-2-

1353 Words
Di salah satu Universitas terkemuka yang ada di bandung, di sebuah ruangan kelas yang kini tengah diisi oleh dua puluh pelajar serta satu orang dosen yang tengah melaksanakan kegiatan belajar-mengajarnya, tidak ada satupun pelajar yang tidak memerhatikan sang dosen yang terus saja berbicara mengenai sejarah kebahasaan kepada seluruh pelajarnya yang kini tengah sibuk mencatat ucapan snag dosen dengan terburu-buru, hingga akhirnya bel pun terdengar melewati seluruh lorong dan ruang kelas yang ada di sana, hingga akhirnya para siswa tersenyum dengan senang ketika menyadari bahwa kelas pun berakhir. “Ren! Kamu mau main gak??” pertanyaan yang dilontarkan oleh gadis berjilbab itu membuat gadis lainnya yang kini tengah merapihkan rambutnya yang terumbai ke depan untuk akhirnya ia selipkan diantara telinganya pun menoleh dan menggelengkan kepalanya dengan pelan, “maaf Nad, aku gak bisa … aku mau pergi sama kakakku” itulah alasan yang ia berikan kepada Nadya temannya, yang akhirnya membuat wanita berjilbab itu menganggukkan kepalanya pelan sebelum akhirnya menepuk bahu Shiren sebelum akhirnya pergi terlebih dahulu meninggalkannya yang kini masih sibuk membereskan buku yang ada di atas meja dan memasukan buku itu kedalam tas miliknya. Setelah ia merasa bahwa tak ada barang miliknya yang tertinggal, membuatnya segera berjalan meninggalkan ruang kelas untuk kemudian menelusuri lorong dan keluar melewati taman luas itu. Tak hanya satu pasang mata, namun sekitar sepuhul hingga lima belas pasang mata yang kini tertuju padanya, bagaimana tidak? Shiren adalah gadis cantik dengan rupa blasteran yang begitu memikat, ia memiliki rambut hitam ikal panjang sebahu yang sengaja ia urai, ia memiliki poni yang sama panjangnya dengan rambutnya yang lain, yang dengan sengaja ia selipkan diantara daun telinga kanannya. Saat ini ia mengenakan kemeja pink pendek serta rok hitam rampel yang pendek yang memperlihatkan paha putihnya, ia pun memakai sepatu sport yang pas untuk dipakai dalam ranah semiformal. Langkahnya terus menelusuri taman di sana, sebelum akhirnya ia kembali menemukan sebuah gedung tinggi di depannya, dan akhirnya ia kembali masuk ke dalam gedung lainnya dengan santai, ia menelusuri lorong, menaiki beberapa anak tangga sebelum akhirnya kembali melewati lorong dan ruang kelas, hingga akhirnya ia sampai di ruang kelas yang ia tuju. Ruang kelas itu baru saja bubar, namun masih ada beberapa anak yang menetap untuk mencatat tulisan sang dosen yang ada di papan tulis, atau pun sekedar berbincang ria di sana. Tok-tok-tok Shiren dengan sengaja mengetuk pintu kelas yang terbuka itu, yang membuat seluruh pasang mata yang notabenenya adalah anak-anak mahasiswa baru itu pun menatapnya yang kini menyunggingkan senyuman kepada mereka seraya berucap, “eum .. ada Nauval??” tanya Shiren pada merea yang kini menoleh menatap lelaki yang duduk berkerumun di ujung sana masih dengan tawanya kepada teman-temannya. “Nauval!!” panggil salah satu gadis yang ada di sana, yang membuat Nauval, lelaki berparas asia itu, memiliki kedua mata yang indah dengan warna hitam yang menghiasinya, rambutnya berwarna hitam dengan gaya cepak ala tentara dan itu pas sekali dengan tubuhnya yang juga terbentuk seperti seorang atlet dan bahkan prajurit pada umumnya, ia memiliki bahu yang lebar serta tubuh yang tegap bahkan kulit berwarna sawo matang itu begitu pas dengannya, Nauval kini menoleh menatap gadis yang baru saja memanggilnya, “ada yang nyari!” ucap sang gadis seraya menunjuk Shiren dengan jari jempolnya, melihat siapa yang mencari dirinya, Nauval segera berdiri dan membereskan buku-bukunya dengan cepat, “siapa val?? cieeee, cakep bener pacarmu!” ucap salah satu lelaki yang duduk tepat di samping Nauval, dan itu membuat orang-orang yang ada di kelas itu menggodanya dengan mengatakan ‘ciee’ dan bahkan bersiul kepadanya, “paan sih?!” ucapnya seraya memukul sang sahabat yang tertawa karenanya, dengan cepat ia berlari dengan terburu-buru untuk akhirnya keluar dari kelas itu dan menghadap Shiren yang kini tersenyum padanya, merasa bahwa teman sekelasnya tidak berhenti menggodainya, dengan segera ia meraih knop pintu itu dan menutup kelasnya dengan cepat, “kamu ngapain nyamper kesini?? malu tau!” mendengar ucapan itu membuat Senyuman Shiren pudar dan kini ia memukul Nauval dengan cukup kencang hingga akhirnya Nauval mengaduh kesakitan, dan bukan hanya satu kali, namun Shiren memukulnya berkali-kali hingga menjadi perhatian para kaka tingkat yang melewati mereka berdua, “ih sakiiit!” keluh Nauval padanya yang kini menatap Nauval dengan kesal, “iya, iya tau!! hayu ah, pergi dari sini!” ucapnya seraya menahan tas Shiren yang hendak memukulnya kembali dan ia menarik Shiren untuk segera pergi dari sana, namun sebelum mereka hendak berjalan, seorang lelaki kini berdiri di tepat hadapan mereka, dan Nauval sadar bahwa itu adalah kaka tingkatnya yang cukup menyebalkan, “oh, kamu pacarnya Nauval? Anak mana??” tanya lelaki itu pada Shiren yang kini mengerutkan dahinya, sedangkan Nauval saat ini menggelengkan kepala dan tersenyum padanya seraya berucap, “ahahaha … bukan kok, permisi kak … saya mau pulang, hayu ah!” ucapnya, baru saja ia ingin pergi, namun Shiren kini menyodorkan tangannya untuk menjabat kakak tingkat   Nauval yang kini menoleh menatapnya, “hai! Aku Shiren, aku dari kelas sastra semester empat, aku juga kakaknya Nauval” ucap Shiren memperkenalkan dirinya, ia tersenyum dengan sangat manis, hingga lelaki yang ada di hadapannya itu pun salah tingkah, dengan menjabat tangannya ia pun akhirnya berucap, “oh … kakaknya Nauval, saya eum… saya Deni dari kelas Math, salam kenal yaa” ucapnya masih dengan senyumannya, mendengar dan melihat perilaku kakak tingkatnya itu emmbuat Nauval sedikit mendengus, pasalnya ia menunjukkan sisi lain dari yang biasanya, karena selama mas aorientasi berlangsung, Nauval selalu menjadi bahan ocehan dan bahan hinaan kakak tingkatnya yang satu ini, “Ren, kita udah di tunggu sama Haris nih! Ayo cepet!!” ucap Nauval yang baru saja segera memutuskan jabatan tangan keduanya dna itu membuat Deni merasa kesal dan Shiren mengangguk mengiakannya, “salam kenal ya Deni, duluan yaah!” ucap Shiren seraya pergi meninggalkan kakak tingkat itu bersamaan dengan Nauval yang menariknya untuk menjauh dari sana. … “apaan sih, jangan pernah kamu kenalan sama dia! Mau-maunya lagi di pegang sama dia!” Shiren hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar omelan yang dikeluarkan oleh Nauval yang saat itu berjalan mendahuluinya menuju mobil jeep Wrangler Unlimited Rubicon 4x4 yang berwarna putih miliknya yang terparkir di parkiran depan taman yang luas itu, “iya, iyaaaa … orang cuma sekali aja kok kenalannya” ucap Shiren membela diri seraya membuka pintu mobil jeep Putih itu, dan hal itu membuat Nauval mengerutkan dahinya dan menggeleng dengan tidak setuju, “jangan kaya gitu lagi ya! Kalau mau janjian udah di depan gedung aja, gak perlu kamu masuk ke ruang kelas, malu tau!” timpal Nauval yang kini masuk ke dalam mobil jip itu dan menyalakannya, mendengar omelan dari adiknya membuat Shiren hanya bisa memberengutkan bibirnya dan cemberut di sana sebelum akhirnya berucap, “iyaaa!” ucapnya lagi dan itu membuat Nauval menghela nafasnya dan mulai melajukan mobil jeep hitam keluaran terbarunya, “kak Haris udah sampai mana katanya?” tanya Shiren seraya meraih jepit rambut yang tergeletak di atas dashboard jeep tersebut dan akhirnya menjepit rambut ikal indahnya hingga rapih, “nggak tau, dia gak nelfon” jawab Nauval singkat, ia lebih memilih untuk menyibukkan dirinya dengan kemudi dan jalanan yang ada di hadapannya, dan itu mampu membuat Shiren mendengus dengan kesal, namun ia tidka pernah menganggapnya begitu serius, hingga akhirnya Shiren lah yang duluan menelfon Haris sang kakak, “kak?? dimana??” tanya Shiren, setelah sambungan telfonnya tersambung dengan Haris yang ada jauh di sana, dianggukannya kepala Shiren yang tengah menelfonnya, “iya, aku dan Nauval sudah selesai kelasnya” ucap Shiren lagi, dan kembali ia pun mengangguk karenanya dan akhirnya ia pun mengakhiri sambungannya setelah sebelumnya ia berpamitan dengan Haris yang berada di sambungan lainnya. “gimana?? apa katanya??” tanya Nauval melirik singkat Shiren yang kini tersenyum dan menoleh menatapnya, “kak Haris bilang dia juga sedang berjalan menuju cafe” jawab Shiren, dan hal itu membuat Nauval menganggukkan kepalanya dan kembali melajukan mobil setelah sebelumnya ia berhenti karena lampu merah menyala di hadapan mereka. Merasa bahwa kesunyian menyelimuti mereka saat ini, Shiren pun memilih untuk berbincang kepada sang adik mengenai kelas pertamanya, “gimana kelasnya??” tanya Shiren dan itu membuat Nauval sedikit mengerutkan kepalanya seraya berpikir, “eum … ya gitu, belum begitu bisa menyesuaikannya karena ini baru kelas pertama” jawab Nauval dengan terang-terangan kepada Shiren yang kini menganggukkan kepalanya dan kembali mendengar Nauval bercerita mengenai kelas pertamanya itu, dan mengenai bagaimana ia diperlakukan ketika masa orientasi oleh kakak tingkatnya yang bernama Deni tadi. Mereka terus berbincang dengan serunya hingga akhirnya mereka pun sampai di cafe tempat dimana mereka berjanjian dengan kakak mereka Haris. …  to be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD