bc

Bening dan Banyu

book_age16+
783
FOLLOW
5.4K
READ
goodgirl
student
sweet
bxg
campus
city
highschool
enimies to lovers
first love
school
like
intro-logo
Blurb

Bagi seorang Bening hidupnya hanya untuk seorang Banyu Biru. Bening menyukai Banyu, bukan tapi mencintai Banyu.

Selalu mencoba mencari cara agar Banyu melihatnya bukan sebagai Bening yang usil atau urakan. Bukan sebagai Bening yang masih anak SMA umur delapan belas tahun juga sebagai Bening yang menjadi teman adiknya.

Tapi sebagai wanita. Bagi Bening cita-cita hidupnya hanya untuk membahagiakan kedua orang tua, suami ketika sudah menikah dan bekerja sesuai kemampuan otaknya.

Namun, harapan tak selamanya sesuai. Baru saja dia merasakan bagaimana masuk perguruan tinggi cobaan datang.

Dari orang terdekat bahkan Banyu yang tidak lagi pernah peduli padanya.

Lalu bagaimana kisah mereka? dan bagaimana perjalanan hidup Bening? dan ada rahasia apa yang akan terkuak.

chap-preview
Free preview
Prolog
Bening pulang sekolah dengan bus bersama Naya. Mereka mampir terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah. Mereka tidak mampir ke tempat yang terlarang kok. Sebab mereka akan pergi ke toko buku. Mereka ke toko buku langganan yang tidak terlalu jauh dari kompleks rumah. Itu kenapa mereka turun di perempatan tadi, sebab dari toko buku ke kompleks rumah mereka bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Rumah Bening dan Naya hanya beda blok. Bening di Blok A, sementara Naya di blok C. Tidak terlalu jauh namun jika jalan kaki lumayan juga, apalagi mereka akan berjalan dari toko buku ini. Kira-kira dari toko buku ke rumah Bening jika berjalan kaki membutuhkan waktu sekitar 20 menit saja, tetapi jika ke rumah Naya hampir 45 menit. Itu sebabnya jika dari rumah Bening kadang Naya tetap saja minta jemput sopirnya. Biasanya setelah dari toko buku, mereka akan singgah sebentar hanya untuk nongkrong sambil menikmati Wi-Fi gratis di cafe sebelahnya. Sudah langganan mereka banget kalau itu. Jadi pegawai di cafe itu pun sudah mengenal mereka berdua dan tempat tinggalnya tahu, hanya letak rumahnya saja yang tidak tahu. Bening dan Naya masih di toko buku, memilih-milih buku mana yang akan dibeli. “Nay, kalau ceritanya tentang cowok yang pendiam dingin gitu seru kali ya, baca romance,” ujar Bening sambil menunjukkan sebuah buku romance tentang lelaki bersifat dingin yang disukai seorang gadis remaja berjudul ‘My Cold Boy’ karya Evavine dan pernikahan kontrak karena dendam ‘My Devil Husband’ karya Janirifka. “Apaan sih, Ning, baca begituan!” kata Naya sewot. “Baca apa? Ini bagus tau. Kaya dunia khayalan tapi nyata,” ujar Bening membantah. Ya, memang dia suka membaca cerita romantis apalagi putri dan pangeran memang menjadi bacaan favoritnya. “Kebanyakan nonton drama percintaan kamu,” cibir Naya tidak mau kalah. Memang dia akui, Bening lebih menyukai apa pun itu yang berbau romance re mimaja apalagi putri dan pangeran. Dia mendambakan kisah happy ending yang akan terjadi dihidupnya. Oleh karena itu dia optimis bisa mendapatkan Banyu bagaimanapun caranya. “Seru tau, Nay. Ceria begini bisa buat aku semangat dapetin Kak Banyu,” ujarnya sumringah. Naya yang tahu bagaimana perasaan sahabatnya terhadap pria yang bernama Banyu sebenarnya antara kasihan dan ingin mencibir. Sesungguhnya dia kasihan, tapi mau bagaimana lagi kalau nanti dia memperlihatkan rasa ibanya, Bening bisa tidak percaya diri. Selama ini dia cukup percaya diri untuk segala hal yang terjadi dalam hidupnya walau Banyu kerap kali menolak bahkan ucapannya yang kasar sedikit banyak memengaruhi Bening. “Ngayal aja terus! Lagian khayalan kamu kok tinggi banget sih, Ning,” seloroh Naya. Bening yang tidak mau kalah membalas, “Emangnya kamu, ngga punya pria idaman. Isshh, kamu ngga asik!” ledek Bening. Naya yang mendengar hanya mengedikkan bahu. “Bodo amat!” jawabnya. Mereka memilih banyak buku tetapi pada akhirnya yang akan dibeli cuma dua atau tiga buah saja. Memang begitulah mereka. “Ah, aku tidak sabar pulang dan mencoba resep masakan mama lagi,” kata Bening sambil terbayang wajah Banyu di kepalanya. “Untuk apa? Ngga enak juga masakan kamu tau ngga sih, Ning! Aku ngga mau ya, jadi sasaran eksperimen kamu yang pertama,” ujarnya sarkastik. Bening yang mendengar ucapan sahabatnya pun merengut, memajukan bibirnya tanda dia kesal karena Naya. “Tapi kamu tetap mau kan memakannya?” tanya Bening mengerlingkan sebelah matanya. Membuat Naya merinding, berpura-pura ingin muntah, membuat Bening tertawa puas. Karena keisengannya, Naya selalu mendapat percobaan pertama makanan yang dimasak Bening. Bukan tidak enak, masakan Bening rata-rata enak walau cita rasanya belum setara restoran mahal. Setidaknya jika dibawa kemana-mana, masih menang apalagi Bening sudah belajar memasak dari kecil. Naya hanya kasihan kepada Bening sebab makanannya jarang dimakan oleh Banyu. Paling tidak cicipi dikit kek, ini malah tidak sama sekali. Untung saja Laras dan tante Nitya, mamanya Banyu, selalu memakannya apalagi Raka yang hobi makan hasil masakan Bening. Naya bukan tanpa alasan tidak menyukai Banyu. Ah sudahlah, ngapain bahas Banyu. “Terus kamu mau masak apa? tanya Naya. “Resep baru dari mama,” ujarnya senang. “Ya apa namanya, Bening Puspita Dewi?!” tanya Naya penuh penekanan karena kesal dengan Bening. “Heheheh. Rahasia dong!” ujar Bening cengengesan, lalu memilih buku yang akan dibeli. Setelah membayar di kasir, mereka akan berniat akan keluar, tetapi tidak sengaja mereka bertemu dengan Laras adik Banyu. “Hai, Kak Bening, lagi ngapain, Kak?” tanya remaja 14 tahun itu pada Bening seraya melihat Naya. “Eh, kamu sama siapa, Dek?” tanya Bening ketika melihat Laras di toko buku yang sama dengannya. “Tuh, sama teman, Kak,” tunjuknya pada dua orang temannya yang sedang berdebat memperebutkan buku mana yang akan dibeli. “Maaf, Kak, mereka memang begitu,” ucap Laras karena tidak enak melihat temannya berdebat di depan calon kakak iparnya, mungkin, itu yang Laras pikirkan selama ini. “Hehe, biasa, Dek. Kakak juga gitu sama Naya. Iya kan, Nay?” tanya Bening sambil nyengir. “Hem, biasa deh. Kamu kan emang gitu,” jawab Naya. “Kok aku sih? Ih, kamu mah ngga asik,” sela Bening. “Tuh kan! Emang suka gitu nih, Ras.” Sambil menunjuk Bening. Bening yang mendengar hanya cemberut. “Ih, kamu mah ngga pernah mau ngalah sama aku,” ucapnya. “Uekk, malas tau! Udah tua juga kamu,” jelas Naya sambil mendengus pada Bening. “Hehehe. Kak Naya sama Kak Bening lucu, deh,” ujar Laras. Naya dan Bening yang mendengar pun saling berpandangan sambil nyengir salah tingkah. “Eh, ya udah ya, Ras, kami duluan ya. Kami mau makan dulu di cafe depan, hehe,” jelas Bening. “Hehe. Iya, Kak, sip,” ujar Laras. Akhirnya Bening dan Naya berlalu, meninggalkan Laras bersama teman-temannya. Mereka berjalan menuju cafe yang menjadi tujuan mereka. Bening mengambil tempat di pojok dan menghadap ke jalanan agar bisa melihat pemandangan taman yang disertai air mancur. Sebenarnya di luar juga mereka bisa duduk, hanya saja terlalu outdoor, kelihatannya tidak bisa membuat mereka bebas. Tiba-tiba Naya melihat seseorang yang dia kenal di seberang jalan sana. “Ning!” panggil Naya menyenggol lengan Bening. “Hem?” Tampaknya Bening tidak mendengarkan dan fokus terhadap bukunya, membuat Naya tidak tega dan akhirnya mengurungkan niatnya. “Akhirnyaaa,” ujarnya riang. “Kenapa tadi, Nay?” tanya Bening. Naya yang tidak siap ditanya gelagapan. “Ha? Ah, emm, itu tadi kaya kenal orang di seberang sana. Tapi salah orang deh.” Sambil menunjuk ke arah depan, berharap Banyu sudah pergi. Dan keberuntungan sepertinya sedang berpihak padanya. Banyu dan Celine tidak ada di sana. Selamat, ucapnya dalam hati. “Aneh deh kamu,” sungut Bening. Tapi Naya hanya nyengir tanpa dosa. ...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.6K
bc

DENTA

read
17.0K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.4K
bc

Head Over Heels

read
15.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook