bc

Alejandro Gama ( Bahasa Indonesia )

book_age18+
62
FOLLOW
1K
READ
spy/agent
possessive
billionairess
sweet
no-couple
city
coming of age
cruel
like
intro-logo
Blurb

"Jadi, bisakah aku menciummu sampai hujan berlalu?” Owh, untuk sekali ini otakku terkesan sungguh brilliant.

“Pernahkah seseorang menolakmu?”

“Untuk b******u?" sergahku. "Tidak akan kubiarkan satu pun dapat melakukan itu!”

“Dan aku pun tak punya alasan untuk melakukan itu.”

Begitulah dia. Hari ini, dia singgah untuk mengadukan identitas anyarnya Davis Gazander, 32 tahun, seseorang pengusaha restoran ayam betutu. Lalu, besok? Tidak ada jaminan bila esok ia masih bernapas.

chap-preview
Free preview
BAB 1
SERENA Sepanjang 32 tahun ini, hari terfavoritku ialah tatkala hujan turun. Petir yang bersahutan di angkasa tak sekalipun pernah gagal menahan Alejandro Gama untuk tetap tinggal. Berdiam di tepi jendela ruang baca, aku selalu menikmati waktu yang kueliminasi demi duduk di atas pangkuannya. Merasakan otot-otot bahunya yang sempurna. Kegiatan paling kutunggu guna terulang kembali adalah saat aku bebas mengecup bibir kasarnya tanpa takut akan ditampar oleh seorang wanita posesif yang sok mengakui diri sebagai satu-satunya pemilik dari pria gagah ini. Oh ayolah, diam-diam aku berteriak girang saat Ale bilang tak mau menikah. “Kenapa tidak?” tanyaku yang sebenarnya tak terlampau peduli akan alasan di balik keputusan melajangnya. “Kau jelas telah mengantungi semua ceklis untuk material  suami paling diimpikan.” “Seberarti itukah kualifikasi calon pasangan bagi wanita?” Ale tidak beremosi. Nadanya berbicara selalu datar seolah setiap topik yang ia hadapi tak ubahnya basa-basi cuaca. Agak menyebalkan teruntuk segelintir orang, tapi menggetarkan buatku. Era ini, banyak pria bertingkah berlebihan. Menguarkan kesan dingin buatan supaya dipuji ‘Huh, how cool you are’. Dan Ale tidak satu kali pun terlihat seburuk itu. “Tentu. Kaum kita sejujurnya sama saja. Em, 34, 36, atau 38. Mana yang lebih kau sukai?” Ale mengedipkan kelopaknya dua kali, tampak sedikit berpikir. Oh yeah, saat kuutarakan sedikit untuk ukuran Alejandro Gama artinya memang minim sekali. Dia makhluk beku. Gurat emosi jarang mampir di wajah kakunya. “Tiga puluh enam. Kuduga kau tiga enam. Apa aku salah?” “Kenapa tidak kau buktikan sendiri?” pancingku mengerling menggoda. “Kau tahu aku tak melakukan hal yang seperti itu.” “Oh ayolah, Mr. Gama! Tidak bisakah kau membuat pengecualian sekali saja?” kataku tak puas juga merasa ditolak. Tunggu! Bukan hanya terasa, kenyataannya dia habis menolakku untuk yang ke—aku tak seratus persen yakin—99? Mungkin. Sudah seperti nomor punggung Luis Ronaldo. “Yang kau minta sekali bisa jadi memang tak akan bisa terulang lagi,” ujarnya rendah.  “Sebegitu takutnya kah kau berhubungan dengan seorang wanita?” ucapku jengkel. Pria ini pendiriannya bak tembok China. Segala usaha yang kuperjuangkan guna menaklukannya terus berakhir di tong kegagalan. Please, aku tercipta bersama batas kesabaran. “Boleh aku tak menjawabnya?” Mendengus keras menyalurkan kemarahan, aku lantas menatapnya intens. “Asal aku mendapatkan ganti yang setimpal.” “Terdengar lumayan menguntungkan buatmu,” komentarnya. “Harus! Jadi, bisakah aku menciummu sampai hujan berlalu?” Owh, untuk sekali ini otakku terkesan sungguh brilliant. “Pernahkah seseorang menolakmu?” “Untuk b******u?" sergahku. "Tidak akan kubiarkan satu pun dapat melakukan itu!” “Dan aku pun tak punya alasan untuk melakukan itu.” “Hm?” “Silakan berhenti saat kau mulai kebas.” Mengalungi lehernya menggunakan dua lenganku, kepalanya kian tanpa jarak bersamaku. “Sayangnya otot-otot bibirku tak mudah lelah. Jadi, nikmati kebengkakanmu,” lirihku. Meraih bibir bawahnya, inilah aroma memabukan khas Ale. Dia bukan pria pertama yang kukecup. Namun, dia adalah pria pertama yang tidak pernah membalas ciumanku. Yah, ini aktivitas sepihak. Rules-nya, aku bebas menjelajahinya, bebas merengkuh rahang maupun rupa menawannya. Tangan ini juga berhak meremas rambut sehitam arangnya, menyentuh bagian-bagian tubuh hangatnya. Tapi, dia hanya akan diam. Menempatkan lengannya di balik punggungku. Ale ... jangan mengharap sisi manusiawi dari dirinya. Terlebih hati. Pria ini, tak berteman dengan perasaan. Begitulah dia. Hari ini, dia singgah untuk mengadukan identitas anyarnya Davis Gazander, 32 tahun, seseorang pengusaha restoran ayam betutu. Lalu, besok? Tidak ada jaminan bila esok ia masih bernapas. Entah apa istimewanya kematian tetapi Ale atau Zander atau Mark—oh, dia memiliki teramat banyak jati diri—selalu suka menjemputnya. Manusia ini mengencani ajal. Aku tak mengerti apa dirinya juga tergelitik untuk menikahi kematian. Yang jelas, hidupnya berbahaya. Dan inilah ceritaku saat bersamanya. Alejandro Gama. Agen Hunter, sang buruan utama MEIA, organisasi yang menaungiku. Ah, satu lagi dia bisa 180 derajat berbeda tergantung berperan sebagai siapa dirinya. Sayangnya, di depanku ia tidak suka berbohong. Di mataku dia akan selalu menjadi Ale. Hanya Alejandro Gama. Entah mujur atau merugi, aku memilih tuk tak memikirkannya. *** Ket: °Hunter: Semacam induk organisasi agen rahasia yang sengaja dibentuk oleh beberapa negara. Tugasnya sebagian besar berkaitan dengan urusan memata-matai baik soal keuangan, rencana dan penanggulangan segala jenis teror. Mengumpulkan data-data rahasia. Melakukan propaganda. Melakukan operasi khusus yang berkaitan dengan kepentingan para anggota organisasi. °MEIA: Maxima's External Intelligence Agency. Secara tugas garis besarnya sama dengan SVR-nya Russia atau CIA-nya Amerika.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook