kabar denganmu," tanya Dimas dengan sangat halus tanpa mengurangi kesopanannya, walau bagaimanapun Dimas tau jika Alea sudah menikah, meski ia tidak pernah tau wajah suami dari mantan kekasihnya itu. "Hanya minum kopi, oke," jawab Alea dengan senyum ramahnya "Oke," Dimas menjawab dengan mengangkat tangan kananya ke pelipis seperti gerakan hormat Lalu keduanya masuk ke kafe tidak jauh dari swalayan tersebut, setelahnya memesan kopi beserta cemilan khas kafe itu. "Jadi bagaimana kabar mu? Aku dengar kamu sudah menikah dengan seorang dokter?" Tanya Dimas mengawali percakapan di antara meraka. "Ya, namanya Reyhan dia laki-laki yang sangat baik dan tentunya tampan," jawab Alea menyanjung suaminya. Ya walau bagaimanapun seorang istri akan tetap memuja suaminya, walaupun sang suami terkadang tidak setampan dewa rama, tapi suami akan tetap menjadi laki-laki terbaik di mata istri nya karna begitu hakikat cinta seorang istri. "Aku senang mendengarnya," ucap Dimas tulus akan kata-kata nya, ia sudah bisa merelakan Alea dan memilih tetap menjadi sahabatnya wanita itu. "Jadi bagaimana denganmu, apa kau sudah menemukan tambatan hatimu?" Tanya Alea lagi. "Ya begitulah, walau bagaimanapun aku harus tetap melanjutkan hidupku bukan? , meski tanpa cinta yang sesungguhnya, tapi aku tatap berusaha untuk menjadi yang terbaik untuknya." Jawab Dimas , terdengar nada kecewa di suaranya. "Jangan begitu Dim, kamu cuma butuh waktu dan aku berharap dia adalah yang terbaik untukmu," suara Alea nyaris seperti doa, dan Dimas mengaminkan ucapannya itu. Ponsel Alea berbunyi, menampilkan photo seseorang di layar ponsel 6,2 inci itu. "Sebentar ya dim, suami aku telpon," ia memberi isyarat diam pada Dimas untuk menerima panggilan dari suaminya. Ia lalu menggeser play hijau dan menempelkan ponsel itu ke telinganya yang berbalut jilbab biru tua, yang sangat kontras dengan wajahnya yang putih alami meski tanpa polesan bedak atau alat make-up yang biasa wanita gunakan untuk mempercantik dirinya. "Hallo, ya kenapa mas?" Alea mulai membuka suara. "Kamu lagi di mana?" Tanya suaminya yang di seberang telpon. "Aku masih di swalayan tapi sudah selesai , sebentar lagi aku pulang, apa mas membutuhkan sesuatu atau menginginkan sesuatu, aku bisa beliin untuk mas?" "Oh tidak, aku cuma mau kasih tau malam ini aku mendadak ada piket, soalnya dokter yang harusnya piket sekarang sedang ada perjalanan keluar kota," "Oh ya, tidak apa apa mas, apa aku perlu mengantarkan makan malam mu ke rumah sakit?" Tawar Alea agar suaminya tidak repot memikirkan makan malemnya. "Tidak usah sayang, biar nanti aku makan jatah rumah sakit saja, kamu jaga diri di rumah ya, jangan tidur terlalu malam," pesan suaminya sebelum menutup panggilan itu. "Suami kamu?" Tanya Dimas yang masih diam di tempat duduknya. Dimas yang dari tadi terus tersenyum, mantan kekasihnya itu benar-benar mendapatkan suami yang Sangat mencintainya. Jujur dalam hati Dimas masih Sangat mencinta Alea tapi ia sadar, mencinta terkadang tidak mesti harus bersama, dan dia benar-benar bahagia dengan kehidupan dan laki-laki pilihan Alea. "Ya," jawab Alea dengan senyum merekah di bibir tipis yang berbalut lipstik warna merah muda itu. "Apa aku boleh melihat suamimu?" Tanya Dimas sedikit ragu, takut jika Alea malah tersinggung. "Tentu saja," jawab Alea ramah sembari membuka beberapa galeri di ponselnya, mencari photo terbaik suaminya, dan begitu Alea sudah menemukanya buru-buru ia menunjukkannya pada Dimas, " mampirlah sesekali kerumah kami, kamu pasti menyukainya , dia sangat baik Dim," jelas Alea . Wajah Dimas tiba-tiba berubah muram, ekspresi nya tidak sehangat ketika ia membicarakannya tadi. "Apa namanya Reyhan Fadila?" Tanya Dimas yang entah bagaimana ia bisa langsung tau padahal seingatnya dia tidak pernah mengenalkan suaminya, atau mungkin dia pernah bertemu dengan suaminya, mungkin di rumah sakit ketika salah satu keluarganya di rawat di sana, pikir Alea. "Ya, bagaimana kamu bisa tau?" Tanya Alea cukup terkejut. "Tunggu, apa benar dia suamimu?" Tanya Dimas bahkan sekarang Dimas bertanya sambil berdiri dan bertolak pinggang. "Ya Dimas, kamu kenapa sih? Kamu kenal sama suami aku?" Alea sedikit heran. "Sudah berapa lama kamu menikah sama dia?" "Sudah hampir satu tahun" Dimas terlihat frustasi, "Apa kamu menikah secara sah dengan dia?" "Tentu saja," jawab Alea "Kamu kenapa sih Dim? Kamu kenal sama mas Reyhan?" Sambung Alea dengan nada heran dan sedikit kaget "Ya, tentu saja aku kenal Lea, dia itu suami sepupuku," ucap Dimas yakin jika laki-laki yang di photo itu adalah Reyhan Fadila, laki-laki yang menikahi sepupunya enam bulan yang lalu. Seketika Alea menjatuhkan gelas air mineral yang sedang dia minum dan pecah berhamburan di lantai kafe itu. "Apa maksud kamu Dim?" Alea kaget, sontak berdiri menatap Dimas yang sudah kembali duduk di kursinya, dengan raut tidak percaya. "Bagaimana mungkin laki-laki yang begitu lembut, baik, seperti Reyhan akan melakukan semua itu pada dirinya," batin Alea. "Aku bersumpah demi keyakinan ku sendiri Lea, dia memang laki-laki yang sudah menikahi sepupuku enam bulan yang lalu," Dimas mengucapnya dengan sangat yakin. "Aku tidak tau bagaimana ceritanya, tapi yang jelas enam bulan yang lalu laki-laki ini datang kerumahnya om aku untuk meminta Devina menjadi istrinya, dan tiga hari setelah nya meraka menikah, secara sirih, karena laki-laki ini mengatakan jika dia sedang dalam proses perceraian dengan istrinya, dan sungguh aku tidak tau jika kamu adalah istri laki-laki yang bernama Reyhan Fadila," tegas Dimas Alea diam mematung, antara terkejut, marah, kecewa, terluka, tidak percaya, tapi dia tau Dimas memang bukan tipe orang yang akan asal membual jika tidak tanpa alasan. Lalu Dimas mengeluarkan bolpoin yang kebetulan ada di saku jasnya dan mengambil secarik kertas slip tagihan untuk minuman yang meraka minum, kemudian menulis sesuatu di belakang kertas yang masih kosong itu lalu memberikannya pada Alea. " Itu alamat rumah Devina, wanita yang dinikahi Reyhan, dan aku yakin mereka masih tinggal di sana karena beberapa hari yang lalu aku sempat mampir di sana, sungguh aku tidak bermaksud membuat kamu bingung, tapi aku tidak akan terima jika dia sampai menyakitimu," tegas Dimas terdengar kekesalan di nada suaranya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD