Part 04. Perkelahian di kelas

1811 Words
Setelah membuang tasnya ke sembarangan tempat, Carlos langsung bergerak sedikit keluar dari area halte Bus dan saat ini laki-laki remaja itu sudah dalam posisi siap bertarung. Dia berdiri tegap di trotoar jalan dengan kedua tangan yang sudah terkepal sangat erat dan Carlos mengangkatnya setinggi d**a. Tatapan mata yang tajam dan mimik wajah yang datar masih setia laki-laki remaja itu terlihat. Bahkan saat satu orang dari sembilan preman yang mencoba menggebuki dirinya itu maju menyerang, Carlos menghindarinya dengan santai dan parahnya, dia langsung memberikan satu pukulan tepat ke tenggorokan. Preman berambut cepak itu sudah terkapar tak sadarkan diri menyusul si plontos tadi, "Katanya preman, satu pukulan aja ko. Kalian niat jadi orang terkuat enggak sih?" Corlos berbicara dengan seringai yang sangat-sangat jelas meremehkan. Laki-laki itu suka situasi di mana dia bertarung seperti ini. Malahan, dari dulu dia selalu ingin berada di situasi ini. Katanya sih, dia bosan hanya melawan bang Jono yang mengajarinya tehnik bertarung ala jalanan yang di mana, kata Bang Jono, pertarungan jalanan itu tidak punya wasit dan kita bisa saja mati terbunuh di sana. "Serang bareng-bareng, Sialan!" Si gimbal layaknya bos memerintah ketujuh orang temannya yang tersisa. Padahal saat ini dia sendiri masih memperhatikan dibelakang. Dari tadi Carlos juga memperhatikan gerak gerik si gimbal yang terlihat seperti ingin melarikan diri. "Denger! Kita serang si bocah songong ini bareng-bareng." Satu orang dari tujuh Preman itu berbicara membuat etensi Carlos teralihkan kepada mereka. Remaja itu mengubah kuda-kudanya. Dia agaknya bergerak sedikit mundur kebelakang dengan kedua tangan masih dia posisikan di depan d**a. "Pertarungan di jalanan itu enggak ada wasitnya, Los. Jadi, kita bisa lakukan apa pun agar bisa menang. Terserah mau lawannya bilang curang atau apa lah, yang penting kita enggak kena pukul. Inget, kena pukul sekali di pertarungan jalanan, itu berarti mati." Carlos memutar ulang perkataan bang Jono sebulan yang lalu, saat di mana, itu adalah bulan terakhir dia belajar bela diri ala jalanan, "Di jalanan tidak ada yang namanya curang. Ingat satu pukulan berarti adalah kematian. Jadi, jika dua di depan ini maju, aku kudu menghindar dan bunuh dulu yang dua dibelakang," ujarnya dalam hati. Carlos membulatkan mata terkejut saat dua orang preman di depannya menerkam bersamaan. Laki-laki itu langsung membungkuk dan berlalu dari celah bagian tengah kemudian, dia memberikan pukulan-pukulan telak untuk lima orang yang ada di belakang dua preman tadi yang langsung ia tertuju ketitik vital mereka. Carlos berhasil karena lima orang tadi sangatlah ceroboh. Padahal sudah jelas saat ini mereka melakukan pertarungan, tapi para preman itu justru mengurangi penjagaan, "Sekarang giliran kalian, Sialan!" Carlos sepertinya tidak ingin membuang waktu karena kedua telinganya tetiba mendengar sebuah suara sirine polisi yang mendekat, "Ada yang melapor." Carlos berucap sembari bergerak memberikan satu tinju kepada preman yang berdiri di sis kiri. Akan tetapi sasarannya meleset. Tadinya Carlos ingin memukul dagu orang itu, tapi malah mengenai pipi kanan. Carlos berdecak kesal. Dia bergerak menghindar saat preman yang berada di sebelah kanan mengayunkan kaki untuk menendang, "Lamban," ucapnya dan laki-laki itu langsung menerjang untuk melakukan tackle. "Sekarang matilah!" Carlos dengan tubuh berotot yang mengangkat seorang pria dewasa dan parahnya lagi laki-laki itu langsung membanting orang itu tepat ke trotoar. Suara tulang punggung yang retak begitu jelas terdengar di ruas jalan M.H Tamrin yang entah sejak kapan sepi. "Apa yang lu lakukan bocah?" Laki-laki yang tadi terkena serangan di pipi kanan itu berujar dengan nada ketakutan. Sungguh, baru kali ini dia berada di posisi seperti ini. Awalnya, mereka bersepuluh adalah preman teri yang hanya memalak dan tidak pernah sekali pun terlibat perkelahian. "King, lari, king! Polisi." Si gimbal yang sedari tadi diam tak menyerang, memberitahukan temannya untuk lari. Orang yang dipanggil king alias, ceking itu langsung berlari mengikuti si gimbal. Carlos pun begitu. Dia dengan cepat kembali ke halte bus. Laki-laki itu memunguti tas punggung kainnya dan setalah itu, ia berlari. Carlos tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang penuh akan ketakutan di tempat pemberhentian bus tadi. Perginya Carlos ternyata bersamaan dengan datangnya dua mobil polisi, "Kenapa berkelahi secara nyata seperti ini menyenangkan sekali?" Ini adalah kali pertama laki-laki remaja itu tersenyum. Saat ini dia tidak peduli dengan suara teriakan para polisi yang memintanya berhenti tanpa melakukan pengejaran. Carlos yang mendapati itu berbalik, "t*i!" ucapnya dengan lidah yang menjulur keluar dan jangan lupakan jari tengahnya yang mengacung. Setelah mengatakan itu, Carlos kembali berlari dan laki-laki itu langsung naik ke sebuah angkot yang beruntungnya, melaju di ruas jalan searah menuju sekolahnya. *** "Anak-anak sekolahan turun, buru!" Kernet angkot berbicara sembari menggebrak atap angkot. Carlos yang mendengar itu langsung bangkit dari duduknya dia sedikit membungkuk dan mulai berjalan mendekati pintu keluar angkut. Ternyata gerkananya itu bersamaan dengan seorang wanita yang juga memakai seragam sekolah yang sama dengannya. "Eh, maaf, silahkan." Carlos hanya diam saat dia melihat wanita berambut sebahu itu meminta maaf lantaran dagu mereka berabrakan. Parahnya, laki-laki itu malah berjalan sesuai apa yang tadi wanita itu katakan. "Ongkos, ongkos." Dengan sedikit sengak, si kernet meminta ongkos kepada Carlos yang baru saja turun dari kendaraan sempit itu. Carlos diam beberapa saat hanya untuk menelisik wajah sang kernet yang terlihat tidak jauh dari perangai seorang preman, "wah, wah, enggak bener in-" "Gue sama cewek yang tadi di dalam." Carlos menyodorkan uang seratus rupiah dan setelah itu dia langsung berjalan melewati gerbang yang di mana, di atasnya ada gapura yang bertuliskan "SMK negeri Bisa Jaya". Sementara di belakang. Laki-laki itu justru tidak melihat reaksi wanita yang dia bayarin tadi, "Udah, Neng enggak perlu bayar. Tadi Abang gondrongnya udah bayarin." Si tukang kernet yang tadinya mengeluarkan mimik wajah yang sengak di depan Carlos, tetiba berubah baik ke wanita yang ternyata bernama Resmani Astuti, itu terlihat dari name tag yang terjahit di d**a bagian kiri wanita itu. *** "Sekali lagi, selamat datang para murid baru yang sudah berkenan untuk masuk ke sekolah ini. Tidak bisa dipungkiri SMK kita ini adalah, sekolah yang jelek di mata masyarakat, tapi percayalah. Kami akan melakukan yang terbaik agar kalian kelak tidak kecewa memberikan masa depan ke sini." Carlos yang muai bosan. Sungguh, yang paling mengesalkan setiap upacara bendera adalah, amanat dari pembina upacara yang sangat-sangat panjang. Padahal, dari tadi dia mendapati kalau laki-laki paruh baya yang menjabat sebagai sekolah di sini itu, mengatakan, satu hal lagi, tapi satu hal itu tidak ada ujungnya. "Menyebalkan. Kenapa atuh teh lama pisan?" Beberapa orang yang sepertinya sefrekuensi dengan Carlson, mulai saling berbisik satu sama lain. Dari cara mereka berdialog, Carlos dapat menyimpulkan kalau mereka adalah temen SMP atau serumah. Gimana yah, tidak mungkin orang yang baru bertemu di SMK langsung akan saling bicara akrab seperti itu. Biar pun sebelumnya mereka terlibat MOS selama satu Minggu, Carlos mengira tidak ada orang yang akan saling mengenal dengan sangat cepat. Namun, itu hanya perkiraan dari laki-laki suram berwajah datar itu. Aslinya mereka.ya saling mengenal saat MOS seminggu lalu. Dia berpikir kalau orang-orang yang ada di sisi kiri, kanan, dan depannya ini berbisik karena sudah saling mengenal cukup lama itu salah. Seandainya Carlos seminggu lalu tidak mengasingkan diri, mungkin dia mempunyai taman di lapangan ini. Namun, sebenarnya Carlos juga tidak mau berteman dengan mereka sih karena mau bagaimana pun, tempat ini adalah SMK negeri Bisa Jaya yang di mana, tempat para calon preman berkumpul dan akan direkrut masuk ke sebuah genk terbesar yang katanya menguasai seluruh jalanan kota Jakarta. Kalau tidak salah namanya adalah "Genk Jalanan Berdarah". Jadi, percuma saja Carlos.menjalin ikatan pertemanan karena semua siswa laki-laki yang ada di sini ingin mencapai tempat itu. Buktinya, disela-sela mereka berbincang, Carlos dapat melihat mereka semua menarik satu sudut bibir, seolah tengah menargetkan satu sama lain untuk dimangsa lebih dulu. *** Setelah amanat yang begitu lama, akhirnya Upacara bendera usia. Saat ini semua murid langsung mengayunkan langkah ke kelas masing-masing. Termasuk, Carlos. Saat ini laki-laki itu tengah berjalan sendiri. Di depan, belakang, kiri, dan kanannya, dia melihat banyak sekali orang yang jalan beriringan. Carlos yang melihat itu hanya bisa terkekeh dan menertawakan semua.orang yang sepertinya mencoba untuk dilihat sebaik mungkin agar nantinya, mereka semua bisa menggigit satu sama lain. Intinya, menjalin pertemanan di SMK yang dipenuhi oleh murid-murid b******k adalah kesalahan terbesar dan Carlos suka itu. Ngomong-ngomong, Carlos itu adalah siswa baru di sini. Dia sekolah di SMK negeri Bisa Jaya punya niatan tersendiri. Di tempat itu, Carlos mengambil jurusan otomotif karena selain perkelahian, laki-laki itu suka dengan mesin. Buktinya, dia bekerja sambilan di sebuah bengkel mobil yang cukup besar dan hal menyenangkan adalah, di sana bosnya baik. Carlos terus saja menyusuri lorong kelas satu. Dia berjalan dengan sangat pelan sembari mendengarkan beberapa keributan yang terjadi di dalam kelas yang dia lalu. "Apa-apaan ini? Bukannya kita teman? Lalu, kenapa lu mukul gue, Sialan?" "Teman? Gue mana mau temenan bareng b******n lemah kayak lu." Carlos yang mendengar perkelahian mulut itu hanya bisa menyeringai. Sepertinya mereka yang tadi mengenakan topeng pertemuan itu sudah mulai saling menggigit satu sama lain dan itulah yang membuat, laki-laki itu senang sekaligus miris. Carlos berhenti di sebuah pintu yang di mana, di ramon bagian atas tertempel sebuah kertas bertuliskan "Otomotif 1-1". Carlos tidak bergerak untuk masuk karena saat ini dia melihat dua orang teman kelasnya tengah berdiri saling berhadapan. Sepertinya di dalam sana akan ada pertarungan, "Belum ada satu hari sekolah normal berjalan, kalian sudah melakukan hal ini. Ternyata rumor SMK negeri Bisa Jaya yang mengatakan sekolah tempat berandalan berkumpul itu benar. "Lu kira gue takut Ama orang modelan kayak lu, hah?" Sebastian berucap dengan nada bicara yang meremehkan. Laki-laki yang saat ini berdiri menghadap tepat ke arah pintu masuk itu bernama Sebastian Gunawan, dari awal masuk sekolah. Anak itu sudah terkenal karena reputasinya waktu di SMP. Sementara orang yang berdiri memunggungi Carlos itu adalah, Aldo Hermanto. Siswa yang katanya waktu SMP dijuluki "si gila dari SMP Garuda" Entah kenapa mendengar reputasi itu, Carlos hanya bisa tersenyum meremehkan. Dia merasa aneh saja saat mendapati orang-orang yang mendapati sebuah julukan. Terdengar kekanak-kanakan bagi laki-laki itu. "Sebastian dari SMP Glora. Katanya kau orang yang barbar, tapi dari tadi bacot mulu. Percuma julukannya si Barbar SMP Glora, ternyata itu hanyalah Ta-" "Berhenti bicara dan cepatlah berkelahi, Sialan!" Carlos tetiba masuk ke dslam kelas dan laki-laki itu berhasil merebut perhatian semua orang yang ada di sana. Carlos yang merasa sudah berhasil mendapatkan perhatian, langsung berdiri dengan pongah. Mimik wajahnya yang sengak terlihat sangat menyebalkan Dimata para murid. Bahkan mereka semua sepertinya sudah mengepalkan tangan saat Carlos dengan terang-terangan memberikan sebuah tatapan yang meremehkan. "Aku langsung saja ke intinya. Jadi, bagaimana cara agar aku bisa menguasai kelas ini dan menjadikan kalian di bawaku?" Carlos bertanya dengan nada bicara yang sangat santai. Semua orang yang mendengar itu semakin dipenuhi amarah dan dia sangat tahu itu. "Apakah aku harus menjinakkan kalian semua dulu atau kalian semua menurut dan jadilah bawahanku." Carlos sepertinya memang suka cari ribut. Buktinya laki-laki itu semakin mengeluarkan kata-kata yang bersifat memanaskan. Semua orang yang ada di kelas semakin marah. Sepertinya perkelahian di sana tidak bisa dihindari, karena Sebastian yang sudah kelewat kesal langsung berlari dengan sebuah tinju yang siap menghantam, Carlos.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD