Chapter 3

1058 Words
“Attala, lo enggak balik?” tanya seseorang kepada temannya yang terlihat sedang sibuk berhadapan dengan layar persegi besar. Sudah sejak tadi mereka berdua bergulat dengan benda tersebut hingga tak sadar siang sudah berganti menjadi malam yang gelap. “Gue belom selesai nih, soalnya masih ada artikel yang gue kerjain karena besok udah harus naik cetak.” Jawab lelaki bernama Attala berkulit putih yang mengenakan kemeja berwarna biru laut dengan celana bahan hitam. “Kalau begitu gue cabut duluan ya,” seru Rudi yang tak lain adalah salah satu rekan kerja Attala. Kini Rudi sudah bangkit dari tempat duduknya sambil meraih tas ransel dan juga mematikan laptop. “Oke sip,” seru Attala yang kembali menatap layar laptopnya. Namun tiba- tiba kedua jemari tangannya berhenti ketika mengingat permintaan atasannya. # # # Kejadian siang tadi saat Attala di panggil masuk ke dalam ruang kerja atasannya. “Ada apa bapak panggil saya?” tanya Attala saat sudah duduk berhadapan langsung dengan Bosnya. “Kamu baca ini,” suruh Bosnya sambil memutar layar laptopnya menghadap Attala dan Lelaki itu pun mulai memperhatikan beberapa komentar masuk di salah satu artikel perusahaan tempatnya bekerja. Di sana Attala membaca kalau banyak dari mereka yang meminta Attala sang jurnalis untuk mewawancarai seorang penulis novel horror yang tengah viral saat ini bernama Elana illiana. “Maksudnya Bos meminta saya untuk membuat artikel tentang wanita ini?” tanya Attala saat sudah berpaling dari layar laptop milik Bosnya tersebut. Lelaki itu kini tengah menatap sang Bos yang sedang tersenyum. “Betul sekali.” “Tapi bukannya sudah ada yang menulis artikel tentang wanita ini? dan Bos pasti tahu kalau sebenarnya wanita ini..” Attala enggan melanjutkan kata- katanya karena Ia tahu kalau Bosnya mengerti serta tahu berita tentang wanita ini. wanita ini sempat di berikan gila karena memberikan alasan yang tak masuk akal dalam mendapat ide- ide yang ia tuliskan untuk novel. “Apa kamu benar- benar percaya kalau wanita ini gila? Lagi pula saya dan beberapa pembaca setia novelnya yakin kalau sebenarnya wanita ini tidak gila.” Seru Bosnya sambil menutup layar laptop miliknya. Untuk beberapa saat Attala berpikir kalau jika memang wanita ini gila, lalu mengapa banyak orang mulai tergila- gila dengan cerita yang di tulisnya. Apa mungkin ada permainan marketing untuk menaikan popularitas novel tersebut? Atau mungkin ini ulah seorang jurnalis yang iseng menulis tentang artikel sang wanita tersebut atau jurnalis itu memang di bayar oleh wanita tersebut? Entahlah itu yang kini menjadi pertanyaan untuk Attala karena banyaknya kemungkinan yang ada. “Kita bisa jadikan hal ini menjadi sebuah peluang untuk perusahaan kita agar lebih di kenal banyak orang dengan berita- berita yang sedang update seperti ini dan saya bisa naikkan gaji kamu bahkan posisi kamu saat ini,” seru sang Bos lagi dengan binar mata yang begitu yakin karena sebenarnya beliau sudah mengetahui fakta baru tentang Elana kalau sejak berita tersebut booming, wanita itu selalu menolak setiap jurnalis yang datang untuk mewawancarainya. Alasan beliau memilih Attala selain memang telah di tunjuk oleh banyak orang di sana, kinerja Attala lebih menonjol diantara yang lainnya. “Saya pikirkan dahulu ya Pak karena banyak hal yang tidak masuk akal saat membaca beberapa komentar dari mereka tentang novel- novelnya,” seru Attala yang masih enggan karena ia sendiri tidak begitu percaya hal- hal berbau mistis atau di luar nalar. “Maksud kamu tentang novelnya yang berhantu itu?” “Iya Pak,” “Ayolah Attala sebaiknya kamu selidiki dahulu tentang wanita ini siapa tahu kamu menemukan kebenaran dan siapa tahu juga kamu bisa berjodoh dengan wanita ini,” goda sang Bos yang membuat Attala mengerutkan dahinya karena merasa tersindir. Diantara teman- teman kantornya yang lain memang Attala-lah yang di kenal paling tak pernah menunjukkan ketertarikan dengan seorang wanita karena ia selalu sibuk dengan pekerjaannya. Sempat ada karyawan wanita yang menunjukkan ketertarikannya dengan Attala namun hati lelaki itu seperti membeku karena tidak merespon. “Bapak ini, mengejek saya ya.” Seru Attala. “Saya bukan meledek kamu, hanya saja saya sedang berandai- andai melihat kamu bisa dekat dengan wanita.. Hahaha.” Ucap Bosnya yang merasa puas karena sudah menggoda Attala. “Sudahlah Pak, saya memang benar- benar ingin serius bekerja untuk saat ini dan soal tawaran Bapak ini akan kembali saya pikirkan ya.” Ucap Attala yang bangkit dari tempat duduknya. “Baiklah, tapi apakah kamu tidak mau membawa data wanita ini?” tanya sih Bos sebelum Attala pergi. “Nanti saja Pak kalau saya sudah siap menjalankan tawaran Bapak ya.” Seru Attala santai sambil menutup pintu. Attala dan sih Bos memang terlihat sangat akrab karena sih Bos sangat menyukai hasil kerja Attala yang tak pernah sedikit pun mengecewakannya dan juga semenjak Attala bekerja di perusahaannya suasana kantor menjadi lebih hidup serta perusahaannya berkembang dengan pesat. Tepat pukul dua belas malam, Attala baru saja menyelesaikan pekerjaan kantornya yang akan di tampilkan besok. Attala meregangkan sejenak otot- otot di tubuhnya yang kaku karena hampir seharian bertatapan langsung dengan laptopnya. Lalu setelah itu, Attala bersiap- siap untuk segera pulang. Kali ini Attala sengaja memilih rute perjalanan melewati jembatan yang terdapat sebuah danau tepat di bawahnya. Attala sengaja memilih rute tersebut karena ia ingin menyegarkan kedua matanya yang sudah sering menatap layar laptop. namun saat Attala sedang melaju dengan kecepatan sedang tiba- tiba saja muncul seorang wanita di depan mobilnya hingga Attala menghentikan mobilnya secara mendadak. Wanita itu menoleh ke arahnya dengan tatapan sinis seakan ia sedang sangat marah tapi di sini Attala merasa seharusnya ia yang marah karena wanita itu muncul secara tiba- tiba. “Kamu ini bagaimana? Kenapa tiba- tiba muncul di depan mobil saya? Ini sangat berbahaya,” seru Attala yang sudah keluar dari mobilnya dan kini sudah berada di hadapan wanita tersebut. Namun wanita itu hanya tertawa untuk beberapa menit lalu menjatuhkan tubuhnya di hadapannya. Attala dengan sigap langsung menangkap tubuh wanita tersebut. “Hei kamu kenapa?” tanya Attala yang panik namun sepertinya wanita itu pingsan. Attala langsung membawa tubuh wanita tersebut ke dalam mobil dan menepikan mobilnya. Lelaki itu juga langsung mengambil sebuah minyak angin yang ada di laci mobilnya lalu meletakannya di depan hidung wanita tersebut agar wanita itu tersadar. Jujur saja Attala bingung dan juga takut karena wanita itu tiba- tiba pingsan setelah berhadapan dengan dirinya. “Gue harus bagaimana?” seru Attala dengan wajah panik serta gugup. Badannya pun juga panas- dingin karena ia benar- benar merasa takut dan juga bingung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD