Penolakan Termanis

1040 Words
"Apa maksudmu?" Ayara menatap ke kedalaman mata bening di depannya. Masih dengan mendongak sebab Victor tentu lebih tinggi dari tubuhnya sendiri. Dagunya yang indah itu masih berada di antara jemari Victor. Tatapan mereka masih beradu, belum ada yang mau mengalihkan pandangan untuk mengalah. Ayara masih kuat menatap tajamnya tatapan lelaki tampan penuh pesona itu. Harum wangi maskulin tubuh pria yang masih saja patah hati setelah menabur bunga beberapa saat yang lalu, masuk menusuk indera penciuman Ayara. Wangi yang akan membuat perempuan mana saja mendamba dan akan dengan suka rela membuka paha mereka untuknya. Liar! Ayara sedang berpikir yang tidak-tidak. Begitupula Victor. Pikiran mereka sama-sama sedang tak karuan. Gelanyar perasaan aneh menghantam begitu saja dan datang tiba-tiba. "Harusnya, kau tidak perlu bertanya apa maksudku, Nona Ayara," sahut Victor kemudian dengan pandangan yang semakin mengintimidasi. "Apa yang ada di dalam pikiran pria yang sedang berkabung sepertimu, Tuan Victor?" Ayara melempar balik pertanyaan dengan sudut bibir tertarik sedikit, yang membuat Victor seperti merasa sedikit tertampar. Namun, takkan dibiarkannya Ayara melihat sisinya yang lemah ketika ada yang sedang menyinggung hal menyedihkan tentang kematian istrinya. "Bagaimana kalau aku ingin kau tidak keluar dari kamar ini?" Ayara sebenarnya cukup terkejut dengan pernyataan yang baru saja keluar dari lelaki itu. Namun, ia masih bisa menampilkan sisi tenangnya dengan rapi. Walau sebenarnya, jantungnya terasa berdegup tak karuan. Apakah lelaki itu sedang membuat penawaran untuknya? Perlahan, pengaruh alkohol yang tadi sempat menguasai kini mulai menghilang tapi tak membuat pening di kepala Ayara menghilang, apalagi sekarang pikirannya jadi bercabang-cabang. Lelaki ini, mungkinkah sedang berbasa-basi? Atau sengaja untuk menilai harga diri Ayara yang sudah lama tergadai dalam pelukan banyak lelaki? "Aku tidak akan berada di kamar ini lebih lama, Tuan Victor. Aku tidak ada urusan denganmu. Aku hanya salah kamar dan harusnya kau bisa dengan mudah membiarkan aku untuk keluar." Victor menarik segaris senyum. Ia memang sedang berhadapan dengan perempuan cantik bergelar kupu-kupu. Namun, meski sudah hinggap di banyak kumbang jantan, tetap saja ia tak akan begitu mudah untuk didapatkan. "Kau tahu siapa aku, Nona Ayara?" tanya Victor lagi dengan pandangan yang masih mendominasi. Ayara memincingkan matanya sesaat, ia yakin lelaki ini sedang memancing dirinya. Sisi petualang Ayara kembali tergelitik. Tanpa Victor duga, perempuan yang tadinya hanya mematung dengan sedikit kata-kata itu, kini menjulurkan jemarinya yang lentik, Ayara menelusuri perlahan bidangnya d**a lelaki yang ditumbuhi bulu itu. Victor masih bertahan dengan segaris senyum dengan tatapan setajam elang, membiarkan jemari halus itu menelusup dengan lembut, mengusapnya perlahan. "Aku tidak pernah tahu tentangmu, sebelumnya, Tuan Victor. Namun, malam ini aku sudah mengetahuinya." "Lalu?" Ayara diam cukup lama kemudian, jemarinya tak lagi menelusur dengan lembut, tapi masih bertahan di atas bidang tegap itu, yang ternyata tak mampu menghalangi degup jantung Victor untuk terus berdebar semenjak Ayara berada sedekat jarak ini dengannya. "Tidak ada. Aku hanya salah masuk dan aku harus segera keluar dari kamar ini," sahut Ayara mantap sembari menarik perlahan jemarinya tadi, meninggalkan kehangatan di atas jantung Victor sendiri. Sungguh, Victor bisa merasakan betapa masih inginnya ia merasakan sentuhan ringan barusan. Tak salah bila banyak yang menginginkan Ayara untuk menghangatkan ranjang mereka. Perempuan itu begitu pandai membuat lelaki mana saja terkesan dengan perlakuannya. "Bagaimana kalau aku menginginkanmu?" Ayara tersenyum kecil lantas segera menjauh sedikit dari lelaki itu. Kini, jarak di antara mereka telah tercipta, tak lagi sedekat tadi. Ayara seolah sedang berusaha menutupi kecanggungan dengan sikap tenangnya. Entah mengapa, di hadapan lelaki yang baru ia kenal ini, ada hal yang tak biasa. Hati kecil Ayara sedari tadi berbisik lirih, mengatakan bahwa ia tak boleh dengan mudahnya menyetujui apa yang diinginkan lelaki yang berkuasa ini. Ayara ingin sedikit mahal, di mata lelaki bernama Victor itu. "Aku sudah memiliki tamu sebelum kau, Tuan Victor. Lagipula, kita baru bertemu sekali ini, dan aku tidak ingin terlibat dengan lelaki yang sedang patah hati." Kata-kata yang Ayara lontarkan barusan sukses membuat Victor terdiam tak membalas untuk beberapa saat. Keheningan di antara mereka sedang mengambil alih. Sebuah foto perempuan di atas nakas kini menyita perhatian Ayara. Lihat betapa patah hatinya tuan muda. Lelaki itu sampai membawa wajah dalam pigura di atas kapal pesiar yang sedang ia sewa salah satu kamarnya. "Aku menginginkanmu, Ayara." Victor maju selangkah membuat Ayara mundur perlahan. Sampai pada akhirnya Ayara tak bisa lagi mundur karena telah menempel pada dinding yang terasa dingin. Ayara menarik nafas panjang menyaksikan pesona Victor masih saja menguar di antara wangi maskulin tubuhnya. Ayara memang terpesona, bahkan sudah merasakan itu sejak ia menyaksikan Victor ketika sedang menabur bunga. "Mengapa?" tanya Ayara serak. "Entahlah, hanya saja menginginkanmu. Tidak ada alasan lain, seperti pria-pria yang selama ini menyimpanmu." "Bukankah kau tak pernah bermain dengan perempuan seperti aku?" tanya Ayara sinis. "Ya. Kau ternyata sudah cukup banyak tahu tentang aku, walau baru beberapa jam kita mengenal." Ayara diam tak menyangkal. Ia memang sempat bertanya banyak tentang Victor kepada tuan Andrew hingga ia jadi tahu satu hal penting tentang lelaki itu, bahwa pria di depannya saat ini, bukanlah pria yang gemar menyewa jasa kupu-kupu sepertinya. Sosok lelaki setia yang sampai saat ini masih berduka. Lalu mengapa saat ini, Victor tiba-tiba saja ingin melakukan penawaran terhadap dirinya. Ayara tiba-tiba saja merasa tertantang. Ia mengangkat kembali wajahnya hingga mereka kembali beradu pandang. Satu alis Victor terangkat, menyaksikan wanita cantik dengan tubuh sintal itu sedang begitu serius menatapnya. "Katakan mengapa tiba-tiba kau menginginkanku." "Malam ini, kau menarik perhatianku, Ayara," singkat Victor. Ayara tertawa kecil. Kata-kata yang sudah biasa ia dengarkan. Namun, ia tersanjung kali ini ketika ia mendengar itu dari Victor. Ayara menggeleng kecil. "Aku seorang kupu-kupu yang profesional, Tuan Victor. Aku sudah memiliki tamu malam ini. Kita mungkin bisa bertemu lagi di lain waktu dan ketika kita kembali bertemu nanti, mungkin aku akan singgah lebih lama." Dengan sedikit hentakan, Ayara mendorong pelan Victor yang hanya tertawa kecil menanggapi penolakan dan persetujuan secara tak langsung itu. Ia membiarkan Ayara berjalan menjauh, tak lagi menahan perempuan yang sudah menyita waktunya sepanjang malam ini. Tepat sebelum Ayara membuka pintu, saat jemarinya yang lentik sudah mencapai gagang, Ayara menoleh, dengan Victor yang masih menatapnya dengan raut tenang. "Mungkin di pertemuan selanjutnya, aku tak akan salah pintu lagi." Seulas senyum terukir di wajah Ayara setelah ia mengatakan itu, Victor membalasnya dengan senyum kecil pula. Ia yakin, ini bukanlah pertemuan terakhir dengan Ayara. Setelah hari ini, ia tidak akan membiarkan Ayara lolos lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD