Kumpul Keluarga

1436 Words
Sasa    POV         Hari ini aku begitu s**l, bertemu dengan lelaki gay yang tidak sopan. Yang aku butuhkan hanya uang, walaupun seribu lima ratus tapi itu cukup untuk beli satu gorengan yang membuat perutku lumayan keisi huh!!!. Ini apalagi jam tangan jelek dikasih sama si sompret..siapa yang mau beli ini jam?. Oooo...coba aku ke toko jam Koko Cecep siapa tau dia mau beli 10 ribu aja udah untung nih hehehe.         Aku mengendarai Taksi dengan cukup cepat karena waktuku sudah habis menggantikan Kamil. Aku tak ingin ribut dengan Kamil karena telah mengambil waktunya. Aku menemui Koko Cecep yang sangat sibuk melayani  pembeli ditokonya.         "Ko...aku mau jual ni jam Ko, Masih hidup dan Masih bagus Ko!" Ucapku menyerahkan jam kepada lelaki bermata sipit itu.         Koko Cecep mengambilnya dari tanganku dan membolak-balikan jamnya. "Wow, ini barang original aku ambil lima juta ya!" Ucapnya.         Apa??? gue nggak salah dengar lima juta??? "Kalau diatas itu, aku nggak sanggup ya!" Ucapnya sambil menurunkan kaca matanya.         Aku menggaruk kepalaku bingung  karena tidak mungkin aku menjual jam tangan lelaki gay itu. Aku memperhatikan detail  jam tangan ini, sepertinya sangat mahal. "Nggak jadi Ko!!" Ucapku tapi tangan Koko, menahan tanganku dan ia ingin mengambil jam itu. "Enam juta deh!!" Ucapnya. Sebenarnya berapa sih, harga jam ini?. "Maaf Ko, sepertinya pacar saya bakal marah kalau saya jual jamnya. Saya pikir-pikir dulu Ko!" tolakku dan segera mengambil jam tangan itu. Berandalan seperti dia punya jam semahal ini, tapi bayar taksi aja susah Banget. Jangan-jangan dia copet ihh.. Hampir saja aku menjual barang yang bukan hakku huhuhu...godaan besar...maafkan hambamu tuhan. Saatnya menjemput Vano, hari ini rezekinya lumayanlah. Aku menghitung pendapatanku untuk hari ini dan berucap syukur karena aku bisa mengumpulkan uang tujuh puluh lima ribu rupiah.   Autor         Sasa mendekati Vano yang sedang tertawa bersama seorang anak perempuan yang lucu. "Halo...sayang siapa namanya?" Sasa menyamakan tingginya dengan anak perempuan lucu yang berdiri disamping Vano. "Yura..." ucapnya sambil menujukan senyum manisnya. "Kamu cantik sekali sayang, Yura nungguin siapa?" Sasa mengelus pipi caby Yura. "Mama...sebentar lagi jemput Yura, seharusnya Oma yang jemput, tapi Oma pergi sama Ninin dan lupa jemput Yura!" Yura menggembungkan kedua pipinya.         Sasa mengelus rambut Yura dan tertawa melihat ekspresi Yura."Bunda, kenapa lama jemput Vano? untung ada Yura yang nemanin Vano!" Ucap Vano dan segera memeluk Sasa. "Maaf ya sayang Bunda kerja cari uang buat Vano, agar bisa beli tas ben 10 nak!" Sasa mencubit pipi Vano. "Sakit Bunda...ih.. beneran Bunda? Asyik!" Vano melompatkan tubuhnya karena senang.         Seorang wanita cantik berambut kuning mendekati mereka dan Yura segera berlari menghampiri wanita itu. "Mama lama Banget sih?" Yura menyebikan bibirnya.         "Wah....makasi ya dek, udah nemenin anak saya!" Ucap wanita itu saat melihat keberadaan Sasa yang ada disebelah Yura dan Vano. "Sama-sama Mbak, lagian saya juga baru nyampe kok" Sasa tersenyum manis. "Perkenakan saya Mamanya Yura, nama saya Anita!" Anita mengulurkan tangannya. Sasa menyambutnya dengan senang"Nama saya Sasa Bundanya Vano".         Anita sangat senang bertemu Sasa, yang ternyata lucu dan supel.  Mereka saling menukar nomor ponsel. "Sa, nanti kita sering-sering ketemu ya! Mbak senang Banget bisa ngobrol sama kamu!" Ucap Anita tulus. "Iya Mbak! Aku juga senang kok...Mbak, ternyata Mbak sangat baik!" Sasa tersenyum manis. "Aku jadi malu... Sa Mbak baiknya dari mana coba? kamu udah memuji Mbak begitu hehehe...!" Anita terkekeh. “kalau begitu, Sasa permisi ya Mbak”. Ucap Sasa sopan dan meninggalkan mereka ***           Di mabes Bram duduk diruangnya sambil membaca berkas, hari ini sebenarnya ia sangat sibuk karena selain sebagai polisi ia juga adalah seorang dokter. "Hey...Bram bagaimana penyelidikan kasus pembunuhan di gerbong kereta api itu?" Tanya Kenzi yang merupakan sepupu Bram dan juga seorang polisi.         "Udah aku selidiki Kak, tapi aku sedang mencari pelakunya, menurut preman g**g manggis si Hendro sekarang suka malak di pasar perepatan Kak!" Jelas Bram. "Selesaikan kasus ini segera Bram...tangkap tersangka!" Perintah Kenzo. "Kak...lo main perintah aja ngebantu juga nggak!" Ucap Bram kesal. "Suka-suka gue!! Lo Masih kecil di bawah gue itu resiko!" Ucap Kenzo acuh. "Kakak tau siapa gue? Anak Kapolda gitu lo!" Kesal Bram "Hanya itu yang kamu sombongkan???  dasar gila lo nggak ada hormatnya sama yang tua!" Kesal Kenzi. "Gue tau lo orang paling hebat hehehehe...soalnya Kak Revan aja kalah, lo udah punya anak dua hasil pemerkosaaan pula hehehe...!" "Anjrit ni anak pakek dibahas aja!" Kenzi mendekati Bram dan mencekiknya. "Woy b**o lo Nzi mau bunuh gue ya! uhuk...uhuk..." Ucap Bram mencoba melepaskan cekikan Kenzi. Kenzi mendorong Bram "Mulut lo gue cabein baru tau rasa lo!" "Enak loh makan cabe panas sepanas kisah cinta lo hahaha...!" Goda Bram "Anjrittt ni anak!!" Kesal Kenzi         Bram segera meninggalkan ruangan Kenzi, ia harus segera pulang menemui Momy dan Popynya yang baru saja pulang. Hari ini mereka pulang karena Sofia baru saja pulang dari Amerika. Makan malam keluarga sangat ditunggu Bram. Karena mencicipi makanan Momynya adalah salah satu kenikmatan surga bagi Bram.         Bram tersenyum saat melihat tawa Mom, Pop dan kedua adik perempuanya beserta Azka adik iparnya. "Hai...semua Mas Bram paling tampan pulang!" Ucap Bram percaya diri.         Bram melihat tampang Dewa yang menatapnya angkuh, membuatnya sangat senang. Bram mendekati Dewa dan segera mengecup pipi Dewa. "I miss you Pop...kangen!" Bram menirukan gaya Gege dan Sofia saat bertemu ayahnya. Hahahahahaha...         Sofia, Gege dan Azka tertawa melihat kelakuan Bram. Dewa segera mengelap pipinya karena kecupan basah dari anak lelakinya yang gila, membuatnya sangat kesal. "Dasar kurang ajar kamu Bram...ih...!" Dewa menatap Bram dengan kesal. "Ih...Popy kok gitu sih sama eke, udah lama nggak main sombong yey!" Bram mengedipkan matanya.         Dewa menendang p****t Bram membuatnya meringis. "Wadaw sakit Pop! nggak bisa diajak becanda...!" Bram memegang pantatnya yang berdenyut akibat tendangan Dewa. "Pantas saja kau dibilang gay kalau tingkah lakumu begini!" Kesal Dewa. "Aduh Pop ini seni peran, ini ilmu dari Momy...Momy...sayangku cintaku, anakmu yang tampan minta dicium nih!" teriak Bram segera menuju dapur dan mencium pipi Lala yang sibuk menyiapkan Masakannya dibantu beberapa maid. "Mom, Bram kangen Mom!" Ucap Bram manja sambil memeluk Lala.         Sofia melihat Bram memeluk Lala dan tersenyum jahil saat melihat Dewa. "Pop....Mas Bram memeluk Momy!" Teriak Sofia. Dewa menuju dapur dan mendekati Bram. "Apa yang kamu lakukan Bram...Momy punya Pop! Kamu cari sendiri!" Kesal Dewa sambil menyeret Bram. "Aduh..duh..sakit Pop ini KDRT, Pop aku adukan sama om Seto!" Ucap Bram Dewa membawa Bram ke meja makan "Duduk !!!" Perintah Dewa.         Dengan wajah yang cemberut Bram duduk tepat disebelah Sofia, ia memberikan senyum mengejeknya. "Pulang sana ke rumah Bima sono!" Usir Bram kesal. "Pop...hiks!" Adu Sofia pura-pura menangis. "Brammmm...!!" teriak Dewa memperingatkan Bram. "Hehehehe iya...iya dasar keluarga lebay!" Kekeh Bram "Hey Mas siapa yang lebay...Mas yang lebay kita mah enggak!" Kesal Gege. "Pantesan jauh jodoh kelakuan minus!" Timpal Azka. "Sombong lo Ka...jodoh...nggak elit dijebak hansip huh!!" Ejek Bram. “Mom, Mas Bram ngatain Gege Mom!” teriak Gege. "Brammm, kamu itu anak laki-laki satu-satunya tapi jahil minta ampun. Kasihan kedua adikmu!" Lala datang membawa hidangan terakhirnya membuat Bram menelan ludahnya. "I love you Mom" Ucap Bram tanpa babibu segera mengambil nasi dan soup daging  kesukaannya. “janji deh, besok-besok gangguin mereka lebih ekstrim lagi” Bram merebut sendok yang dipegang Dewa sambil memberikan senyum termanisnya. "Dasar lebay...!" Ejek Dewa menatap putra sulungnya dan menggelengkan kepalanya.         Mereka berkumpul di ruang keluarga. Sofia menceritakan kegiatanya selama di Amerika. Gege juga menceritakan keinginannya agar segera memiliki anak. Dewa berbincang mengenai rumah sakit milik keluarga Lala yang dikelola Azka. "Bram...rumah sakit Mom membutuhkanmu! Bisakah kau menjadi dokter spesialis disana?" Tanya Dewa. "Pop yang terpenting itu kerjaan Bram sebagai abdi negara Pop, lagian Bram Masih nyaman dirumah sakit milik kepolisian, Bram ada 4 jam kok praktek di rumah sakit Mom!" ucap Bram.         "Tapi kalau rumah sakit Mom mau memberikan gaji yang besar juga, aku sediakan 3 jam  untuk buka praktek lagi atau ikut dalam pembedahan!" Ucap Bram sambil menaik turunkan alisnya. "Sok hebat!! Untung lulus dari kedokteran!" Ejek sofia. "Bram gitu lho...tampan, baik hati, pintar dan tidak sombong!" Puji Bram. "Iya...tampan kamu cocok deh jadi aktor laga!" Ucap Lala tiba-tiba. "Enggak!!" Ucap Dewa dan Bram bersamaan. "Hiks...hiks...kalian jahat sama Momy...!" Lala terisak. "Loh...Mom kok sensitif Banget kayak Mbak Anita...jangan-jangan Mom...HAMIL LAGI!" Teriak Bram. "Tidak...!" Fia dan Gege menatap Dewa dengan tatapan kesal. "Hey...kenapa marah sama Pop?" Tanya Dewa. "Jelaslah Pop...Pop yang punya s*****a!" Ucap Bram pulgar. "Iya Masa dokter tidak tahu sih!" Ucap Azka membawa nama profesi mereka. "CUKUP!!! Siapa yang lagi hamil???  Yang mesti hamil itu kalian!" Teriak Lala "Mana cucu buat Mom?" "Tanyakan saja dengan Azka kenapa senjatanya kurang manjur! Lagian kalau nunggu punya gue menghasilkan nanti ya! tunggu dapat sangkar dulu, baru bisa tek..dung!" Jelas Bram sambil meminum jusnya. "Bram!!!....Pop jahit mulut Bram!" Pinta Lala menatap suaminya Dewa dengan memohon. "Lari..!" Mendengar amukan Lala membuat Bram ketakutan dan ia segera berdiri menaiki anak tangga menuju kamarnya.          
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD