Chapter 1

1347 Words
  Ia menghembukan napas pelan ketika menatap gedung besar yang berada di hadapannya ini. Joanna mengabarkan bahwa sang CEO membutuhkan seorang sekretaris dan mendesak Jo agar mendaftar disini mengingat gaji yang diterimanya akan sangat besar. Bahkan mungkin melebihi gajinya di Rald Company. Sebenarnya Jessica merasa ragu, akan tetapi ini adalah pilihan yang tersedia dan ia harus mencoba. Jika tidak mencoba, tentu ia tidak akan mengetahui hasilnya bukan? Dengan bantuan Joanna, Jessica berhasil mengirimkan berkas lamaran dengan mudah hingga sekarang dia dipanggil wawancara. Lumayan cepat, mengingat pasti banyak yang melamar untuk posisi ini. Mau tidak mau disinilah ia berada sekarang, di Iel’s Company. Perusahaan ini sangat besar, dan merupakan musuh terbesar perusahaan tempatnya bekerja dulu. Apapun yang akan ia hadapi setelah memasuki gedung besar ini, ia hanya berharap bahwa skandal enam bulan yang lalu tidak membuat ia gagal untuk mendapatkan pekerjaan disini. Setidaknya jika ia menda Setelah memasuki kantor ini, Jessica dibuat kagum oleh kemewahannya. Kantor ini terkesan lebih nyaman dibandingkan kantor Rald Company. Serta jauh lebih mewah. Ia lantas menunggu dengan sabar pada kursi tunggu. Sudah setengah jam yang lalu resepsionis di lantai ini mengarahkannya agar menunggu. Katanya sang CEO sedang ada urusan yang tidak bisa diganggu, itu sebabnya secara mendadak wawancara diundur dan Jessica harus menunggu disini sebelum wawancara-yang entah kapan jam pastinya- akan dimulai. Ia menunggu dalam tenggang waktu yang tidak diberitahukan. “Nona Jessica? Silahkan masuk sekarang untuk wawancara.” Seorang perempuan tiba-tiba saja tersenyum dan menghampiri Jessica. Perempuan itu keluar dari pintu mewah di sebelah sana. Satu-satunya pintu yang ada di lantai ini. Sepertinya lantai ini memang eksklusif untuk ruangan CEO. Satu hal lagi, perempuan ini jauh lebih ramah dan jauh lebih sopan dibandingkan resepsionis dengan pakaian terlalu terbuka yang ditemui Jessica beberapa waktu lalu. “Baiklah, terima kasih.” Jessica melempatkan senyumnya dan berdiri seraya memerhatikan dirinya. Memastikan bahwa setelah menunggu, dirinya tetap rapi dan tidak ada perubahan yang terjadi meskipun dirinya hanya bernapas tanpa berbuat apapun. Ia lantas melangkah mengikuti perempuan itu. Sang perempuan membukakan pintu kemudian mempersilahkan Jessica masuk sendiri. Pintu segera ditutup setelah Jessica masuk dan menggumamkan terima kasih. Lagi-lagi Jessica dibuat terpukau oleh kantor ini. Ruangan CEO tempat ia menginjakkan kaki cukup simpel namun terasa sangat mewah. Sangat elegan dan membuat Jessica cukup betah berada disini meski baru beberapa menit. Kursi besar yang membelakangi itu sepertinya diduduki oleh sosok yang akan mewawancarai dirinya, sang CEO Iel’s Company. Jessica menarik napas dan berusaha menenangkan diri. Tidak peduli setua dan semenyebalkan apa sosok di hadapannya ini, dia harus menaklukannya agar bisa mendapatkan uang untuk menyembuhkan ibu. Semoga saja CEO ini bukan p****************g seperti tuan Perald, bosnya dulu. Jessica berdehem kemudian memulai berbicara. Ingin memberitahu manusia itu agar segera menyadari bahwa Jessica telah masuk ke ruangannya. “Selamat pagi, Pak.” “Silahkan duduk.” Ujarnya. Suara bariton itu terdengar bernada dingin namun tegas. Posisinya tidak berubah, ia tetap membelakangi Jessica. Suaranya menunjukkan bahwa ia bukanlah pria tua seperti apa yang sempat dibayangkan oleh Jessica. Suaranya seperti suara pria lajang, dan terdengar seksi. Ah, s****n! Jessica kendalikan pikiranmu. “Terima kasih.” Tiba-tiba Jessica berharap bahwa pria di hadapannya adalah seorang pria lajang yang tampan. Ah baiklah itu hayalannya yang terlalu tinggi. Minimal bukan pria tua yang menyebalkan dan tidak menggodanya. Serta akan menerimanya bekerja disini. Itu saja. Itu saja harapan Jessica saat ini.  Kursi berputar dan Jessica menatap sosok pria itu. Matanya membulat ketika menyadari sosok yang merupakan CEO Iel’s Company. Detak jantungnya berpacu lebih cepat dari sebelumnya. Napasnya seketika tercekat. Bahunya melemah dan ia menganga lebar karena merasa terkejut. Ini jauh lebih mengerikan daripada saat Jessica hampir diperkosa oleh bos yang sebelumnya. “Alex.” Bisiknya dengan suara rendah. Suaranya sedikit gemetar begitu juga dengan tubuhnya. Jessica berharap hanya dirinya yang mendengarkan hal tersebut. Tubuhnya pun terasa bergetar. Dia Alexander Daniel, mantan kekasih Jessica. Demi Tuhan kenapa harus laki-laki itu yang berada disini. Mereka putus saat Jessica masih semester empat. Itu sudah lama. Mereka putus karena Jessica berbuat kesalahan. Ah, Jessica merasa membenci dirinya jika mengingat hal itu lagi. Ia berusaha menenangkan diri dan kemudian menatap Alex. Jessica tiba-tiba merasakan bahwa terselip rindu di hatinya. Jessica benar-benar merindukannya. Wajah dengan ekspresi dingin itu, masih sama seperti dulu. Hanya saja sekarang terlihat lebih tampan dan menawan. Iya, Alex sangat tampan meskipun ia tidak tersenyum. “Selamat pagi, nona Jessica.” Alex menyapa dengan wajah datar. Alex bertindak sangat formal. Lebih terkesan seolah mereka adalah kedua orang yang saling asing. Satu hal yang membuat Jessica cukup terkejut adalah wajah tenang Alex. Laki-laki itu seolah terlihat baisa saja. Benar-benar seperti tidak mengenalnya. Berbeda dengan Jessica yang merasa sedikit terganggu. Seketika bayangan ketika hari itu disaat Alex mengetahui hubungan gelap yang Jessica jalin dengan teman kampusnya. Hari ketika Alex memutuskannya, dan segala ucapannya yang menyakitkan hati kembali terlintas di pikiran Jessica. Seketika Jessica merasa tidak sanggup untuk menjalankan wawancara ini. Alex terlihat tenang menatap berkas di hadapannya. Sepertinya itu berkas lamaran milik Jessica. Ah, dirinya sedikir menyesal mengapa tidak mencari tahu lebih banyak mengenai Iel’s Company sebelum memutuskan melamar bekerja disini. Yang ia butuhkan hanya pekerjaan dan uang. Siapa sangka dirinya justru bertemu sang mantan kekasih disini. “Mantan sekretaris CEO Rald Corp yang dipecat karena menggoda Perald. Bisa kau ceritakan kronologis skandal fenomenal itu?” Alex mengalihkan tatapannya dari berkas. Mata Jessica seketika membulat ketika Alex menanyakan hal tersebut. Pertama, Jessica masih berusaha menenangkan diri pada kenyataan bahwa dirinya melamar kerja di perusahaan mantan yang sudah ia khianati dan dirinya diputuskan dengan berbagai u*****n kasar serta ucapan menyakitkan. Hal itu membuat Jessica merasa seperti tidak punya harga diri meski sesungguhnya benar ia sudah kehilangan harga diri karena bisa-bisanya mengkhianati Alex yang begitu mencintainya. Kedua, pertanyaan yang Alex lontarkan sangatlah menyebalkan. Itu membuat Jessica kembali mengingat hal buruk yang menimpanya enam bulan lalu. Jessica berdehem untuk mengumpulkan nyali. Ingatan akan ibunya yang terbaring lemah membuat Jessica memiliki alasan untuk tetap bersemangat dan berusah mengesampingkan luka-luka lama yang sudah terpendam dihatinya. Ia tidak mau egois dengan menjadikan masa lalu dengan Alex sebagai alasan untuk mundur dari pekerjaan ini. Jessica sudah terlanjur melamar bukan? Jadinya dirinya tidak akan membatalkan niat awalnya ini. “Kejadian sebenarnya adalah pak Perald yang ingin memperkosaku.” Alis sebelah kiri Alex terangkat dan ia menatap Jessica dengan serius. s****n! Itu tatapan yang biasa ia berikan jika mendengarkan Jessica bercerita. Ia masih seperti dulu. Jessica yakin raut wajah Alex menunjukkan ketidakpercayaan. Skandal yang menyebar seolah menjadi sebuah fakta yang dipercaya semua orang. Sepertinya Alex juga jauh lebih mempercaya berita yang tersebar itu. “Hanya saja ya, demi mempertahankan hubungannya dengan istrinya. Aku dibuat sebagai pihak yang menyebabkan masalah.” sambung Jessica. Baiklah keadaan ini benar-benar tidak membuatnya nyaman. Ia menceritakan kenangan buruknya kepada orang di masa lalu yang juga meninggalkan banyak kesan di hatinya. Ah, hatinya benar-benar kuat rupanya untuk saat ini. Semoga saja ia tetap bisa bertahan sampai wawancara ini selesai. “Apa alasanmu mengajukan lamaran ke perusahaan ini?” Jessica tidak mungkin menjawab sejujurnya bahwa ia butuh uang banyak untuk pengobatan ibunya. Tiba-tiba ucapan mengenai Joanna terngiang di pikirannya. Joanna tahu bahwa Jessica bekerja di Rald Company sebelumnya. Joanna mengabari bahwa saat ini persaingan antara perusahaan Iel’s dan Rald sedang berada di puncaknya, dimana jika salah satunya kalah maka akan benar-benar menyebabkan kehancuran dari perusahaan tersebut. Dan Jessica teringat akan beberapa rahasia yang dijalankan perusahaan milik si tua bangka, Perald. “Aku sedang membutuhkan pekerjaan dan aku merasa kau membutuhkanku.” ‘Aku membutuhkanmu, Jess.’ Sialan! Tiba-tiba Jessica teringat ucapan Alex ketika laki-laki itu berujar bahwa ia benar-benar membutuhkan Jessica dalam hidupnya. Ah, Jessica yang kali ini benar-benar membutuhkan Alex. Lebih tepatnya membutuhkan pekerjaan dari laki-laki itu. “Hm, maksudku adalah perusahaan ini membutuhkanku untuk mengetahui rahasia-rahasia milik Perald. Aku memiliki beberapa rahasia mengenai Rald Company.” Jessica meralat ucapannya. Tatapan mata Alex masih cukup tajam dan menatap Jessica sebegitu intensnya. Ia kemudian bangkit dari tempat duduk. Alex berpindah dan mengambil sebuah berkas yang terletak dalam lemari kaca. “Dari jawabanmu, kurasa kau lebih terdengar ingin membalas dendam terhadap perusahaan Perald dibanding membantu perusahaan ini berkembang.”      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD