Mulai Curiga

1588 Words
Bab 3 Mulai Curiga Karena posisi di kantin, tidak mungkin untuk memperlihatkan kecemburuan & sakit hati, apa lagi mempertontonkan keributan, Fuji hanya bisa bersabar menyetujui kalimat demi kalimat menyakitkan dari seorang Thoriq yang telah menguasai segumpal darah bernama hati dalam tubuhnya. "Silahkan Fuji, Bang. Ini jahe anget nya." Fadly suami Becca datang mengantarkan pesanan mereka. "Iya Fad. Thanks" Jawab Fuji singkat. Mood nya hilang sudah untuk melanjutkan bermanja - manja ria dengan Thoriq akibat cemburu dan terlebih merasa tidak di hargai. Pelan - pelan mereka sama - sama menyeruput Jahe pesanan mereka dalam diam. "Benci benci benci tapi rindu jua." Fuji bersenandung setelah menyeruput jahe angetnya, walau hatinya sedang berduka karena ulah Thoriq yang tak menghargai nya. Thoriq melirik Fuji. "Kenapa nih adek Abang. Jangan ngambek ngambek gitu lah. Yang penting kita selalu bisa melepas rindu." Thoriq mencubit pipi Fuji genit sambil mengedipkan mata. "Oke lah kalau gitu Abang ada urusan lagi yg mau di urus, nanti kalau ada waktu Abang datang lagi, atau Abang telepon." Pamit Thoriq "Jahe nya belum abis." Kata Fuji. "Ah gapapa urusan Abang masih banyak. Kamu bayarin dulu ya jahe nya. Abang buru buru." Thoriq terlihat sibuk dengan ponsel nya sambil berjalan ke arah mobilnya di parkiran mes. "Iya Bang, hati hati. Jangan lupa selalu kasih kabar." Fuji menatap sendu pada Thoriq yang akan pulang ke rumah nya yang entah di mana Fuji pun tak tau. "Semudah itu aku jatuh cinta padanya tanpa tau apapun tentang dirinya," Rintih Fuji sambil menatap kepergian Thoriq yang mulai membelokkan mobil nya keluar pagar mess. "Cieee cieeee cieeee, yang lagi sama gebetan baru ehm ehmm.." Fadly dan Becca menggoda . Fuji tersipu malu dan pamit langsung mau masuk ke kamar karena sudah lelah dengan lima ronde bersama Abang Thoriq nya. "Aku pamit ke kamar dulu Fad, Bec.. Ini uang nya. Kembalian nua ambil aja." Fuji menyerahkan selembar uang dua pulu ribuan. Fuji masuk ke kamar nya dengan hati bahagia sekaligus gundah. Bahagia karena sudah ada yang mengisi hati nya yang selama ini gersang. Gundah karena Thoriq tak seperti yang dia fikirkan dari apa yang dia lihat. Thoriq begitu sederhana dari segi penampilan dan perkataan. Bahkan untuk membuka pintu kamar hotel dengan Key Card pun dia tidak mengerti. "Apakah dia menanyakan teman - temanku hanya untuk menguji perasaanku, atau kah dia benar2 seorang b******n, sama seperti semua lelaki yang ku temui selama ini?" Fuji membathin "Ah.. sudahlah, jalani aja sampai di mana mengalirnya seperti air." Dan Fuji pun tertidur kelelahan.. *** "{Sayang, hari Minggu aku ke mess kamu yah}" "{Bener yah, awas kalau boong}" Fuji tak menyembunyikan harap nya akan kedatangan Thoriq. "{Kalau boong nanti hukum aja Abang lima ronde}" Canda Thoriq "{Ah enak di Abang ga enak di aku dong}" rajuk Fuji. "{Tapi kamu juga suka kaaaan?! Enak kan... enak kan?!}" Goda Thoriq "{Ih apaan sih? Ya udah aku tunggu. Pokok nya kalau ga dateng aku ga kenalin ke teman2 aku}" Padahal di hati pun Fuji tak berniat untuk memperkenalkan Thoriq pada teman teman nya "{Ok, Abang bobok dulu ya sayang. Udah malam, tapi kangen nya ga ilang ilang, jadi nya Abang sempet sempetin deh nelfon kamu}"Thoriq mulai melancarkan gombalan yang membuat Fuji melayang seketika. "{Ya udah aku juga mau berangkat kerja ini. Udah jam nya. Dah dulu ya, bye bye. Di tunggu kedatangan nya}" Pamit Fuji buru buru, karena kalau malam dia memang harus segera 'dinas' untuk memenuhi kebutuhan hidup nya dan anak anak nya *** Hari Minggu yang di nanti Thoriq tak kunjung datang, kabar tiada bahkan chat dan telpon pun tidak aktiv. Fuji mulai resah dan sedikit emosi, tapi tak tau bagaimana cara melampiaskan nya. Akhirnya dia buka aplikasi biru pelacak identitas dari nomor ponsel. Fuji mendapat beberapa orang yang menuliskan nama Thoriq yang di satu kan dengan usaha nya, bahkan ada beberapa yang menuliskan nama Thoriq dengan nama istri nya "Suami Chika." Jantung Fuji berdebar dan segera mencoba mencari tau melalui aplikasi merah beberapa nama identitas yang di dapat dari aplikasi biru. Fuji membelalak ketika menemukan nama Thoriq yang di ketik di aplikasi merah dengan nama usaha nya di bidang t*kstil. Ternyata Thoriq tak sesederhana yang dia kira. Di sana terpampang usaha Thoriq dengan transaksi transaksi yang bernilai puluhan juta bahkan ratusan juta untuk 1x transaksi saja .. Alangkah kecewa nya Fuji ketika mengetahui Thoriq tak sedikitpun menaruh simpati padanya. Ternyata kekayaan Thoriq bisa untuk membayar Fuji 10x lipat dari tarif, tapi Fuji tak memperhitungkan hal itu karena kenyamanan yang telah dia idamkan tak ingin hilang begitu saja hanya karena terlalu perhitungan. Tapi apa? Nyata nya Thoriq lah yang sangat perhitungan kepada Fuji. Tak terasa air mata meleleh. "Ternyata aku hanya di anggap lebih murah dari seorang pelac*r dan menganggapku begitu bodoh karena kebucinanku." Fuji meradang. Dia liat di aplikasi biru ternyata Thoriq tidak tinggal di desa seperti yang dia ceritakan tapi di Jakarta dengan usaha t*xtil yang lumayan dan di aplikasi merah dia dapatkan ternyata Thoriq adalah keluarga bahagia bersama istri nya Chika dan dua anak laki laki nya. Fuji teringat seorang teman yang tinggal di kota yang sama dengan Thoriq. Segera dia meraih ponsel nya dan menghubungi teman nya tersebut.. "{Hai Aurel, apa kabar? Masih tinggal di tempat lama kan?} "{Hai Fuji, kabar baik. Ya masih di tempat yang lama. Kabar lo sendiri gimana? Apa lo sekarang lagi di Jakarta mau mampir ke rumah gue? Tumben nelpon, biasa nya chat2 aja}" Aurel sedikit heran Fuji langsung menelpon dengan nada yang panik. "{Rel, belum lama ini gue kenalan sama seseorang, dia bilang kalau dia stay di Nareh, kampung yang sama ama Bg Atta laki lo. Tapi karena ga ada kabar, gw selidiki, ternyata dia tinggal di Kota yang sama ama lo. Bukan di Nareh, kampung Bg Atta. Gw pengen tau aja apakah lo kenal sama dia? Nama nya Thoriq, usaha t*kstil di Cipadu. Nanti deh gw kirim foto nya" Tanpa tedeng aling aling Fuji langsung saja curhat panjang lebar bak petasan beruntun di malam tahun baru. "{Ehm, ya udah kalau gitu lo Kirim aja foto nya. Kalaupun gue ga kenal, gue bisa nanya sama Bg Atta karena Bg Atta kan sering nongkrong di sekitar situ sama teman - temannya."Sahut Aurel.. Dan sebuah foto yang di ambil Fuji melalui aplikasi merah tentang Thoriq pun segera di kirim ke Aurel melalui chat di aplikasi hijau. "Hmm, gue sih gak kenal say, tapi coba gw tanya temen Bg Atta nanti ya. Dia juga punya toko bahan t*kstil di sekitar sana." Aurel membalas chat Fuji sambil manggut - manggut. "Iya Rel, makasih ya bantuan lo. Soalnya gue sayang banget sama dia, dan gue udah melakukan 'itu' sama dia. Padahal lo tau sendiri kan Rel kalau gue ga pernah ambil tamu - tamu begituan, sedangkan sama dia gue bisa cinta mati dan langsung pasrah gitu aja. Dan ternyata dia bohongin gue. Gw kira dia cuma pemuda kampung yang bakal mudah juga untuk gue dapatkan Rel, karena gue menilai dari penampilan dan gaya nya aja. Tapi ternyata, dugaan gue kayaknya salah besar, Rel." Fuji mulai terisak isak "Dan nyesek nya lagi nih Rel, dia bilang uang nya sisa dua juta dan di bagi dua sm gue, maka nya gue percaya aja kalau dia itu pemuda sederhana dari kampung. Dan gue berfikir, ingin seterusnya sama dia, walaupun hidup sederhana, karena sesungguh nya gue udah jenuh dengan dunia yang gue jalanin. Gue pengen berhenti, dan hidup walaupun sederhana dengan pemuda yang gue cintai. Dan ketika gue bertemu dan merasakan kenyamanan dengan Thoriq, gue berharap pemuda dambaan gue yang akan mengeluarkan gue dari lembah hitam ini adalah dia. Tapi dengan semua info yang gue dapatkan dari media sosial seperti nya gue akan kecewa Rel." Lanjut Fuji lagi. Fuji benar - benar panik karena dia sudah melakukan 'itu' tanpa mencari tau tentang pemuda dambaan nya. Dia hanya melihat sekilas dan langsung menilai begitu saja. "Iya Ji. Barusan gue udah tanya sama temen gue yang punya toko bahan tekst*l di sana juga, kata nya dia kenal, dan Thoriq memang bos nya di sana, bukan karyawan. Temen gue juga bilang kalau Thoriq memang suka karaoke tapi kata nya sih dia biasanya royal ama cewek." Jelas Aurel "Tapi kenapa dia sama gue pelit ya Rel." keluh Fuji. "Padahal gue servis dia dengan sepenuh hati tanpa memperhitungkan tarif. Seharusnya kalau emang dia kaya, setidaknya dia punya rasa simpati sama gue. Karena gue kan juga cerita sama dia kalau gue kerja kek gini sebab gue tulang punggung keluarga, bukan untuk bersenang - senang." Keluh Fuji lagi nampak begitu kecewa "Ya say nama nya juga dunia malam, jangan di bawa ke perasaan. Nanti sakit sendiri." Aurel menenangkan. " Gue juga ga mau perasaan ini ada Rel, tapi dia datang sendiri, tanpa gue undang. Andai bisa gue usir, bakal gue usir Rel. Tapi gimana semua sudah terlanjur terjadi. Kalau emang dia tinggal di Cipadu, dan bukan di Nareh, kampung Bang Atta, brarti gue ga akan mungkin lagi ketemu sama dia, karena jauh banget Rel. Kalaupun dia datang lagi, entah mungkin beberapa bulan bahkan bisa jadi beberapa tahun lagi." Fuji mulai putus asa "Ya sih harus nya lo kerja ya kerja walaupun ada hati jangan terlalu di liatin say. Gue sih ga bisa saran apa2, cuma bisa bilang sabar. Mudah - mudahan nanti loe secepatnya dapat jodoh seperti yang lo inginkan." Doa Aurel. Kasian juga dia dengan nasib Fuji yang sangat lelah dengan dunia nya dan sangat berharap bisa segera berhenti namun belum mendapatkan jalan nya "Huuuuuuuft, iya lah say .. Makasih banyak info nya, doa nya dan semua nya. Sekarang gue hanya bisa pasrah, dan berharap semoga aja gue gak hamil" Fuji mengakhiri chat mereka dengan nelangsa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD