3. Cemburu

1085 Words
Keenan berjalan di koridor Rumah sakit dengan senyum yang terus mengembang. Sejak kemarin, ia seperti orang sinting yang mesam- mesem sendiri. Ini semua salah Ayesha. Ayesha lah yang membuat Keenan seperti orang gila. Ayesha menerima lamaran Keenan yang tentu saja membuat Keenan sangat bahagia. "Lo kalau edan, gak usah masuk! Bikin pasien lo takut." ujar Zaky menepuk bahu Keenan. Keenan hanya cengar-cengir tanpa membalas ucapan Zaky. "Woy, Keen. Lo dilihatin orang orang noh. Kata ciwi-ciwi. Rahim mereka anget ngeliat senyuman lo." kesal Zaky yang diacuhkan Keenan. Keenan tetap berjalan menuju ruangan Dokter yang membimbingnya. Ia ingin cepat praktik dan cepat istirahat agar segera makan di kantin, dan ketemu Ayesha. Jam praktik-nya hari ini pagi. Ia berencana nanti sore mengajak Ayesha ke rumahnya. "Halo Keen! Kelihatan bahagia banget." sapa Lisa yang duduk berdiri mencegatnya. Keenan mengangguk singkat. Benar benar bahagia. Batinnya. Bunyi notifikasi di hp Keenan membuat pria itu segera membuka Hp Nya. Siapa tau Ayesha. Karena kemarin ia sempat meminta nomer whastap gadis itu. Dan benar. Ayesha lah yang mengirim pesan. Ayesha: Keen, jangan senyum terus. Aku gak suka senyum kamu dilihat cewek lain :-( Keenan dengan cepat menormalkan ekspresinya. Ia tak mau membuat Ayesha cemburu. Keenan : Iya. Senyumku hanya untukmu Ayku Ayesha : Gak pakai alay juga, Keenan. Keenan membaringkan kepalanya di meja. Dia sungguh baper karena chat singkatnya dengan Ayesha. Sungguh hati Keenan sangat berbunga seperti anak remaja yang baru mengenal cinta. Setelah empat jam mengikuti praktik. Akhirnya Keenan dipersilahkan istirahat. Dengan secepat kilat, Keenan beranjak dari duduknya. Ia akan ke kantin. Keen tidak menghiraukan teriakan Lisa yang ingin ikut. Mulai sekarang dia harus menjahui semua wanita agar Ayesha tidak cemburu. Sesampainya di kantin, hati Keen meradang saat banyaknya cowok-cowok mulai anak koas sampai dokter yang membeli di stand nasi soto Bu Sholiha. Biasanya tak seramai itu. Keenan tau, itu karena Ayesha lah yang melayani mereka. Dengan cepat Keenan menghampiri Ayesha. "Sayang, sini biar aku bantu!" ucap Keenan sengaja mengeraskan suaranya. Ayesha tersenyum malu. Dia tidak sadar kalau Keenan tengah cemburu. Keenan ikut menuangkan kuah soto di mangkuk. Memberikannya cepat pada orang-orang yang tengah bergerombol. "Keen, kamu capek. Cepat duduk sana!" titah Ayesha yang tak digubris Keenan. Keenan tetap membantu melayani pembeli. Sesekali ia akan mengeluarkan taringnya saat ada yang berani menatap Ayesha lebih dari tiga detik. "Kamu apaan sih Keen. Melotot mulu matanya." ujar Ayesha yang mulai jengah dengan tingkah Keenan yang menakut nakuti pembeli. "Besok besok gak usah ikutan jualan deh, Ay. Aku gak suka kamu ditatap lama sama orang-orang. Lagian kamu gak ada jam terbang?" oceh Keenan membantu mencuci mangkuk kotor. "Besok aku akan terbang ke Dubai." "Kok cepet banget?" kaget Keenan. Ia tidak rela. Baru saja ketemu Ayesha, tapi sudah di tinggal lagi. "Cuma 12 jam Keen. Aku balik lagi kesini. Besoknya jadwal terbang lagi ke bali, lanjut ke Korea. Besok-" "Kok besok besok terus sih. Kapan waktu luangnya?" kesal Keenan membanting spon pencuci. "Namanya juga pilot, Keen. Udah resiko." "Kenapa juga kamu harus jadi pilot. Enakan pengangguran. Biar ketemu aku terus." "Jangan kekanakan deh, Keen." ucap Ayesha yang lama lama sebal dengan tingkah Keenan _____________ Sore hari, Keenan mengajak Ayesha ke Mall. Ia membelikan Ayesha banyak pakaian. Semuanya pakaian muslim yang lengkap dengan hijabnya. Keenan tidak suka Ayesha memakai celana jeans dan kaos ketat. Walau pakai hijab, tetap saja lekukan tubuh gadis itu akan terlihat. "Keen, biar aku aja yang bayar!" ucap Ayesha mengeluarkan kartu kreditnya. "Aku aja. Aku kan cowok." "Keen, itu banyak banget. Aku yang udah kerja. Kamu kan belum. Uang darimana?" Keenan menatap tajam Ayesha. Harga dirinya diinjak dengan gadis itu. Ia memang masih jadi Dokter Residen dan tidak dibayar sepeserpun. Tapi ia tak pernah kekurangan uang. Ia membantu di perusahaan kakeknya. Dan setiap bulannya pasti akan digaji. Ayesha yang ditatap tajam hanya tersenyum kikuk. Ia sudah hafal Keenan luar dalam. Dimana saat saat Keenan marah, ia sudah hafal apa yang harus ia lakukan. "Hehee maaf Keen. Gak maksud. Sana gih bayar, sekalian nambah sepatu boleh?" tanya Ayesha manja. Keenan tersenyum kembali. "Ambil sepatu yang kamu mau." jawab Keenan. Setelah belanja. Keenan mengajak Ayesha ke rumahnya. Tentu saja disambut baik oleh kedua orang tua dan kedua adiknya. Keenan juga mengatakan akan melamar Ayesha dalam waktu dekat. Dan Regan menyetujui nya. Namanya orang tua, ngikut saja asal anak anaknya bahagia. "Mbak Ay. Kak Keenan galak juga sama mbak gak? Soalnya kalau di rumah yang paling galak dia." oceh Kris bertanya pada Ayesha, ia juga melirik Keenan. Saat ini mereka tengah duduk di ruang santai. Regan dan Mika pamit keluar ke rumah orang tua Mika. "Dia kalem kok." jawab Ayesha dengan menahan tawa. "Kalem pas tidur. Eh enggak, tidur pun dia kayak kuda. Tidur kepala di utara, bangunnya di selatan." ujar Kris terkikik geli. "Kris! Jangan racuni otak calon istri aku." ucap Keenan memperingati. "Emang mbak Ay mau nikah sama kakak?" tanya Kris dengan senyum mengejek. "Ay, kamu gak mau nikah sama aku?" tanya Keenan dengan nada serius. Kris yang sudah mengundang macan kalem untuk marah, pun segera undur diri. "Mau lah Keen. Kan aku udah jawab kemarin." "Jangan deket-deket dengan Kris. Dia itu jago menghasut." "Kamu over banget sih, Keen. Dia adik kamu." "Tapi aku gak suka kamu deket deket dia. Harus deketnya sama aku." Ayesha menganggukkan kepalanya saja. Bisa panjang urusannya kalau ia berdebat terus. Cemburunya Keenan memang tidak tanggung-tanggung. Sama adik saja sangat cemburuan. Di rumah sakit tempatnya praktik, Keenan disibukkan dengan banyaknya pasien yang akan dia periksa. Dokter senior yang tak henti hentinya mengoceh membuatnya malah semakin pusing. Walau raga Keenan ada di sana. Tapi tidak dengan pikirannya. Keenan memikirkan esok hari Ayesha akan terbang ke Dubai. Dalam hati, Keenan menyalahkan cita-cita Ayesha yang menjadi pilot. Ia tidak suka Ayesha terbang sana sini. Pasti di dalam pesawat banyak kapten laki-laki. Penumpang laki-laki dan orang-orang berjenis laki-laki. Keenan tidak menyukai itu. "Keen, ngelamun terus!" sentak Lisa yang tiba-tiba di hadapannya. Saat ini ia baru saja memeriksa pasien terakhir. Keenan sedang melamun di koridor rumah sakit. "Kamu kok disini?" "Emang aku kan praktik disini. Kamu lupa ya?" "Gak tau ah." "Keen, aku bareng pulang ya. Aku tadi diantar papa. Tapi papa gak bisa jemput." Keenan melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah pukul sebelas malam. Padahal rencana mau ke rumah Ayesha sebentar. Tapi sudah larut malam. Pasti Ayesha juga sudah tidur. "Yaudah ayok!" ucap Keenan yang membuat Lisa berjingkrak senang. Lisa adalah satu orang yang beruntung bisa menumpang di mobil Keenan. Sudah menjadi rahasia umum kalau Keenan tidak mau di tumpangi perempuan di mobilnya. Selain keluarganya, Ayesha lah yang nomer satu. Dan kini Lisa. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD