bc

Jodoh Untuk Sang Mayor

book_age18+
32
FOLLOW
1K
READ
HE
fated
arranged marriage
badboy
tragedy
bxg
brilliant
campus
high-tech world
like
intro-logo
Blurb

Naira adalah putri dari keluarga kaya raya. Kebiasaan leluhur tentang perjodohan membuat Naira dipaksa menikah dengan pria kaya raya yang terkenal kejam dan misterius. Giordan adalah seorang pria yang akan dijodohkan dengan Naira. Giordan adalah salah satu anggota agen khusus yang terkenal kasar dan arogan hingga membuat para wanita yang pernah dijodohkan dengannya memilih kabur sebelum prosesi pernikahan.

Naira yang sama sekali tak memiliki kelebihan dibandingkan dengan Deryn akhirnya menerima perjodohan karena tak mau selalu dianggap sebagai beban keluarga. Naira pasrah jika harus keluar dari kandang harimau untuk masuk ke kandang singa demi mengembangkan kerjaan bisnis ayahnya.

Namun, apakah Naira bisa bertahan menjadi istri seorang pria seperti Gio? mengingat Gio adalah pria kasar yang tak segan-segan m3mbunuh siapapun yang mengusik kehidupannya.

chap-preview
Free preview
Naira
Naira mengintip dari balik tirai. Sean, pria yang selama ini dicintainya melamar Deryn, adik tirinya sendiri. Keduanya akan melangsungkan pesta pertunangan dalam waktu dekat. Naira mengusap bulir bening yang menetes hangat membasahi pipinya. Sejenak dirinya terdiam sambil menarik nafas berat. Di saat semua orang tertawa bahagia di ruang tengah, Naira memilih kembali ke kamarnya. Naira menaiki tangga kayu yang berderit setiap kali kakinya menginjak papan. "Nona?" panggil Alma, salah satu asisten di rumahnya. Naira menghentikan langkah lalu menoleh pada Alma. "Iya?" jawab Naira. "Anda baik-baik saja?" Naira tersenyum lalu mengangguk meski perasaannya remuk redam tak karuan. "Saya akan segera menyusul ke atas setelah menyiapkan jamuan untuk keluarga Abiyasa." Naira kembali mengangguk, sedangkan Alma berjalan menuju dapur. Naira membuka pintu. Ia menatap kamar berbentuk segitiga di depannya. Sudah dua belas tahun Naira tinggal di sebuah loteng yang disulap menjadi kamar tidur. Di saat hujan deras turun beberapa bagian lantai akan tergenang air. Sebaliknya jika cuaca panas, maka Naira seakan tidur di dalam sauna. Bagitulah kehidupan Naira, lahir dari keluarga kaya raya nyatanya tak membuatnya memiliki kamar mewah bak seorang putri. Namun, dia tak mengeluh, dia bersyukur masih bisa diterima di keluarga itu meski diperlakukan sangat tidak layak sekalipun. __________________________________________ "NAIRAAA!!!" Suara pintu kamar berkali-kali di gedor dari luar. Naira tersentak, segera mengikat rambut tebalnya lalu bergegas membuka pintu. "Ibu?" Seorang wanita cantik namun berwajah galak melotot ke arahnya. "Apa yang Kamu lakukan di kamar, Hah?!" "Maaf, saya--ketiduran." "Tidur??" tanya Farida tak percaya. "Enak sekali jam segini tidur! lihat tuh para pembantu pada sibuk! bisa-bisanya Kamu malah enak-enakan tidur!" geram Farida menunjuk-nunjuk ke arah Naira. "Maafkan saya," ucap Naira lagi dengan bibir bergetar. "Nggak usah banyak bac0t! sana turun beres-beres sama para pembantu!" tegas Farida. Tanpa membantah Naira segera turun ke lantai satu. Di dapur sudah ada tiga pembantu yang sedang sibuk beberes. "Maaf, aku ketiduran--" ucap Naira lirih pada Alma. "Hmmh!! padahal ini bukan tanggung jawab seorang tuan rumah seperti Anda. Dasar nenek lampir!!" umpat Alma seraya menatap benci pada Farida yang berkacak pinggang di ujung tangga. "Ssstt!! jangan sampai ibu mendengarnya. Kalau Kamu dipecat maka aku tak punya siapapun lagi di rumah ini selain Kamu dan Aryo," ujar Naira lirih penuh rasa takut. "Nyonya Farida!! lihat!! si Alma malah ngajakin ngobrol Nona Nai!" lapor Amel, pembantu lain yang menjadi tangan kanan Farida dan Deryn. Mendengar laporan dari Amel, Farida berjalan dengan langkah besar ke arah Naira dan Alma. Tanpa pikir panjang, tangan Farida melayang ke kepala Alma. Plak!! "Pembantu tak tahu diri!! sudah digaji mahal-mahal kerjaannya malah ngobrol, Kamu mau dipecat??!!" ancam Farida. "Jangan Bu, Nai yang salah. Nai hanya bertanya apa yang perlu Nai bantu, Alma hanya menjawab pertanyaan Nai saja," bela Naira. Farida tersenyum getir, seakan inilah momen yang sangat ditunggunya : Naira membela Alma. "Kamu tahu konsekuensinya membela pembantu ini, bukan?" tanya Farida memastikan. "Selesaikan semua pekerjaan ini berdua dengannya!!" Farida menunjuk Alma yang tertunduk dengan wajah merah menahan amarah. "Amel! Kamu dan Mirna boleh beristirahat!" perintah Farida pada dua pembantu lainnya. Amel menarik kepalan tangan sambil mengucap 'Yess', sedangkan Mirna tak tahu harus senang atau sedih. Dia merasa iba serta tak enak hati pada Naira dan Alma, tetapi jika tidak menurut dia pun takut dipecat oleh Farida. "Baik, Bu." Amel tersenyum puas sambil berjalan melenggak lenggok mengekori di belakang Farida. "Hiiihh!! yang satu lampir, satunya lagi sengkuni!! Awas kucincang cincang Kau, Mel!!" Alma mengepalkan kedua tangannya dengan gregetan. "Nona! lain kali tak perlu membelaku. Begini nih akibatnya. Nona ikut kena imbasnya, kan?!" protes Alma. Lagi-lagi Naira hanya tersenyum. "Sudah, ayo kita beresin semuanya. Lebih baik membelamu dan mendapat hukuman daripada membiarkanmu disakiti oleh mereka." Rasa kesal Alma berubah menjadi rasa haru setelah mendengar ucapan Naira. Kedua gadis ini sudah berteman sejak kecil. Usia Naira tiga tahun lebih muda dari Alma. Sejak Darius menikah dengan Farida, kehidupan Naira berubah 180 derajat. Dia bukan seorang putri kesayangan lagi, lambat laun posisinya direbut oleh Deryn, putri Farida dari suami sebelumnya. Deryn yang menonjol baik di sisi akademik dan seni membuat Darius begitu bangga terhadapnya, sedangkan Naira yang tak memiliki keahlian apapun selain memasak dan bersih-bersih rumah membuat Darius begitu malu sehingga membiarkan Farida menindas Naira sesuka hati. Alma tak habis pikir, bagaimana mungkin kasih sayang seorang ayah kandung bisa mudah luntur oleh sosok baru yang hadir dalam kehidupannya. ____________________________________ Waktu sudah hampir tengah malam ketika Naira dan Alma akhirnya selesai mencuci piring dan mengepel seluruh rumah besar. "Nona, tidurlah! biar saya yang menyelesaikan mengepel dapur." Alma melihat wajah lelah Naira. Ia sungguh tak tega melihat nona mudanya itu harus melakukan pekerjaan kasar setiap hari. Kadangkala bertanya-tanya kapan penderitaan ini akan berakhir, jika bukan karena Naira, dia sudah jauh-jauh hari pergi dari rumah keluarga itu. "Iya, Kamu pel lantai nya dan aku akan membuang sampah ke belakang rumah," Naira mengangkat dua kantong plastik berisi sampah. Alma mendengus. Masih tak habis pikir seorang putri bangsawan bisa menjadi pembantu di rumahnya sendiri. Kejam sekali dunia ini!! Naira melempar plastik ke dalam kotak sampah. Sejenak matanya terpana melihat bulan yang bersinar begitu indah di langit yang cerah malam ini. Naira mencuci tangan lalu duduk di taman belakang, sejenak menikmati udara malam sambil menunggu Alma menyelesaikan membersihkan lantai dapur. "Ssutt!! Nai!! Naira!!" panggil seseorang sambil berbisik. Naira mencari-cari darimana asal suara itu datang. Hingga matanya tertuju pada sosok yang berjongkok di atas pagar tembok setinggi dua meter. "Sean?" tanya Naira tak percaya. Sean tersenyum. Ia melompat turun mendarat ke tanah berumput tepat di depan Naira. "Apa yang Kamu lakukan? bagaimana kalau ada yang melihat?" bisik Naira sambil menatap waspada ke sekelilingnya. "Persetan!! aku nggak peduli!" Sean duduk di samping Naira. "Nai, Kamu tahu aku mencintaimu, kan?" tanya Sean, tiba-tiba menggenggam tangan Naira. Naira menarik tangannya perlahan, pria itu akan menikah dengan adik tirinya. Naira tak boleh lagi membiarkan Sean menyentuh dirinya. "Naira! aku bilang pada orangtuaku bahwa Kamu lah yang ingin ku lamar, tapi tak tahu mengapa malah Deryn yang ada di ruangan itu. Kamu dimana? apa Kau sengaja menghindari ku??" Sean menatap tajam mata Naira. "Naira!! lihat aku!! aku baru saja bertengkar dengan kedua orangtuaku karena bukan Deryn yang ingin ku nikahi, tapi Kamu!!" tegas Sean lagi, kini ia menyentuh dagu Naira, membuat wajah gadis itu mengarah kepadanya. "Nai?" tanya Sean lagi. Naira mengangkat wajahnya, menatap Sean dengan wajah sendu. "Aku tak tahu Sean. Ayah dan ibu hanya memintaku tak turun ke bawah. Mereka bilang ada tamu penting sehingga aku harus mengunci diri di kamar, tetapi saat aku melihat mobilmu, aku nekat mengendap endap turun. Namun, yang kulihat--- Kau bertunangan dengan Deryn." Naira membuang muka, tak sanggup mengingat Sean dan Deryn yang duduk berdampingan di ruang tengah tadi. "Nai! aku sama sekali tak mencintai dia. Aku hanya mencintai Kamu. Ini salah paham. Orangtuaku tak mengetahui ada putri lain di keluarga Darius Wicaksono. Ketika mereka membicarakan lamaran, dia mengira Deryn adalah wanita yang ingin ku nikahi," jelas Sean panjang lebar. Naira terdiam. Entah mengapa dia yakin tak ada kebohongan dari ucapan Sean. "Besok aku akan kembali membuat janji dengan keluargamu, aku akan menjelaskan bahwa Kamu lah gadis yang ingin ku nikahi." Sean kembali menggenggam tangan Naira, saat tangan hangat Sean menyentuh kulitnya, Naira baru tersadar ada yang berbeda. "Sean, tanganmu??" Naira mengangkat tangan Sean ke arahnya, mengamati dengan jelas. "Bagaimana Kau bisa mendapatkan luka ini?" tanya Naira shock. Beberapa luka goresan melintang tak terarah di kedua telapak tangan Sean, bahkan beberapa luka masih mengeluarkan darah segar. "Sudah kubilang aku bertengkar dengan orangtuaku. Yah, tak perlu ku jelaskan lebih lanjut." Sean mengangkat bahu. "Kau percaya bahwa aku mencintaimu, kan?" tanya Sean serius. Naira mengangguk sambil tersenyum, berharap besok orangtuanya bisa menerima penjelasan Sean. Meskipun kemungkinan diterimanya kecil jika Deryn sudah terlanjur menyukai Sean. "Sekarang biar aku obati dulu lukamu. Tunggu disini, aku akan mengambil kotak obat." Sean tersenyum dan mengangguk, membiarkan Naira yang akan mengobati lukanya. Naira berjalan menuju ruang tengah, perlahan membuka lemari kaca untuk mengambil kotak berwarna putih. Ketika melintasi dapur, dilihatnya Alma sedang mencuci kain pel. "Nona? Anda terluka?" tanya Alma dengan wajah shock. "Ssstt... Jangan keras-keras!" Naira menyentuh bibir dengan telunjuknya sendiri. "Sean ada di taman, tangannya terluka. Kamu tunggu sebentar, ya. Aku obati dia dulu lalu kita tidur." "Tapi, Nona? bagaimana kalau nenek lampir turun mengecek pekerjaan kita?" tanya Alma takut-takut. "Sepertinya dia sudah tidur. Aku hanya butuh waktu sepuluh menit, kok." Alma mengiyakan meski perasaannya tak tenang. Sebenarnya apa yang tuan Sean lakukan malam-malam begini? jika tak sedang dalam ikatan pertunangan dengan nona Deryn tentu tak begitu meresahkan bagi Alma. Namun, masalahnya baru beberapa jam yang lalu keduanya bertunangan, jika sampai ketahuan diam-diam menemui Nona Naira, Alma tak tahu kejadian buruk apa yang akan diterima Nona mudanya itu. Alma mengawasi dari pintu dapur, berharap Naira melakukannya dengan cepat supaya tak ketahuan. "Sean, berikan tanganmu!" pinta Naira sambil duduk di samping Sean lagi. Sean memberikan kedua tangannya, membiarkan gadis cantik itu membersihkan, mengobati, dan membalut lukanya. "Sudah, sekarang pulanglah. Aku harus segera tidur." "Mengapa terburu-buru?" Sean menahan tangan Naira. "Aku takut ibu mengecek pekerjaanku, Sean! kumohon pergilah.." pinta Naira sungguh-sungguh. "CK!! mengapa harus selalu takut padanya, sih?! seharusnya Kamu menurut saat kubilang akan mambawamu kabur!" "Sean, jika Kau serius ingin menyelamatkan ku dari penderitaan ini, maka nikahi dan bawa aku pergi dengan cara baik-baik." Sean menghela nafas. Mungkin benar kata Naira, dirinya harus lebih bersabar sedikit lagi. "Baiklah, aku akan pergi tapi izinkan aku memelukmu sebentar." Naira terdiam, menatap mata Sean, kemudian mengangguk perlahan. Sean tersenyum lalu berdiri di depan Naira. Sean menarik tubuh ramping Naira ke dalam dekapannya. "Bersabarlah sedikit lagi, sayang--" bisik Sean. Tap!! Sinar terang tiba-tiba menyorot pada tubuh Sean dan Naira yang tengah berpelukan di taman. "WANITA MUR@HAN! TAK TAHU DIRI!" teriak Farida dengan wajah menegang penuh amarah. Di belakangnya berdiri Darius, Farida, dan Amel yang sibuk membungkam mulut Alma. (Next➡)

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Her Triplet Alphas

read
7.0M
bc

The Heartless Alpha

read
1.6M
bc

My Professor Is My Alpha Mate

read
485.2K
bc

The Guardian Wolf and her Alpha Mate

read
537.8K
bc

The Perfect Luna

read
4.1M
bc

The Billionaire CEO's Runaway Wife

read
624.1K
bc

Their Bullied and Broken Mate

read
480.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook