2. Pertemuan

1031 Words
Keenan merenung di kamarnya. Sedetik kemudian ia mengamuk. Memecahkan segala sesuatu yang ada di dekatnya. Prang! Prang! "Arghhhh aku benci keadaan ini!" teriak Keenan menghancurkan apapun yang berada di dekatnya dengan membabi buta. Ia benci, sangat benci dengan keadaannya yang memendam rindu sendiri. Tidak ada yang tau dibalik kekaleman seorang Keenan. Menyimpan sebuah rahasia yang hanya keluarganya yang tau. Keenan mengidap penyakit BPD (borderline personality disorder) Penyakit kepribadian yang ambang. Dimana sang penderita memiliki pola pikir yang pandang dan berubah ubah. Penyakit yang di derita Keenan sejak kecil. Dimana ia sering kehilangan kontrol atas dirinya saat sedang sendiri. Keenan sudah berusaha untuk sembuh, dengan mengikuti terapi yang di sarankan bundanya. Ia sudah merasa sembuh saat Ayesha ada bersamanya. Tapi sekarang, tidak ada yang bisa meredakan amarahnya. Flasback on Keenan mengamuk saat mengetahui ada yang membully Ayesha di kelas. Saat itu mereka masih duduk di bangku SMA. Ayesha memang sering di-bully cowok-cowok kelasnya karena gadis itu hitam dan kecil. Mereka selalu mengejek Ayesha kalau gadis itu sangat jelek. Keenan yang paling tidak terima dengan bullyan Ayesha pun langsung menghajar membabi buta para cowok yang mem-bully Ayesha. Tamparan, tonjokkan, hingga tendangan, Keenan layangkan pada mereka. Tidak ada yang berani memisah. Jangankan memisah, sekedar ikut campur pun mereka enggan. Kegilaan Keenan memang diatas kata wajar. Ia gila bila menyangkut tentang Ayesha. Dan hanya Ayesha lah yang bisa menghentikan kegilaan Keenan. "Keen, sudah. Sini aku obati tanganmu yang luka!" ucap Ayesha dengan lembut. Suara lembut Ayesha mampu membuat Keenan berhenti menghajar teman-temannya. Keenan berbalik. Memandang Ayesha dengan senyum tipis. "Keen, jaga emosimu. Setidaknya selalu ingat aku bila emosi menguasai dirimu. Kalaupun nanti aku pergi jauh darimu. Aku tetap ada pada dirimu. Karena Ayesha adalah Keenan. Dan Keenan adalah Ayesha." ucap Ayesha menekan-nekan d**a Keenan dengan telunjuknya. Flasback off "Cepatlah kembali, sayang. Aku merindukanmu."  bisik Keenan memandang foto dirinya dan Ayesha yang tengah memakai baju wisuda. Dalam foto itu mereka tersenyum bahagia seolah kata perpisahan tak pernah ada di kamus hidup mereka. Keenan melirik jam di dinding yang menunjukkan angka delapan malam. Ia harus belajar. Ia sudah berjanji pada Ayesha untuk mengejar cita citanya menjadi dokter. Bila Ayesha kembali. Ia akan memamerkan gelarnya pada gadis itu. Dan saat ini dia harus fokus menjadi Dokter Residen. Demi mengambil spesialisnya yang dia idam-idamkan sejak kecil. ***** Seorang gadis berhijab coklat s**u menggeret kopernya dengan susah payah. Hari ini dia pulang ke tanah kelahirannya. Rasanya ia bahagia bisa menghirup udara indonesia. "Anak ibuk sangat cantik sekali!" teriak seorang wanita paruh baya berlari memeluk Ayesha. Dia tak menyangka, putrinya yang dulu hitam kecil sekarang putih dengan tubuh yang lumayan tinggi. Soliha merasa bangga walau berada jauh dari ibunya, Ayesha tetap menjaga hijabnya. Dan hijab bukan halangan untuk berkarir bukan? Buktinya Ayesha bisa menyelesaikan pendidikannya dengan baik juga karirnya di maskapai. Terlalu singkat karena kepintaran seorang Ayesha Fathimatuz Zahro. Keenan melajukan mobilnya dengan kepecatan di atas rata-rata. Ia sudah terlambat menemui kakeknya di Kantor. Karena semalam ia begadang hanya karena membersihkan kamarnya yang sudah seperti kapal pecah, sampai melupakan janji temu. Padahal, Keenan menemui kakeknya untuk minta uang bulanan. Ciiit! Bunyi ban berdecit membuat langkah dua orang wanita beda usia itu menutup telinga. Salah mereka juga menyebrang jalan tidak lihat kanan kiri. Ayesha segera menghampiri sang pengemudi. "Maafkan kami, pak. Kami tidak sengaja menyebrang tanpa melihat kanan kiri." ucap Ayesha dengan suara khas lembutnya. Keenan terdiam terpaku. Tidak berani menolehkan wajahnya. Suara itu, suara yang sama dengan suara beberapa tahun lalu. Suara yang sangat dia rindukan. "Ayesha." bisik Keenan. Wajahnya menoleh. Melihat wajah teduh itu lagi. "Keenan?" tanya Ayesha yang kini pelupuk matanya sudah tergenang air mata. Buru-buru Keenan keluar dari mobilnya. Untung jalanan saat ini hanya ada mobilnya. Membuat Keenan tidak khawatir. Dengan spontan Keenan memeluk tubuh Ayesha dengan erat. "Kamu kemana aja? Aku merindukanmu!" bisik Keenan dengan suara seraknya. Ayesha terpaku. Jantungnya berdetak di atas normal. Ini salah, tidak seharunya dia berpelukan dengan lelaki yang bukan mahramnya. "Keen, lepasin!" Keenan langsung melepas pelukannya. "Maaf, aku tidak sengaja." ucap Keenan terbata. "Nak, ibu pergi dulu ya. Mau jualaan!" pamit Soliha yang tau Keenan dan Ayesha masih terkejut dengan pertemuan yang mendadak itu. "Dia ibu aku, Keen." ucap Ayesha menjawab kebingungan Keenan.. "Bu Solihah?" Keenan segera menghampiri Solihah. Mencium punggung tangan wanita itu. "Mau ke Rumah sakit ya bu? Biar sekalian bareng Keenan." tawar Keenan yang sudah menggandeng tangan wanita itu. Membantu membawa barang jualannya. Keenan juga menyuruh Ayesha untuk masuk ke mobilnya. Ternyata selama ini dia dekat dengan Ayesha. Tapi kenapa ia tak pernah tau bahwa Ibu Soliha adalah orang tua Ayesha. Setelah menurunkan barang jualan Soliha. Keenan tidak menuju kantor kakeknya. Ia malah memutar mobilnya yang masih ada Ayesha. Ia akan membawa Ayesha ke suatu tempat. Tidak peduli kalau hari ini gagal dapat jatah bulanan. Keenan membawa Ayesha ke taman kota tempat mereka dulu sering menghabiskan waktu. Mereka duduk berdua di kursi taman dengan berhadap hadapan. Hanya ada keheningan. Keduanya masih asyik menatap satu sama lain. Seolah mata mereka menyorot akan kerinduan masing masing. "Kamu lukai diri kamu sendiri, Keen?" tanya Ayesha melihat bekas luka di punggung tangan Keenan. Kelihatan sekali kalau Keenan pasti baru saja menghantam tembok. Keenan menatap punggung tangannya yang luka. Ayesha tetap sama. Ia selalu peduli dengannya. "Ini yang kulakukan saat merindukanmu." jawab Keenan lirih. Wajah Ayehsa bersemu. Hanya kalimat itu saja sudah berhasil membuat Ayesha baper. Pesona Keenan memang sulit di tolak. "Sudah pernah aku bilang kan, Keen. Jangan lukai diri kamu sendiri. Aku tidak suka." ucap Ayesha cemberut. "Bagaimana kabarmu, Ay?" tanya Keenan mengalihkan pembicaraan. Ia tidak suka kalau Ayesha mengatakan jangan melukai diri sendiri. Karena dengan cara itu lah Keenan merindukan Ayesha. Aneh memang. Keenan melihat kalau Ayesha makin cantik. Dulu saat teman-temannya mem-bully Ayesha dengan sebutan gadis jelek. Keenan selalu tak peduli. Baginya Ayesha adalah wanita paling cantik. Dan kini Ayesha berubah jadi wanita dewasa dengan paras yang makin cantik. "Aku baik Keen. Kamu sendiri baik kan?" "Tak pernah sebaik ini." jawab Keenan mantap. "Aku sudah jadi Pilot Keen. Aku juga sudah bisa membawa pesawat keliling negara. Kapan-kapan kamu ikut aku ya!" "Aku ikut senang, Ay. Aku juga sebentar lagi Selesai jadi Dokter residen. Ini lagi ambil spesialis Bedah. Tunggu aku selesai beberapa bulan lagi. Aku akan menikahimu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD