3

1037 Words
“Kenapa pasir di laut itu beda-beda warnanya?” tanya Vino yang membuat Rania menelan saliva. “Kenapa diam?” tanya Vino lagi yang membuat Rani tambah betek. “Pasir putih itu disebabkan batu dari pegunungan yang mengandung banyak kapur, sedangkan pasir yang berwarna hitam mengandung tanah alluvial, dan ada juga kan pasir pantai berwarna pink atau kemerahan, itu disebabkan dari pecahan kerang dan kandungan kalsium karbonat yang berasal dari hewan laut di sana.” Vino menjelaskan panjang lebar pada Rania. “Kamu tau kenapa aku ngajak ke pantai?” tanya Vino lagi, yang membuat Rania menggeleng serasa mati kutu di tempatnya berdiri. “Aku Cuma mau tau seberapa tinggi pengetahuan seorang tour leader yang disuruh kawali aku, ternyata seujung lidi!” ejek Vino lagi yang membuat gigi Rania gemeretak. “Sabar Rania, sabar, ingat kamu lagi sedang bekerja, bukan sedang ingin berdebat dengan pelanggan kamu!” Rani mengelus hatinya agar lebih sabar. “Tolong belikan saya minuman!” ucap Vino sambil memberikan uang 50 ribuan selembar. “Tapi saya kan bukan-.” “Kamu keberatan?” tanya Vino dengan tegas. “Iya, iya, akan saya beli sekarang juga!” sambil menarik kasar uang di tangan Vino, Vino hanya mencibir dan kembali asyik memotret pemandangan di depannya. “Kalau tau orang yang aku pandu laki-laki itu gua ogah banget mau masuk kerja hari ini!” gerutu Rania dengan sangat kesal. “Gua lupa nanya lagi, dia mau minum apa, malas banget harus balik ke sana lagi, mana panas.” Lanjutnya. “Mas beli minum ini semua ya,” ucap Rania sambil memilih satu botol minuman beda-beda, dan jumlahnya sekitar 7 botol. “Iya Mbak.” Penjual itu menscan harganya dan memberikannya pada Rania. Rania membawa minuman itu dengan santai kepada Vino. “Ini minumnya!” ucap Rania sambil memberikan semua minuman itu untuk Vino. Vino hanya mengambil air mineral dan mengembalikan semuanya untuk Rania. “Habiskan yang kamu beli itu semua!” ucap Vino dengan tegas. “What?” pekik Rania kaget. “Gila lu ya, mana sanggup aku habisin ini semua sendirian,” jawab Rania sambil membolak-balikkan semua minuman itu menatap tak percaya. “Terus mau lu buang gitu? Salah sendiri, siapa suruh beli banyak!” ucap Vino dengan santai sambil meneguk minumannya. “Yang penting habis kan? Dan tidak terbuang?” tanya Rania. “Kamu tau kan di sini tidak boleh memberikan minuman sembarangan untuk orang, karna kasus peracunan bulan lalu?” Vino bertanya pada Rania karna sudah tahu niat Rania yang hendak memberikan minuman tersebut untuk orang lain. “Iya iya, gua habisin sendiri!” “Bagus, coba untuk berbicara lebih sopan dengan pemandunya, saya sudah bayar Anda mahal-mahal!” “Dasar lelaki sableng, penduduk di sini, tapi sok-sokan pakai tour leader.” Cibir Rania dengan kesal. “Habiskan minumannya, kita akan pergi ke tempat lain, aku tidak mau kamu menenteng sesuatu di tangan.” Rania membuka botol minum, dan mulai menghabiskan 2 botol minuman, karna memang cuaca sedang panas. “Cepat habiskan 4 botol lagi!” “Kamu mau bunuh aku sama air minum?!” tanya Rania yang sudah mulai gedek. “Kalau iya kenapa?” “Gila lu ya, lu mau masuk penjara?” Rania menakut-nakuti Vino. “Emangnya ada ya orang mati karna minum air 8 liter sehari?” “Itu sehari, bukan semenit!” “Kalau lu gak mau minum, aku cabut nama kamu sebagai pemandu yang baik!” “Iya! Iya! dikit-dikit ngancam.” Rania mulai membuka botol minuman tersebut dan meminumnya perlahan, dia sudah sangat kekenyangan, hingga beberapa kali dia mengeluarkan angin lewat mulutnya. Vino mulai kasihan melihat Rania yang berusaha menghabiskan minuman tersebut, dia merampas botol itu dari tangan Rania dan melemparnya ke tong sampah, dan memberikan minuman sisa untuk anak-anak di pinggir pantai, membuat Rania melongo. “Kan benar-benar gila tu laki, tadi ngancam aku gak boleh kasih minuman untuk siapa saja, takut beracun, nah sekarang, minuman aku di buang, yang lain juga dikasih ke anak-anak, gila!” umpat Rania dalam hati. “Yuk ke tempat lain!” Ajak Vino judes. Rania hanya mengikuti jejak langkah Vino, dia mengimbangi langkahnya dengan Vino agar tidak tertinggal. “Sial, cepat banget jalannya, gak tau apa gua susah jalan di atas pasir!” gerutu Rania kembali. “Ke mana lagi kita pak?” tanya sopir. “Kita ke masjid termegah di daerah sini pak.” “Apa? Masjid? Aku malah belum banyak pelajari tentang wisata keagamaan, aku pikir wisatawan semua asing, mereka mana tertarik dengan masjid-masjid.” Keringat halus mulai terlihat di dahi Rania. “Adu du duh ...,” rintih Raysa. “Mbak kenapa?” tanya sopir. “Saya sakit perut pak, bisa tolong pinggirkan mobilnya, saya mau ke toilet.” Ucap Rania sambil menahan sakit perutnya. Sopir meminggirkan mobil di sebuah toilet umum, dan Rania langsing berlari ke toilet. Sudah 30 menit Rania belum kembali ke dalam mobil. “ke mana perempuan itu pak? Bisa telat saya kalau begini!” ucap Vino dengan Marah “Maaf pak, saya cek dulu ke sana.” Jawab sopir itu yang turun dari mobil dan berjalan ke arah toilet wanita. “Mbak Rania, mbak Rania! Di suruh keluar cepat sama mas Vino!” teriak sopir dari luar toilet. Rania keluar dengan badan sempoyongan. “Pak, apa bisa kita putar balik saja, saya udah gak kuat, perut saya sakit banget, mungkin karna tadi saya banyak minum air berwarna.” Ucap Rania yang terlihat jelas di matanya sedang menahan sakit. “Ya sudah Mbak, kita kembali saja ke mobil, biar kita bicara sama Mas Vino. Rania berjalan dengan lemah di belakang sopir. “Mas Vino, mbak Rania sakit perut, dan minta untuk di antar pulang.” “Bawa pulang aja, saya juga malas punya pemandu bodoh sepeti dia!” jawab Vino yang membuat hati Rania sakit, tapi tak di gubrisnya, karna perutnya kini benar-benar tidak bisa di ajak kompromi. Mereka mengantar Rania sampai ke rumah orang tuanya. "Buk, ini Mbak Rania sedang sakit perut, dan minta di antar pulang saat sedang bekerja." ucap sopirnya itu, sedangkan Vino tidak turun dari mobil, karna merasa bukan tanggung jawab dia. "Terima kasih banyak pak ya, sudah mau mengantar anak saya," ucap Mamanya Rania. "Sama-sama Bu, sudah kewajiban saya juga untuk menjaga penumpang saya." ucapnya. Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD