Harapan Semu Fuji

1204 Words
Bab 2 Harapan Semu Fuji "Tenanglah sayang. Kamu tinggal menikmati saja. Bersamaku kau tak akan jatuh, karena kau tak kan ku lepas dari genggamanku, aaaargh, sssshhh, awkh." racau Thoriq yang sudah seperti orang kesetanan menahan sgala hasrat di belakang Fuji "Aaahk.. sssshhh...uuumh" Fuji pun tak sanggup berkata apapun lagi. Desahan - desahan kenikmatan seakan berlomba dari bibir mereka. Fuji hanya mampu mendesah menikmati setiap sentuhan Thoriq di dua buah dadanya.Dan sekarang, senjata Thoriq yang tak seberapa besar itu mulai di sentuhkan ke pant*t Fuji. Tangan Thoriq mengangkat sebelah paha Fuji supaya senjata nya bisa memberi kenikmatan di area taman mini Fuji melalui sela - sela pant*t Fuji Sambil berpegangan pada handle pintu standing shower Fuji mlihat Thoriq di belakangnya sibuk memasukkan senjata nya ke taman mini milik Fuji dari sela sela pant*t. Bathin Fuji bersorak, berjingkrak bahagia akhirnya bisa merasakan keindahan itu lagi. Seakan tak percaya kali ini akhirnya bisa jatuh cinta lagi. Ah, cinta?? Mungkin kah ini cinta? Tak tau apakah Thoriq kaya atau miskin, ataupun bagaimana sifat Thoriq, bertemu pun baru sekian jam yang lalu. Bagaimana bisa merasakan keindahan dan kenyamanan sedemikian rupa? Biasa nya di sentuh lelaki saja sudah ill fill saking setiap malam bertemu lelaki yang berbeda beda. Tapi laki laki yang satu ini benar benar berbeda dari yang lainnya. Akhirnya senjata itu pun menembus gawang kenikmatan Fuji untuk yang ke sekian kali. Fuji mendesah, merintih manja. Dan tiba tiba ada perasaan takut kehilangan di hati Fuji. Akankah Thoriq datang lagi menemui nya? Hari mulai beranjak sore dan kegelisahan Fuji makin menjadi. Sampai - sampai dia tidak mempedulikan tarif bersama Thoriq. Karena walaupun Fuji pekerja malam, dia memang tidak pernah mengambil job tak senonoh. Dia melakukan semua itu dengan Thoriq murni untuk mengisi kegersangan hati dan menikmati kenyamanan yang selama ini tidak pernah dia rasakan dari berbagai macam laki - laki yang pernah karaoke dengannya. "Sayang, uang abang sisa dua juta sayang. Kita bagi dua aja yah. Buat jajan Kamu satu juta, buat abang beli bensin dan makan di jalan satu juta. Cukup kan sayang" Thoriq berkata keuangannya agar di maklumi Fuji. "Iyah gapapa sayang. Tapi nanti antarin aku beli rok kesukaan aku yah. Udah lama aku nyari rok levis pendek kayak gitu belum dapat dapat. Janji ga banyak beli apa apa kok" Fuji menenangkan. Dia tak memikirkan untung rugi soal materi dari Thoriq yang penting kebahagiaan ini saja sudah jauh lebih dari cukup mengisi kegersangan hati nya yg selama ini sulit untuk mencinta dan merasakan lagi kenyamanan dari seorang laki laki. Akhirnya mereka berjalan ke pasar tradisional. Fuji menggandeng mesra lengan Thoriq sambil mencari cari apa yang di inginkan nya untuk di beli. Ternyata rok yang dia inginkan tidak bertemu, akhirnya jadi lah Fuji membeli speaker kecil untuk hiburannya di rumah dan sebuah keset cantik. Lalu mereka mengisi perut yang sudah keroncongan akibat beberapa ronde tanpa jeda si kamar barusan. Semangkok bakso menjadi pilihan Fuji dan semangkok soto telah terhidang di hadapan Thoriq. Mereka melahap makanan tersebut dengan nikmat. Benar benar sudah kelaparan akibat beberapa ronde tanpa jeda. "Kok kamu bakso nya ga di abisin? Tadi kata nya laper banget?" Heran Thoriq "Iyah abis kamu juga makanannya ga di abisin jadi aku ikutan" Fuji menyahut dengan sangat manja tak lupa dengan senyuman bahagia terukir di bibir nya yang sudah polos tanpa polesan lipstick, karena dia tidak membawa persiapan make up untuk ke hotel. "Abis ini antarin aku pulang yah, mampir dulu di mess aku. Masih kangen" Fuji masih ingin bermanja - manja "Ok. Yuk buruan sudah sore. Hampir malam malahan, abang juga masih banyak urusan inih. Tapi demi kamu abang tunda semuanya" Gombal Thoriq "Ih abang.." Fuji merengut manja. "Jajan aku manah? Tadi katanya bagi dua" Cinta sih cinta, sayang sih sayang, tapi soal duit Fuji ga lupa dong. Realistis aja dandan cantik untuk mempertahankan cintanya juga butuh duit. "Abang ga punya uang cash, transfer aja ya" Sahut Thoriq sambil mengeluarkan ponsel nya. Dia mengetik angka lima ratus ribu pada mobile banking nya. "Ups.. Abang, ingat tadi janjinya mau kasih aku berapa?" Fuji berang melihat angka lima ratus ribu di ponsel Thoriq yang akan di kirimkan ke rekeningnya. "Lah, sayang, tadi kan abang sudah bilang uang abang sisa dua juta, buat abang satu juta. Kamu kan udah beli speaker, keset dan kita juga udah makan - makan sayang. Nanti takut uang abang ga cukup untuk bensin sampai di rumah." Elak Thoriq " Ya kan cuma keset sama speaker doang bang. Masa kurangin jajan aku sampai lima ratus ribu sih? Jangan gitu dong." Fuji mulai ill fill kalau udah soal duit. "Iya iyaaah.. Ini abang tambahin" dan secepat kilat Thoriq mengetik angka sembilan ratus ribu di ponsel dan langsung di enter. TERKIRIM... "Udah tuh. Jangan bawel lagi. Abang masih banyak yang mau di urus." Thoriq mulai pasang wajah serius. Fuji menghentak kesal. "Ugh, pelit banget sih orang cuma beli speaker sama keset. Sama aja aku beli pakai duit sendiri kalau gitu." cicit Fuji merengut tiada henti. "Mentang mentang sayang gw di giniin ih, sebel. Kiri kiri, udh sampe tu yang di kiri, rumah tingkat tiga warna orange, itu mess ku." Fuji ngedumel sambil memberi arahan untuk berhenti karena sudah sampai. Thoriq dan Fuji duduk di kantin yang ada di bawah mess tersebut. Terlihat banyak wanita yang lalu lalang di sisi kantin. "Wah, cantik - cantik juga.Temen kamu semua itu?" Mata Thoriq mulai jelalatan. "Ih abang apaan sih barusan sama aku sekarang liat cewek lain udah jelalatan aja." Fuji merajuk. "Tenang sayang, nanti kan kamu Abang kasih persenan juga kalau kencan sama temen kamu" Bujuk Thoriq Fuji merengut. Dalam hati tergiur juga akan duit karena semenjak Covid cafe nya sepi dan dia sering kekurangan uang. Tapi di satu sisi dia pun tak ingin Thoriq berbagi hati dengan yang lain. BERBAGI HATI? Ah, apa yang barusan mereka lakukan seperti nya hanya Fuji yang pakai hati dan perasaan. Fuji mendesah kecewa. Sedangkan untuk tarif dari subuh sampai sore saja seharusnya empat juta, ini pun dengan ikhlas dia terima apa ada nya sembilan ratus ribu tapi masih saja tak di anggap. Selama ini banyak lelaki menawarkan uang berlimpah tapi tak sedikitpun Fuji merasa tertarik dan dia lebih memilih kekurangan daripada tersiksa memberikan kemesraan palsu demi uang. Tapi sekalinya dia rela apa ada nya, malah laki - laki yang dia mulai sayangi dari pelukan pertama sampai detik ini menginginkan wanita lain yang tak lain dan tak bukan adalah teman - temannya juga. Sebegini rumit kah antara uang dan cinta? Entahlah. Baru saja mau melayang sudah terhempas lagi. Tapi dengan culas Fuji menyetujui kata kata Thoriq untuk memperkenalkan dengan teman - temannya. "Lihat saja nanti! Dia bisa curangin gue, kenapa gue enggak" Dengus Fuji dalam hati dengan kesal "Mau makan atau minum apa Ji? Tumben nih baru nongol" Tiba - tiba Becca Sang pemilik kantin mess menanyakan menu yang akan mereka pesan, menyela kecemburuan Fuji karena Thoriq yang menanyakan teman teman nya. "Gue jahe anget aja satu deh. Abang apa Bang?" Tanya Fuji pada Thoriq. "Samain aja lah." Sahut Thoriq santay sambil menggoyangkan kan kakinya. Membuat Fuji makin greget. "Ni orang ga tau gue lagi cemburu berat apah?" Bathin Fuji. "Ok Ok. Gue minta Bang Fadly bikinin dulu ya. Gue masih mau nanyain orderan pelanggan lain." Kata Becca sambil mencatat orderan dan mengedipkan mata menggoda Fuji.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD