5. Menelan kekecewaan

1810 Words
Keenan membanting tas punggungnya. Lelah seharian mengurus para pasiennya. Ia menyandarkan dirinya di sofa. Membayangkan Ayesha datang membawakannya segelas air minum, juga menawarkan untuk memijat kepalanya. Tapi itu tidak akan terjadi saat Ayesha tetap bersikeras mengejar karirnya sebagai pilot. Memikirkan Ayesha di luar sana membuat Keenan tidak bernafsu makan, walau ia sedang lapar. Keenan bergegas membersihkan tubuhnya. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Dan Ayesha belum juga pulang. Sudah berkali-kali Keenan mengirim pesan. Tapi tetap centang satu. Susahnya punya istri yang berkarir. "Assalamualaikum mas!" sapa Ayesha membuka pintu kamar. "Waalaikumsalam. Bagaimana kabarmu, Ay?" tanya Keenan yang langsung turun dari ranjang. "Aku baik mas. Aku mandi dulu ya!" ujar Ayesha saat akan di peluk Keenan. Mencoba berfikir positif. Keenan menunggu Ayesha di ranjang. Memainkan ponselnya kembali. Ceklek! Keenan hanya melirik Ayesha yang keluar kamar mandi. Istrinya tampak segar dengan rambut panjangnya yang terurai."Ay, kamu gak makan?" tanya Keenan saat Ayesha duduk di sampingnya. Ayesha juga memeluk tubuhnya erat. Membuat Keenan tersenyum simpul. "Aku sudah makan mas, sekarang aku ngantuk." jawab Ayesha mulai menata selimut. Keenan hanya melihat gerak- gerik istrinya. Ia menahan lapar demi bisa makan berdua. Tapi istrinya malah sudah makan. Bahkan istrinya tak bertanya, apa dia sudah makan atau belum. Keenan keluar kamar. Daripada ia marah karena Ayesha, lebih baik ia mempelajari buku-buku tebal tentang kesehatan. Nampaknya pria-pria turunan Regan, bukan pria penyabar. Gampang tersulut emosi dan gampang meledak. Contohnya Keenan saat ini. Ia berkali kali minum air putih agar tidak meledakkan emosinya. Ia sudah menikah tapi seolah masih bujang. "Mas, kamu gak tidur?" tanya Ayesha dengan rambut acak-acakan. "Kamu kenapa bangun?" Keenan balik bertanya. "Haus, mau minum!" jawab Ayesha. Ia melenggang ke dapur. Ia melihat nanas yang ada di kulkas. Ia ingat kalau tadi pagi sempat beli nanas. Tanpa pikir lama, ia membuat dua jus nanas untuk dirinya dan Keenan. Selang beberapa menit, ia kembali ke ruang tamu menyusul suaminya. "Nih minum mas!." ucap Ayesha menyodorkan gelas berisi jus. Keenan hanya mengangguk. Memakan nanas hanya membawa petaka untuknya. Tapi, kalau tidak di minum takut membuat Ayesha tersinggung. Keenan menegug jus nya dengan pelan. Melihat raut keraguan Keenan. Membuat Ayesha jadi berfikir negatif. "Tidak enak ya, mas. Buatan aku?" tanya Ayesha sedih. "Siapa bilang? Enak banget kok." Keenan buru buru menegug habis jusnya. Dalam hati, ia kecewa dengan istrinya. Bukankah dulunya mereka sahabat kecil. Kenapa Ayesha bisa lupa kalau Keenan memiliki riwayat maag yang bisa sewaktu waktu kambuh. Ayesha menyenderkan kepalanya di pundak Keenan. Melihat Keenan yang serius membaca buku buku tebal itu. Ayesha pusing dengan kata kata yang baru saja dia baca. Menurutnya, ilmu kesehatan sangat rumit. "Mas, besok masih ke rumah sakit?" tanya Ayesha. "Iya." jawab Keenan. "Jadi dokter Residen itu gak digaji ya, mas? Terus buat biaya yang lain masih ada kan? Jangan bilang kamu minta ayah." Brak!! Keenan membanting buku tebal itu di meja. Tidak setuju dengan ucapan menusuk istrinya. Itu sangat melukai harga dirinya sebagai seorang pria. Walaupun Keenan terlahir dari orang berada. Sedikitpun ia tidak pernah manja dengan apa-apa harus minta orang tua. "Ay, apa kamu pikir aku masih bergnantung sama ayah? Aku kuliah karena beasiswa. Semuanya gratis. Kalaupun aku minta sama ayah, memang itu sudah kewajiban beliau menafkahi anaknya. Dan untuk uang bulanan yang aku kasih ke kamu. Itu hasil kerja keras ku membantu perusahaan kakek Stevano." ucap Keenan dengan tegas. Ia berdiri. Membereskan semua buku bukunya. "Mas, kamu mau kemana? "tanya Ayesha yang merasa bersalah. "Capek mau tidur. " jawab Keenan acuh. Ayesha lantas berlari mengejar suaminya. Sesampainya di kamar, Keenan langsung tidur. Perutnya sudah bergejolak sakit, kalau ia tak kunjung tidur. Maka sakitnya akan lebih parah. Ayesha membenahi selimut yang di pakai Keenan. Mengecup dahi suaminya pelan sebelum ikut bergabung ke alam mimpi. Ayesha melirik suaminya sebelum terpejam. Dalam hati wanita itu merutuki kebodohannya yang berbicara ngawur. Ucapannya telah melukai hati suaminya. Pukul lima pagi Ayesha sudah heboh memakai sepatunya cepat. Ia lupa kalau jadwal terbangnya lebih pagi. Keenan yang sudah bangun hanya melihatnya tanpa mau berkomentar. Mereka baru saja menyelesaikan sholat subuh. Dan tiba tiba Ayesha heboh sendiri dengan mengatakan ia akan telat. "Mas, aku minta maaf gak bisa masak. Aku harus kerja. Nanti sarapan beli di luar ya, mas." ucap Ayesha menyalami paksa tangan Keenan. Ayesha juga mencium pipi Keenan. "Mas, kok pipi kamu anget? Kamu sakit ya? Ya Allah mas kok bisa sakit sih?" tanya Ayesha panik. Sedangkan Keenan tetap pada ekspresi-nya yang datar. "Kamu kan dokter. Nanti sembuhin sendiri ya. Aku mau kerja dulu. Assalamualaikum mas. Aku cinta kamu!" ujar Ayesha mengambil tas nya dan melenggang pergi. Keenan tersenyum mengejek pada dirinya sendiri. Ia beranjak ke kamar mandi untuk memuntahkan seluruh isi perutnya yang terasa diaduk-aduk. Ia sudah menahannya sejak tadi. Ia tidak mau terlihat sakit oleh Ayesha. Melihat suhu badannya panas saja, Ayesha tidak lantas memperhatikannya. Istrinya lebih mementingkan karir nya. Keenan membersihkan tubuhnya cepat. Menuju kulkas mengambil roti untuk mengganjal perutnya. Dari semalam dia belum makan. Dan malah minum jus nanas. Saat ini perutnya sangat sakit. Tubuhnya pun lemas. Tapi hari ini ada bimbingan, membuat ia tak bisa bolos. Keenan memesan ojek online untuk berangkat ke rumah sakit. Ia tidak yakin bisa mengendarai mobilnya sendiri. Sesampainya di ruangan Dokter, ia langsung menelangkupkan kepalanya di meja. "Keen, kamu kenapa?" tanya Dokter Abizar yang melihat wajah Keenan pucat. Dokter spesialis penyakit dalam yang membimbing Keenan. "Bimbingannya jam berapa, Dok?" tanya Keenan lemah. "Sebentar lagi, Keen. Kamu sakit ya? Ke ruang kesehatan aja, Keen!" Titah dokter menarik tangan Keenan. "Maaf ya, Dok. Kayaknya maag saya kambih." Ucap Keenan merasa tidak enak. "Tidak apa-apa. Sini saya periksa dulu! Nanti kamu ke istirahat di ruang kesehatan." Keenan mengangguk. Dokter Abizar memang baik walau terkenal cerewet dan tegas. Setelah diperiksa, Dokter Abizar juga memberikannya resep obat. "Terimakasih ya, Dok. Saya ke ruang kesehatan dulu. Mau nebus obat juga." pamit Keenan. "Silahkan, semoga cepat sembih!" Keenan keluar ruangan Dokter dengan berjalan pelan. Hah, perutnya sangat sakit. Tiba-tiba, Lisa berlari menghampiri Keenan. "Keen, kamu kenapa?" Tanya Lisa panik memegang tangan Keenan. Dengan refleks Keenan menghempaskan tangan Lisa dengan sedikit kasar. Ia takut istrinya cemburu. Walau Ayesha tidak tau, tapi ia akan menjaga amanah untuk tidak terlalu dekat dengan perempuan. "Maaf Lis, aku gak sengaja. Kaget tadi." ucap Keenan yang merasa bersalah. "Santai aja, Keen. Gakpapa." jawab Lisa tersenyum manis. "Tumben lo pucet, Keen. Lo sakit?" tanya Zaky memencet hidung mancung Keenan. Kebiasaan. "Gue cuma telat makan. Maag gue kambuh." jawab Keenan langsung menuju kantin. Ia tidak masuk ke ruang kesehatan karena Ia tidak mau dipandang lemah oleh orang lain. "Kamu sakit ya? Badan kamu anget banget." selidik Yogi. "Gak!" Jawab Keenan cuek. "Bilang aja kalau sakit, aku belikan soto dulu. Dan Lisa, ajak Keenan ke ruang kesehatan!" Dumel Zaky kesal. Keenan tetap sama, saat sakit akan tetap berpura-pura sehat. Dengan secepat kilat Zaky memesankan soto. "Bu, soto satu mangkuk ya. Mangkuknya saya bawa ke ruang kesehatan. Keenan sakit bu. Gak bisa datang kesini." ujar Zaky pada Bu Solihah. Bu Solihah yang mendengar menantunya sakit, lantas panik. "Sakit apa nak? Apa perlu ibu belikan obat?" "Sudah saya belikan obat, bu. Dia telat makan, bu. Pasti juga salah makan. Maag nya kambuh. Lemes, muntah-muntah bu. Semoga aja dia mau makan. Soalnya Keenan ribet kalau lagi sakit." kelakar Zaky sambil terkekeh. "Ini sotonya. Gak usah bayar untuk menantu sendiri. Semoga lekas sembuh!" "Makasih, bu." Sesampainya di ruang kesehatan, Zaky menyodorkan soto ayam yang masih anget. "Makan, sebelum tambah parah!" perintahnya pada Keenan yang langsung ditolak. Kan, Zaky bilang juga apa. Keenan ribet kalau lagi sakit. "Sini biar aku suapin!" tawar Lisa memaksa. Lisa menyodorkan sendok yang berisi soto ke mulut Keenan. "Cepet, Keen. Lo gak mau kan pingsan dan gak ikut bimbingan berhari-hari?" tanya Lisa mendelik kesal. Akhirnya Keenan mau menerima suapan Lisa. Anak-anak koas yang kebetulan di sana, menatap Keenan dan berbisik-bisik. Mereka kalah saingan dengan Lisa. Selama ini, tidak ada perempuan yang berani sedekat itu dengan Keenan. Meski beberapa kali anak Koas tampak ingin mendekati Keenan. Jangankan anak koas. Sesama Dokter Residen saja Keenan tidak dekat, kecuali dengan Zaky. "Anak pinter!" ujar Lisa tertawa ngakak. Ia dengan lancang menempuk kepala Keenan beberapa kali. Persis seperti seorang ibu yang memuji anaknya. "Dasar ganjen," ketus Dania, yang duduk di belakang. Ia salah satu penggemar berat Keenan. Baginya, Keenan adalah sosok yang sempurna. Hingga di gandrungi para wanita. "Lo sih gak mau cepetan pepet dia." kata Elsa pelan. Lainnya juga ikut menimpali mencemooh tingkah Lisa. Andai mereka tau kalau Keenan sudah menikah. Sudah pasti akan ada istilah hari patah hati. __________________ Ayesha pulang ke rumah. Di rumah tampak sepi. Semua lampu mati. Mobil Keenan ada di depan, tapi Keenan nya tidak ada. Dering ponsel membuat lamunan Ayesha buyar. Panggilan dari ibunya. "Assalamualaikum bu!" sapa Ayesha lembut seperti biasa. "Suamimu lagi sakit, kok kamu bolehin masuk sih?" omel Bu Soliha setengah marah. "Tadi cuma demam aja kok, buk." sanggah Ayesha cepat. "Demam aja? Ay, kamu seorang istri. Yang perhatian dong sama suami. Tadi teman Keen bilang, kalau Keenan muntah muntah, perutnya sakit. Maag nya kambuh. Mungkin telat makan. Dan apa kamu tidak tau apa yang dimakan Keenan sampai maag nya kambuh?" omel Bu Soliha di ujung sana. Ayesha mematikan telfonnya. Ia merasa bersalah dengan Keenan. Bagaimana ia bisa lupa kalau Keenan tidak boleh makan nanas. Dan bodohnya Keenan mau saja meminum jus buatannya. Ia akan meminta maaf nanti. Ayesha ke kamar mandi cepat-cepat. Ia harus menyiapkan makan untuk Keenan. Selesai mandi dan menyiapkan makan, Ayesha berganti pakaian. Memoles wajahnya dengan sedikit make up. Ia mau, bisa menjadi pengobat lelah Keenan. Suara pintu terbuka membuat Ayesha mengusung senyum manis nya. Ia berjalan siap menyambut suaminya. Keenan datang dengan tampang biasa. Tidak ada gurat lelah atau pun ekspresi sakit. Wajahnya lempeng dan datar-datar saja. "Assalamualaikum!" sapa Keenan menyodorkan tangannya. "Waalaikumsalam, mas." Ayesha mencium punggung tangan suaminya. Mengambil alih tas Keenan untuk dia simpan. "Mas, mau makan dulu atau mandi?" tanya Ayesha. Keenan tersenyum simpul. Senang di perhatikan oleh orang yang dia cintai. "Mandi dulu aja, Ay." jawab Keenan. Ayesha menyiapkan baju santai untuk suaminya ganti. Setelah itu menunggu di ruang makan. "Keen, aku memasakkan makanan kesukaanmu!" seru Ayesha dengan senang. Keenan juga ikut melebarkan senyumnya. Ia mencium kening Ayesha. "Kenapa repot-repot hem?" Tanya Keenan mengelus pipi istrinya. Ayesha meringis, terbuat dari apa hati suaminya ini. Sudah dikecewakan tetap saja baik. "Keen, maafkan aku ya. Aku beneran lupa kalau kamu gak boleh makan nanas. Maaf juga kalau kemarin aku gak nyiapin maka-" "Sudah jangan dibahas. Aku sudah biasa masak sendiri. Kemarin hanya sedang malas makan." sela Keenan cepat. "Terus kenapa kamu minum jus yang aku buat? Kamu bisa menolaknya." "Kalau aku menolak pasti kamu akan kecewa, Ay. Aku tidak ingin mengecewakan orang yang kucintai." jawan Keenan. "Kamu sudah gak sakit lagi kan Keen? Kata ibu, kamu tadi sakit sampai muntah-muntah." tanya Ayesha. Keenan tertawa sumbang. Memencet hidung mancung istrinya. "Aku ini seorang dokter. Bisa nyembuhin sakit sendiri." jawab Keenan kemudian tersenyum. Jawaban telak yang menghantam ulu hati Ayesha. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD